Pages

Monday, 20 March 2017

FF SHINee : Pixie Rain [Part 13]




Tittle                    : Pixie Rain [Part 13]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Sudah satu jam yang lalu bell pulang sekolah berbunyi. Banyak dari siswa yang memilih untuk langsung kembali ke asrama, tapi tidak sedikit yang memilih untuk tinggal di sekolah demi menjalani ekstrakulikuler. Sama seperti Taemin yang merupakan ketua club dance angkatan kedua, dia terlihat sangat sibuk mempersiapkan penampilan untuk pentas Membership Training yang diadakan minggu depan. Sedangkan Yunbi yang ‘hanya’ mengikuti ekskul bahasa jepang dan bahasa inggris harus rela sering menganggur karena kedua club itu hampir tidak pernah mengadakan pertemuan.
                Awalnya Yunbi sengaja memilih ekskul yang paling jarang melakukan kegiatan karena ia tidak ingin sering-sering ‘berhubungan’ dengan siswa lain. Tapi disaat-saat seperti sekarang entah kenapa Yunbi merasa perlu memiliki kesibukan.
                Yunbi bisa saja kembali ke asrama sekarang juga tapi kejadian beberapa hari lalu membuat hubungannya bersama Minho menjadi sedikit canggung. Yunbi jadi tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengan namja itu. Apalagi disaat hanya mereka berdua yang ada didalam asrama. Biasanya Yunbi akan berpura-pura tidur dan mengabaikan keberadaan Minho. Tapi alasan itu tampaknya sangat tidak cocok untuk dilakukan sore hari seperti ini.
                Akhirnya Yunbi memilih untuk masuk ke ruang musik.  Ruang music yang biasa digunakan untuk mata pelajaran berbeda dengan ruang music yang dimiliki club. Disini jauh lebih tenang dan jarang sekali dipakai terutama diluar jam pelajaran. Oleh karena itu sesekali Yunbi ke tempat ini untuk menghabiskan waktunya sampai tanpa sadar waktu itu Naeun memergokinya bisa bermain piano.
                Dengan pelan Yunbi membuka tudung piano dan mengamati tutsnya satu persatu. Lagu apa yang harus ia mainkan saat ini? Yunbi mengetuk bibir dengan ujung jarinya. Meskipun berulang kali dia berfikir, pasti lagu favoritenya yang akan selalu terngiang. Oleh karena itu Yunbi memilih untuk memainkannya sekali lagi.
                Paganini Rhapsody Var. 18 dari Rachmaninoff.
                Entah kenapa setiap kali memainkan lagu ini pikiran Yunbi menjadi tenang. Dia merasa terbawa alunan sehingga seperti berada suatu tempat yang begitu sejuk, jauh dari keramaian dan terasa sangat nyaman. Yunbi sampai memainkannya dengan menutup mata karena ia begitu menikmati alunan lagi ini.
                Ketika Yunbi membuka matanya, sebuah bayangan tiba-tiba terperangkap dalam pandangannya. Spontan Yunbi berdiri.
                “Siapa disana?”
                Sedikit was-was Yunbi langsung memundurkan kursinya dan menengok ke arah pintu.
                Dan disana muncul seorang namja bermata sipit menggunakan seragam yang tidak dikancingkan berlapis kaos warna hitam. Namja itu tersenyum tipis sambil berjalan masuk mendekati Yunbi.
Yunbi terdiam. Tidak menyangka bahwa itu adalah Key.
“Saat aku lewat, tidak sengaja ada sebuah lagu yang begitu familiar.” Key mulai melangkah menaiki podium kemudian berhenti disamping piano yang bertengger disana. “Aku masih ingat, dulu… ada seseorang yang sering sekali memainkan lagu ini.”
Deg! Yunbi kembali menarik langkahnya.
“Disekolahku yang lama aku sangat senang tiduran di rooftop. Dan tepat dibawahnya adalah ruang music.” Key mulai menyentuh ujung piano itu sambil terus berbicara. “Berisik sekali. Tapi lama-lama aku menikmatinya.”
Pandangan mereka bertemu, cepat-cepat Yunbi mengalihkannya. Ia tidak ingin Key membaca wajahnya yang tengah panic. Karena baru pertama kali ini Yunbi mendengar cerita itu. Selama di SMA Cheonsa, ia memang selalu pergi ke ruang music saat jam istirahat siang. Tapi Yunbi sama sekali tidak menyangka bahwa Key berada ‘diatasnya’ waktu itu.
“Aneh sekali aku bisa mendengarnya lagi disini.” Salah satu ujung bibir namja itu terangkat. “Apakah itu suatu kebetulan?”
Jantung Yunbi hampir saja meledak jika saat itu juga tidak ada seseorang yang tiba-tiba membuka pintu ruangan. Disana kemudian muncul seorang namja dengan rambut acak-acakan dan sebuah handuk kecil yang menggantung di lehernya.
“Bi-yah!” panggil namja itu mengagetkan Yunbi.
“OH! Taemin!” Yunbipun segera menggerakan kakinya, tapi belum sempat ia melangkah jauh, sebuah kalimat dari bibir Key membuat ia berhenti di tengah-tengah.
“Aku dengar ada siswa dari SMA Cheonsa yang sebelumnya juga pindah kemari.” Ucap Key tidak terlalu keras, tapi seperti sebuah suara petir di telinga Yunbi. “Nama siswa itu… Kang Yunbi?”
DEG!
Tubuh Yunbi seketika membeku. Telinganya seperti baru saja tidak sanggup mendengar apapun lagi beberapa saat padahal waktu itu Taemin sudah meneriakinya beberapa kali. Karena tidak sabar akhirnya Taemin pun berlari kea rah Yunbi, sebelum akhirnya meninggalkan ruangan itu setelah menyapa Key seperti tidak ada apapun yang terjadi.
***
                Yunbi menyandarkan tubuhnya diatas kasur sambil melihat ke langit-langit kamar. Sekarang hari libur, tapi Yunbi merasa hanya ingin berada di tempat tidur seharian. Padahal sudah sejak pagi Taemin ribut mengobrak abrik lemarinya seakan-akan ia tengah mencari sebutir kelereng disana.
                “YAAA~” Taemin berteriak lagi. “Bi yah! Apa kau tidak ingin berkemas huh?” Ia menggoyang-goyangkan tubuh Yunbi frustasi. “Satu jam lagi kita sudah harus berangkat! Sudah tidak ada waktu lagi!”
                Yunbi justru berguling ke kanan, menutup kepala dengan bantalnya. “Tidak bisakah kau mengatakan kalau aku sedang sakit atau apapun yang bisa membuatku tidak perlu ikut?” suaranya tidak terlalu jelas, tapi cukup membuat emosi Taemin kembali meledak.
                “Tidak! Tidak! Kau harus ikut!” dia membalik badan Yunbi lagi, kali ini sambil menarik namja itu sampai terduduk menghadapnya. “Ini MT, Bi-yah! MT! Kau tidak boleh melewatkannya!” Taemin mulai duduk disamping Yunbi dan bercerita dengan menggebu-gebu. “Nanti kita akan menginap di villa yang ada di pegunungan. Kau bisa berjalan-jalan di desa atau bahkan di pinggiran hutan. Pagi haripun kita juga bisa mendaki gunung dan mandi di sungai!”
                ‘Mandi di sungai katamu?’ Yunbi melirik malas.
                “Kau juga harus menonton penampilanku bersama club dance, Bi yah!” kali ini nada bicara Taemin berubah memelas. “Bukankah kau sudah tahu bagaimana perjuanganku latihan selama ini?”
                Yunbi yang hampir saja menanggapi kalimat itu mendadak terdiam ketika pintu asrama tiba-tiba terbuka. Minho yang selalu pergi jogging di pagi hari tampaknya baru datang.
                Saat itu pula Yunbi langsung bangkit dan meraih kopernya dari atas lemari. Hampir saja dia terjebak di dalam asrama bersama Minho jika bersikeras untuk tidak pergi mengikuti MT. Sepertinya kali ini ajakan Taemin memang satu-satunya pilihan yang bisa Yunbi ambil.
***
                Ada sekitar 4 bus yang berangkat dari SMA Seungri menuju Pegunungan Yongdusan untuk Membership Training kali ini. Semua siswa yang ikut merupakan siswa kelas 2. Biasanya menuju liburan musim panas memang akan diadakan MT untuk siswa kelas 1 dan 2. Masing-masing angkatan akan berbeda waktu keberangkatan dan tempat tujuan. Sedangkan untuk kelas 3, kegiatan akan diganti dengan les selama di sekolah untuk mempersiapkan Ujian.
                Hanya membutuhkan waktu kurang dari 2 jam untuk sampai di Villa pegunungan Yongdusan. Semua siswa tampak begitu bersemangat mengikuti MT kali ini. Tapi tidak dengan Yunbi yang hanya terdiam selama perjalanan dan bahkan harus membiarkan bahunya menjadi tempat sandaran Taemin yang tertidur sejak mereka berangkat.
                Setiap siswa mendapatkan kamar yang diisi 10 orang sekaligus. Mereka tidak menggunakan tempat tidur, melainkan kasur lipat yang berjejer di ruangan luas. Benar-benar terasa seperti MT, batin Yunbi.
                Yunbi sempat mengecek jam tangannya dan memastikan hujan tidak akan turun selama dua hari kedepan. Lagipula beberapa hari ini memang jarang turun hujan karena cuaca yang tidak menentu. Bahkan seperti disaat Yunbi pergi bersama Minho waktu itu, hujan terus saja turun seharian.
                Hari pertama diisi dengan permainan-permainan kecil untuk membangun kerjasama antar siswa. Masing-masing kelompok dicampur dari semua kelas yang ikut. Tapi tanpa disangka begitu banyak yeoja yang memilih untuk bergabung di dalam kelompok Yunbi. Sepertinya rumor bahwa Yunbi yang berhasil mengeluarkan geng Woohyun sudah menyebar di kalangan siswa. Mereka semua kini melihat Yunbi sebagai siswa yang popular. Dan tentu saja kini pamor Taemin pun ikut meningkat karenanya.
                Memasuki hari kedua, permainan ditingkatkan menjadi menyusuri area pegunungan. Setiap kelompok diberikan peta untuk mendapatkan clue menuju tempat berikutnya. Berbeda dengan Taemin yang begitu bersemangat, Yunbi justru tidak terlalu tertarik dengan kegiatan semacam ini. Lagipula dia mudah sekali kelelahan. Yunbi hanya bisa melewatkan hari-harinya selama MT dengan perasaan yang pasrah.
                Dan tepat ketika  makan malam terakhir usai, siswa sudah duduk berjajar dengan rapi di aula utama villa itu. Mereka sudah siap dengan penampilan yang yang akan dibawakan oleh club music, dan club dance.
                Yunbi duduk di area terdepan seperti janjinya pada Taemin. Sepertinya Taemin ingin memastikan bahwa sahabatnya tidak akan terlewat satu detikpun penampilan yang akan ia sajikan.
                Setelah pertunjukan dari club music selesai, lighting panggung dan lampu penonton meredup beberapa saat sampai musik dance berdentum beberapa kali. Tak lama kemudian sebuah  siluet  muncul diterangi oleh lampu yang menyorot ke tengah panggung. Taemin dengan  setelan jas berpose begitu cool disana. Dia sempat melirik kea rah Yunbi sebelum akhirnya bergerak dengan bebas mengikuti alunan lagu. Intro selesai, para member club dance pun satu-persatu mulai memasuki panggung dan membuat suasana menjadi meriah.
                Terdengar teriakan riuh rendah dari belakang. Tampaknya mereka sudah mulai panas, terbawa oleh alunan music yang bertempo cepat. Bahkan tak jarang ada yang menghidupkan flash ponsel demi membuat suasana berubah menjadi ‘club’.
                Saat itulah tiba-tiba Yunbi merasa mendengar seperti suara petir dari luar. Eh… petir? Dia tidak salah dengar bukan?
                Dentuman music benar-benar menenggelamkan suara yang terdengar dari luar. Yunbi bahkan sampai tidak sadar bahwa sekarang tengah… hujan! Jam tangannya sudah berdering sejak tadi, namun Yunbi mengabaikannya.
                Tepat ketika Yunbi menoleh ke belakang ada sebuah jaket yang menutupi kepalanya. Yunbi tidak bisa melihat dengan jelas, tapi orang itu langsung menarik tubuh Yunbi dan membawanya pergi dari sana. Taemin yang tengah sibuk tampil tidak sempat melihat kepergian Yunbi. Yang ia tahu ketika ia mengecek ditempat duduk Yunbi, namja itu sudah tidak ada disana.
                Yunbi sempat takut dan ragu, tapi ia tidak punya pilihan lain selain mengikuti langkah namja itu. Perlahan tapi pasti tampaknya suara dentuman music semakin lama semakin terdengar lirih, pertanda bahwa ia sudah cukup jauh dari aula. Yunbi pun merasakan tetesan hujan membasahi bahunya, sepertinya orang itu membawa Yunbi keluar area villa.
                Beberapa saat berjalan, akhirnya mereka berhenti disuatu tempat. Yunbi tidak langsung mengecek dimana ia berada, sampai sebuah suara menyelusup ditelinganya.
                “Duduklah.”
                DEG! Ia terperanjat. Cepat-cepat Yunbi membuka kain selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Sejurus kemudian yeoja itu menemukan sebuah senyuman misterius dari namja yang duduk tepat disampingnya.
                Namja bermata sipit itu terlihat sungguh familiar. Rambutnya yang berwarna coklat tua tampak sedikit berantakan karena basah terkena air hujan. Sebagian tetesan itupun mengenai kulit wajahnya yang bersinar dengan cahaya purnama sebagai satu-satunya penerangan disana. Beberapa detik terdiam, bibir tipis dengan lengkukan yang khas itupun akhirnya berujar pelan.
                “Lama tidak bertemu…pacarku.”
-To Be Continue-
               

No comments:

Post a Comment