Selamat sore semuaa!!
Lanjutan yang udah mulai lumutan ini akhirnya datang lgi
hehee rekor nih baru beberapa hari udah posting lagi
soalnya pengen cepet2 di sudahi(?)
Tittle : Pixie Rain
[Part 10]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
“Bagaimana perasaanmu sekarang? Apakah sudah lebih baik?”
itu adalah kalimat pertama yang Minho ucapkan sejak dua puluh menit yang lalu
mereka berdua menyadari bahwa tengah terkunci di tempat ini.
Yunbi
mengangguk pelan. Ia masih belum melepaskan genggaman tangan Minho.
“Apakah itu sudah lama?”
Minho menggantungkan
pertanyaanya, membuat Yunbi terpaksa melihat ke arah namja itu. “…fobiamu?”
‘Ah…’ batin Yunbi.
“Entahlah…” akhirnya ia melepaskan
tangan Minho dan menyembunyikannya di saku jaket karena sudah merasa nyaman.
“Mungkin sejak setahun yang lalu...”
Minho sedikit tidak enak karena
harus mengungkit masa lalu Yunbi. Tapi nampaknya Yunbi justru tertarik
mengangkat cerita itu.
“Dari dulu aku tinggal di rumah
yang sangat besar…” ucap Yunbi memulai kisah itu. “Ah.. bukan maksudku untuk
menyombongkan diri tapi… di rumah sebesar itu rasanya sepi sekali.” Ia
mendongak, membayangkan kejadian terdahulu.
“Ayahku sangat sibuk, sedangkan
ibuku sangat menyukai kegiatan sosial.” Lanjut Yunbi. “Sejak kecil aku hanya
dekat dengan Oppaku…”
“Setiap kali hujan deras, aku
selalu tidur dengan Oppaku.” Ia sedikit tersenyum. “Atau terkadang ibuku juga
masuk ke dalam kamar untuk memastikan aku baik-baik saja.”
Yunbi menghela nafas sebelum
akhirnya kembali bercerita. “Tapi kemudian ibuku sakit keras…” Ia berhenti
sesaat. “Saat itu oppaku sudah ada di luar negri dan ayahku masih di luar kota
karena urusan bisnis.”
Yunbi nyaris menangis. “Aku
mengunci diriku didalam kamar dan mencoba tidur. Berharap setelah aku bangun,
semuanya akan berakhir seperti mimpi.” Ia akhirnya benar-benar menangis. “Tapi
ternyata tidak sesederhana itu.”
Suara hujan di luar gedung masih
berteriak nyaring. Seakan menggedor-nggedor pintu hati Yunbi yang sedang sakit.
“Di tengah malam aku terbangun
karena suara telepon. Ternyata dari ayahku. Dia mengatakan bahwa…” Yunbi tidak
sanggup melanjutkan kata-katanya.
“…Aku…
aku hanya sendiri disana. Aku mencoba untuk cepat pergi ke rumah sakit, tapi
aku terjatuh dari tangga karena waktu itu sangat gelap. Aku berteriak kencang,
tapi tak ada yang mendengarku. Aku bertanya-tanya apakah semua orang pergi ke
rumah sakit dan meninggalkanku…”
“…Aku tidak ingat dengan jelas
apa yang terjadi selanjutnya tapi… aku hanya bisa menemukan diriku terbaring di
rumah sakit keesokan harinya.” Yunbi mencoba mengusap air mata dengan tangan
kirinya. Ia menarik nafas panjang sebelum akhirnya kembali melanjutkan cerita.
“Sejak
saat itulah aku kesal dengan dunia ini. Aku mulai melakukan hal yang sering
membuat ayahku kecewa. Sampai akhirnya aku harus berakhir di sekolah ini.
Sepertinya rasa benci yang dimiliki ayahku melebihi rasa benciku terhadapnya
bukan?”
Yunbi menoleh ke arah Minho
untuk melihat jawaban dari namja itu, tapi ia hanya menunduk tanpa menjawab
sepatah katapun.
“Ah.. maafkan aku karena sudah
menceritakan hal yang tidak penting.” Yunbi menggaruk tengkuknya malu. “Kau
pasti merasa terganggu mendengarnya bukan? Jadi sebaiknya… lupakan saja
semuanya.”
“Tidak.”
Jawaban itu membuat Yunbi
sedikit terkejut.
“Kita punya rasa benci yang sama
rupanya.”
Benci… ah… Yunbi jadi teringat
dengan pembicaraan Minho dengan orang lain itu sebelumnya. Sepertinya Minho
memang memiliki alasan yang cukup untuk membuat dirinya membenci ayahnya
sendiri.
“Tapi kau lebih berani daripada
aku.” Minho memuji Yunbi. “Selama ini aku hanya bisa membiarkan semuanya
terjadi begitu saja. Aku… tidak bisa melakukan apapun.”
“Gwenchanha.” Yunbi menjawab
sekenanya. “Aku percaya kau melakukannya karena sebuah alasan.”
Minho terdiam, membiarkan Yunbi
meneruskan kata-katanya.
“Karena hujan akan selalu turun
disaat yang tepat, ia tidak menghianati matahari dengan mengambil waktunya
untuk bersinar. Meskipun ada yang tidak menginginkan kehadirannya, tapi hujan
akan tetap turun. Selalu seperti itu. Sampai tanpa sadar orang-orang akan
berterimakasih karena hujan telah meninggalkan keindahan.”
Yunbi tersenyum menatap Minho
yang terdiam.
“Oppa… apa kau tau… sebenarnya hujan tidak pernah menghianati matahari,
ia selalu turun disaat yang tepat. Walau banyak orang yang tidak menyukainya,
hujan tetap saja turun. Pada akhirnya orang akan berterimakasih karena hujan
akan meninggalkan pelangi. Bukan begitu?”
“Aku
baru sadar, sepertinya kau mirip dengan hujan.” Yunbi tersenyum. “Apakah karena
kita sering bertemu disaat hujan turun?”
“Oppa mirip sekali dengan hujan.
Apa oppa ingat? Pertemuan kita selalu disaat hujan turun. Benarkan?”
“Lee Yoora…” Sebuah nama
tiba-tiba saja terlontar dari bibir Minho.
Yunbi mengerutkan dahinya. “Yoo…
yoora?”
“Ah! Mi… mian…” Minho
cepat-cepat mengalihkan pandangannya. “Aku hanya teringat dengan seseorang.”
Rasanya Yunbi ingin sekali
bertanya siapakah Yoora yang Minho sebutkan itu. Tapi ia mengurungkan niatnya,
yeoja itu memilih diam ketimbang membuat Minho membahas sesuatu yang tampaknya
sangat ingin ia lupakan.
***
“Yoora?!? Darimana kau tahu nama
itu??”
“Sst! Pelankan suaramu Taemin,
nanti yang lain mendengarnya!” Seru Yunbi mengingatkan Taemin. Bagaimanapun
juga sekarang mereka tengah berada di kantin saat istirahat sekolah. Sepertinya
teman satu-satunya ini paling tidak bisa mengendalikan ekspresi saat mengetahui
sesuatu.
“Aku tahu dari Minho.” Jawab
Yunbi lagi dengan suara pelan. Ia tidak menceritakan bagaimana kronologis ia
bisa mendengar nama itu, jika Yunbi memberitahu Taemin tentang kejadian tadi
malam pasti namja itu akan lebih heboh dari ini. Lagipula setelah pagi datang
dan pintu terbuka, Yunbi langsung pergi meninggalkan Minho yang masih tertidur
di dalam gedung olah raga. Setelah menyebutkan nama Lee Yoora atau siapapun
itu, Minho tak mengucapkan apapun lagi. Dia mendadak terdiam. Yunbi pun tidak
berbicara banyak dan langsung tertidur karena sudah larut malam. Tidak lupa ia
mengembalikan banded yang sudah ia pinjam sebelum pergi meninggalkan gedung
itu.
“Yoora dulu adalah siswa di
kelas 2-3. Bisa dibilang dia punya hubungan yang special dengan Minho Hyung.”
Taemin mulai bercerita. Dia masih memegang sumpit dan mengapit toppoki dari
dalam mangkuk sebelum kembali melanjutkan perkataannya. “Sepertinya aku pernah
ingin menceritakannya padamu dulu. Tapi tidak jadi… kenapa ya?”
Yunbi mendadak gemas dengan
temannya yang satu ini,. Selalu bisa membuat orang lain penasaran dengan
penjelasannya yang berbelit-belit. “Ya~ itu tidak penting, Taemin! Cepat
teruskan ceritamu huh?”
“Ah ne…ne…ne…! Sabar sedikit,
Bi-yah! Kau selalu begini jika bertanya soal Minho Hyung. Apa jangan-jangan…”
“YA!” Yunbi menjitak kepala
Taemin, membuat topokki yang ada di ujung sumpitnya melayang.
“Aigoo… toppoki ku…”
“Taemin-ah!” Yunbi berteriak
kesal, ia hampir saja kembali melayangkan pukulan ke kepala namja itu tapi
buru-buru Taemin cegah.
“Geurae! Aku akan melanjutkannya.
Ehemm… ehem…” Taemin mulai lagi. “Jadi Lee Yoora itu adalah kapten cheerleader
sekolah ini sebelum akhirnya digantikan oleh Naeun. Dia termasuk siswi yang
sangat populer. Yah.. bisa dibilang dia sepopuler Minho Hyung waktu itu.”
Yunbi menganga, membayangkan
wajah Yoora yang pernah ia lihat di wallpaper milik Minho.
“Tapi ternyata tidak hanya Minho
Hyung yang mendekatinya, melainkan juga Suho Hyung, ketua OSIS kita sekarang
ini.” Taemin mulai serius. “Padahal awalnya Minho dan Suho adalah sahabat yang sangat
dekat. Dan ternyata keduanya menyukai yeoja yang sama.”
Yunbi terkejut. Tidak menyangka
Minho pernah dekat dengan rivalnya saat ini.
“Bisa dibilang selain wajahnya
yang cantik, Yoora juga memiliki hati yang baik. Meskipun dia sudah menjadi
yeoja nomer 1 di sekolah ini dan bahkan disukai oleh namja-namja populer, ia
tetap baik hati kepada semua orang. Yah… mungkin karena sifatnya itu, Suho
Hyung dengan mudah mengklaim bahwa Yoora adalah kekasihnya.”
“Lalu bagaimana dengan Minho
Hyung?”
“Tentu saja Minho Hyung tidak
terima. Mereka bahkan terang-terangan pernah berkelahi di gedung olah raga
karena masalah ini. Sejak saat itulah Minho dan Suho saling membenci satu sama
lain. Persahabatan mereka pun hancur.”
Ah… sepertinya Minho memang
sangat menyukai Yoora sampai dia harus bertanding dengan sahabatnya sendiri,
batin Yunbi.
“Tapi kemudian Yoora pergi.”
“Pergi?”
Taemin mengangguk. “Iya. Setelah
kejadian itu dia memutuskan untuk melanjutkan sekolah ke luar negri. Sepertinya
dia tidak ingin membuat pertengkaran antara Minho Hyung dan Suho Hyung semakin
sengit karena dirinya.”
“Ah… sayang sekali.” Tapi
sepertinya memang itu satu-satunya jalan untuk membuat masalah ini selesai.
Jika Yoora tetap tinggal disini mungkin pertengkaran lain akan kembali muncul.
Meskipun kenyataannya memang itu yang terjadi sekarang.
Beberapa saat melamun memikirkan
penjelasan Taemin, tiba-tiba Yunbi teringat sesuatu. “Oiya, apakah keluarga
Suho dan Minho juga merupakan rekan bisnis?”
Taemin sempat menyeruput susu
pisang kesukaanya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan itu dengan anggukan.
“Kudengar keluarga mereka cukup dekat.”
Tidak salah lagi, orang yang
berbicara dengan Minho malam itu adalah Suho. Pantas saja Minho terlihat begitu
marah. Suho tidak hanya merebut orang yang ia sukai tapi juga melecehkan
keluarganya.
“Kringg…kringg…” Bell pulang
sekolah berbunyi. Taemin yang masih belum menyelesaikan makan siangnya langsung
mencomot toppoki untuk dimakan selama perjalanan.
“Cepat Bi! Setelah ini pelajaran
Mr Kim!” ia tampak buru-buru sampai tidak menyadari ada beberapa orang yang
tengah berjalan ke arahnya.
Tanpa sengaja Taemin pun
menabrak laki-laki berseragam putih itu dan toppokki yang tengah dibawanya
tercetak dengan sempurna disana.
“APA YANG KAU LAKUKAN?!?”
Apes sekali, orang itu adalah
Woohyun yang selama ini selalu membully Taemin. Dibelakangnya berdiri L dan
juga Hoya yang langsung mengecek baju seragam Woohyun yang kotor akibat ulah
Taemin.
“Mianheyo. Jeongmal Mianhaeyo!”
Taemin langsung minta maaf sambil berlutut. Saat itulah Woohyun tanpa ampun
langsung menendang bahu Taemin dan membuat tubuhnya terlempar ke belakang.
“Cukup!” Yunbi jadi emosi.
“Bukankah dia sudah minta maaf?”
Sebuah senyum licik terkembang
di bibir L. Ia bergerak maju mendekati Yunbi. “Oh jadi mulai sekarang kau
adalah bodyguardnya Taemin?”
Yunbi tidak tampak takut. “Kalau iya kenapa?” tantangnya. “Jika kau
ingin menyakiti Taemin, kau harus melangkahi mayatku terlebih dahulu.”
Woohyun tertawa sarkatis
mendengar kalimat itu. “Apa kau sadar siapa yang menjadi lawanmu, Kang Yunbi?”
ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat.
Namja itu tidak menjawab, ia
hanya menggandeng Taemin sambil terus bertatapan dengan Woohyun hingga mereka
benar-benar pergi meninggalkan kantin itu.
Sementara
siswa lain tampak berbisik pelan diantara kerumunan, memberikan komentar atas
perkelahian kecil hari ini. Banyak diantara mereka yang menebak nebak apakah
Yunbi bisa menjadi sasaran Woohyun berikutnya atau justru sebaliknya.
***
Kelas Seni jam pelajaran ke enam.
Dua jam pelajaran terakhir sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Siswa dari
kelas 2-2 diminta berpindah ke ruang music yang terletak sebelah timur sekolah,
tepat disamping asrama putri. Untuk kelas Seni diampu oleh Mr Kang atau yang
akrab disapa Mr Gary yang nyentrik dan juga friendly. Para siswa dijamin tidak
bosan karena selain lihai bermain music, Mr Kang juga piawai dan melakukan
freestyle rap.
“Saem, apakah kali ini kami akan
menulis lirik lagu lagi?” Tanya Taeyong yang merupakan siswa favorite Mr Kang
karena dia sangat pandai menulis lagu.
“Tidak tidak.” Jawab Mr Kang
santai. “Kali ini kalian harus memainkan alat music. Apakah ada yang menguasai
salah satu alat music disini?”
Naeun mengangkat tangannya, “Aku
bisa bermain biola, Saem.”
“Bagus, yang lain?”
Seulgi mengajukan diri untuk
memainkan seruling, chanyeol mengambil gitar, Jungshin memainkan bass, dan
Taemin mengajukan diri bermain piano.
“Apa masih ada yang bisa?” Tanya
Mr Kang.
Yunbi tidak bereaksi, padahal
sudah jelas dia menguasai alat music biola, piano dan gitar sekaligus. Sudah
dari sekolah dasar Yunbi memulai les alat music itu. Bahkan dia sudah menguasai
berbagai genre music mulai dari modern, tradisional bahkan klasik. Tapi karena
semuanya sudah diambil yang lain, Yunbi memilih masuk ke tim paduan suara.
“Sekarang coba kita mulai.” Mr
Kang membagikan kertas berisi not balok. “Tim music memainkan alat music kalian
berdasarkan not ini, dan paduan suara akan menyanyikannya.”
Lagu yang dipilih saat itu cukup
mudah, Somewhere Over The Rainbow. Beberapa menit mencoba dengan alat music,
ternyata terdengar sebuah suara yang fals didalamnya. Mr Kang lantas bangkit.
“Taemin, lagu ini dimulai dengan
nada dasar C, tapi di bait kedua kau selalu turun ke nada G, membuat alunannya
menjadi tidak singkron.” Ralat Mr Kang.
“Ah, ne. Mianhe Saem.”
“Padahal lagu ini sudah pernah
kita bawakan tahun lalu saat di kelas 1 bukan? Apakah kau memang wakil dari
kelas 1 yang bermain piano waktu itu?”
Jawabannya tidak. Saat pentas
kelas 1, pemain pianonya adalah Lee Yoora. Waktu itu Taemin dan Yoora masih
duduk di kelas yang sama.
“Kalau begitu apakah ada siswa
lain yang bisa menggantikan Taemin?”
Taemin hanya menunduk malu
didepan teman lainnya. Ia sangat ingin menunjukkan bakat yang ia miliki selain
dance, tapi tampaknya itu belum cukup.
“Bi… Yunbi, Saem.” Naeun
menyebutkan sebuah nama. Yunbi tersentak.
“Ti…tidak… aku…”
“Aku sudah pernah mendengarnya
bermain piano saat kelas selesai. Dan dia sangat pandai memainkannya.”
Benar, Yunbi memang terkadang akan
berada di ruang music saat ia menunggu Taemin sampai selesai latihan dance.
Hanya beberapa kali sebenarnya. Tapi Yunbi tidak menyangka Naeun akan melihat
kemampuannya bermain piano.
Tanpa dikomando Taemin langsung
bangkit dan menarik Yunbi menuju kursi piano.
“Tidak Taemin. Aku…” Yunbi
merasa tidak enak karena ia harus menggantikan posisi teman baiknya. Yunbi tahu
benar Taemin ingin memperlihatkan kemampuannya demi mendapatkan perhatian dari
teman satu kelas, agar namja itu tidak lagi dipandang sebagai siswa cupu yang
hanya bisa menerima bully.
“Tunjukkan pada mereka, Bi! Aku
tahu kau pasti bisa…” ucap Taemin kemudian turun dari podium.
Yunbi yang kini jadi pusat
perhatian tidak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya bisa memandangi deretan tuts
piano dan mulai memainkannya saat aba-aba dari Mr Kang terdengar. Yunbi tidak
perlu melihat kertas berisi not balok karena nada lagu ini sudah tergantung di
luar kepalanya. Sejujurnya ini adalah lagu pertama yang ia pelajari saat
bermain piano, kira-kira ketika Yunbi duduk di bangku kelas 1 SD.
Memasuki bait terakhir, saat
klimaks lagu tiba-tiba saja alarm jam tangan Yunbi berbunyi. Ia mendadak panic
dan menghentikan permainan. Spontan seluruh aktivitas kelas pun ikut berhenti.
“Ada apa Bi?” Tanya Mr Kang pada
Yunbi. Yunbi tengah bingung mencari-cari alasan.
“Apa perutmu sakit lagi?”
terdengar suara Taemin dari kerumunan peserta paduan suara.
Yunbi masih mencoba membaca
situasi. Dengan cepat Taemin menghampirinya dan menggandeng tangan Yunbi. “Aku
minta ijin mengantarkan Yunbi ke UKS, Saem. Bolehkah?”
Mr Kang sempat berfikir karena
tadi Yunbi tampak baik-baik saja. Tapi kemudian Yunbi yang sudah paham dengan
maksud Taemin langsung pura-pura memegang perutnya.
“Silakan. Tapi setelah itu kau
harus cepat kembali kemari, Taemin.”
Taemin mengangguk. Kemudian ia
pamit meninggalkan ruang music dan membawa Yunbi keluar.
“Terimakasih Taemin.” Jawab
Yunbi melepas pegangan tangan Taemin. “Maafkan soal tadi, aku tidak bermaksud…”
“Gwenchanha.” Taemin tersenyum
lebar. “Cepatlah bersembunyi di sana. Langit sudah sangat mendung, sebentar
lagi pasti akan turun hujan.” Ucapnya lalu kembali menuju ruang music sebelum
mendengar jawaban dari Yunbi.
Yunbi hanya bisa membuang nafas
keras-keras. Ia sempat melihat kea rah langit sebelum akhirnya bergegas ke
gedung olahraga. Hampir saja Yunbi membuka pintu gedung itu, tapi ia lebih dulu
mendengar suara bola basket dan beberapa orang disana. Tampaknya Yunbi harus
mencari tempat lain.
Gedung laboratorium sepertinya
sedang dipakai oleh kelas lain. Begitu juga dengan gedung pertemuan. Hanya ada
satu gedung yang menjadi harapan terakhir bagi Yunbi, yaitu gedung Theater.
Semoga tidak ada siswa disana.
Yunbi berlari cepat menuju
gedung theater yang terletak diantara gedung olah raga dan asrama pria. Ia
ingin segera mencari tempat bersembunyi di ruang ganti yang terletak di
belakang panggung.
“Hei kau!”
Sebuah suara menghentikan
langkah Yunbi tepat ketika ia ingin membuka pintu. Saat Yunbi menoleh, dia
menemukan geng Woohyun tengah duduk di samping gedung sambil merokok. Pantas
saja dia membolos pelajaran seni hari ini.
“Mau kemana kau?” Tanya Hoya
dengan nada sedikit membentak. “Bukankah urusanmu dengan kami belum selesai?”
Ya Tuhan kenapa harus sekarang?
Kenapa harus disaat seperti ini mereka muncul?
Sebuah seringaian terpampang di
wajah Woohyun. Sementara langit mendung kian gelap. Bahkan suara gemuruh petir
terdengar dari kejauhan. Bisa dipastikan sebentar lagi hujan akan turun. Dan
otomatis beberapa detik kemudian Yunbi akan kembali berubah menjadi yeoja.
Tapi
sayangnya kali ini Yunbi harus berubah dihadapan orang-orang yang tidak pernah
Yunbi harapkan.
-To Be Continue-
hahahaha
maapkan aku ternyata part ini lebih drama banget hahaha
sumpah ceritanya klasik abis yak
tapi tolong tetap setia pada FF ini hikss T.T
Akhirnya rasa penasaranku terobati. Di tunggu next partnya, jgn lma" ya eonni
ReplyDelete