Annyeonghaseo~
seperti janji saya, ff ini keluar ngga lama-lama(?). cuman emang lumayan pending gara2 kemaren sempet ribet mempersiapkan diri buat nonton konser wkwk alay(?). dan setelah nonton ternyata itupun masih belum bisa move on hikhiks
semoga masih pada inget eps sebelumnya yak!
selamat membaca!
Tittle : Pixie Rain
[Part 9]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
“Bun…
bunny??”
Yunbi terperanjat, ia hampir
tidak percaya sebutan kesayangan dari kakaknya itu ditujukan pada dirinya yang
sekarang.
Jangan-jangan… Tidak! Jongsuk
tidak mungkin tahu siapa sebenarnya Yunbi sekarang!
“Kau… Bunny-ku kan?”
Yunbi tidak bisa berkata-kata.
Ia berusaha sempat berdiri tapi kakinya masih sulit untuk bergerak.
“Ap… apa yang terjadi?” Tanya
Jongsuk tidak percaya.
Akhirnya Yunbi jatuh terduduk,
ia menutup wajah dengan kedua tangannya. “Aku juga tidak tahu kenapa bisa jadi
seperti ini Oppa.” Ucapnya terisak. “Saat bangun tidur, tiba-tiba aku menjadi
seperti sekarang.”
Hening sejenak. Jongsuk hampir
saja lupa menarik nafasnya. Hanya sanggup melihat ke arah Yunbi tak percaya.
“Jadi memang benar kau adalah
Yunbi?”
Yunbi membuka kedua tangannya. Perlahan
namja itu mengangguk.
“Aigoo…” Jongsuk memeluk sambil
mengusap ujung kepala Yunbi. “Apa karena aku sangat suka dengan komik fantasi
huh, jadi aku mudah percaya dengan hal-hal semacam ini?”
Yunbi cepat-cepat mengusap air
matanya. “Bagaimana oppa tahu kalau ini aku?”
Jongsuk justru tertawa.
“Bagaimana aku tidak mengenali adik yang sudah 17 tahun tinggal bersamaku huh?”
ia menunjuk ke jam tangan Yunbi. “Itu bukankah hadiah dariku waktu ulang
tahunmu tahun lalu?”
“Ah
ini…”
“Awalnya aku tidak curiga
melihat name tag ‘Lee Yunbi’ di seragammu…”
Astaga… Yunbi lupa melepasnya.
“… karena kupikir didunia ini
nama Yunbi tidak hanya kau kan?” Jongsuk kemudian menunjuk kaki Yunbi. “Tapi
tidak mungkin ada seseorang bernama Yunbi yang juga memiliki tahi lalat di mata
kaki sebelah kiri seperti milikmu. Belum lagi kebiasaanmu yang selalu menekan
ujung jari saat sedang gugup. Aku sangat yakin itu adalah kau.”
Yunbi hampir saja kembali menangis
karena terharu.
“Pasti sulit ya?” Tanya Jongsuk
lagi. “Maaf karena tidak memberitahumu tentang rencana appa yang ingin
memasukkanmu ke sekolah ini. Sepertinya tekad appa sudah bulat, jadi aku tidak
berani menentangnya.”
Yunbi menunduk, sedikit memajukan
bibirnya.
“Lalu bagaimana hari-harimu
selama disini?”
Yang ditanya tidak langsung
menjawab. Justru sedikit menggerakan dagunya, seakan menunjuk ke arah seseorang
yang terlihat sedang berlari dari kejauhan. “Dia yang selama ini menolongku.”
Jongsuk tersenyum. “Kenapa lama
sekali?” tanyanya pada Taemin yang baru saja datang. “Apakah UKS sekolahmu
berada diluar negri?” canda namja itu kemudian meraih spray pengurang rasa
sakit dari tangan Taemin dan menyemprotkannya di kaki Yunbi.
“Itu…hh….hyung…. hhh… aku…”
Taemin terengah. Dia lantas ambruk di pinggiran taman.
“Temanmu lucu sekali.”
Yunbi jadi ikut tertawa melihat
tingkah Taemin. Meskipun bodoh, tapi namja itu selalu sanggup menolong Yunbi
dengan caranya yang ajaib.
“Selesai!”
Sebuah ikatan banded dengan
manis melingkar di kaki Yunbi. Bibir namja itu melengkung melihatnya.
“Minta temanmu untuk membelikan
obat, nanti aku akan mengirimkan resepnya lewat sms.” Ucap Jongsuk sambil
berdiri. “Maaf tapi sepertinya aku harus kembali sekarang.”
“Tapi oppa…”
“Sebenarnya abeoji tidak tahu
aku ke korea hari ini.” Jawab Jongsuk. “Ada beberapa urusan yang harus segera
aku selesaikan. Aku berfikir untuk mampir kesini sebentar tapi yah… ternyata
tempat ini lebih jauh dari yang kubayangkan.”
Yunbi jadi tidak sanggup berkata
apapun. Bagaimanapun juga kedatangan Oppanya hari ini sudah membuat ia sangat
berterimakasih.
“…Jaga dirimu baik-baik.” Pamit
Jongsuk akhirnya. “Jika sesuatu terjadi jangan lupa untuk menghubungi Oppa.”
Yunbi menjawabnya dengan
anggukan.
“Dan kau…” Jongsuk mengalihkan
pandangannya pada Taemin. Taemin yang semula tiduran langsung bangkit. “Jaga
Yunbi baik-baik. Jangan sampai dia dalam kesulitan, arraseo?”
“N..ne… Hyung.”
Melihat ekspresi Taemin, Jongsuk
justru tertawa. “Lain kali aku berjanji akan menraktirmu. Terimakasih sudah
menjaga Yunbi selama ini.”
Taemin langsung tersenyum lebar
mendengar kata ‘traktiran’. Dengan sopan ia lantas membungkuk sembilan puluh
derajat begitu tahu Jongsuk mulai melangkahkan kakinya pergi.
“Annyeong Oppa!” teriak Yunbi dari
kejauhan. Di tangannya kini menggantung sebuah kotak berisi cheese cake
kesukannya. Yunbi merasa lega karena sudah melepaskan salah satu beban terberat
baginya.
“Apa katamu?” Taemin kanget.
“Oppa?!?”
Yunbi hanya nyengir membalas
pertanyaan itu. “Sebaiknya kita cepat kembali, Taemin. Sebentar lagi bel pulang
sekolah berbunyi!”
***
Asrama pria pukul 8 malam. Sudah
sejak pukul lima sore tadi Taemin pamit untuk berlatih dance (seperti
biasanya), dan Yunbi yang kakinya masih sakit hanya bisa terdiam diatas meja
belajar sambil menatap ke sebuah kotak berisi cheese cake yang tadi siang
diberi oleh Oppanya. Yunbi menatap kue itu dan hpnya bergantian. Ia ingin
sekali kembali menelpon Oppanya, tapi ia takut kalau-kalau saat ini namja itu
sedang sibuk. Bagaimanapun juga Yunbi tidak mau mengganggu urusan Oppa semata wayangnya itu.
Yunbi menyandarkan punggungnya
di sandaran kursi, memandang langit-langit kamar sambil melamun. Saat itu juga
terdengar suara pintu kamar asrama yang dibuka.
“Taem…” Yunbi berseru sambil
menoleh. Tapi yang ada disana bukan Taemin seperti yang Yunbi kira, melainkan
Minho. Cepat cepat Yunbi beringsut ke arah tempat tidurnya dan ingin
bersembunyi disana.
“Hey kau!”
Belum juga Yunbi menghempaskan
pantatnya diatas kasur, suara Minho lebih dulu terdengar.
“Bisakah aku minta tolong?”
HE?!? Apakah Yunbi tidak salah
dengar? Minho minta tolong padanya? Seorang Minho? Choi Minho?
Yunbi sempat ragu untuk
menanggapi kalimat Minho, tapi kemudian ia ingat bahwa ia berhutang budi satu
kali pada namja itu. Tanpa pikir panjang Yunbi menoleh.
“Ada ap…” belum sempat Yunbi
menyelesaikan kalimatnya. Namja itu lebih dulu dibuat terkejut.
Ia menemukan Minho tengah duduk
diatas kasur dengan badan yang condong kedepan, menunduk, kulitnya penuh keringat,
nafasnya terengah dan bibirnya pucat. Bahkan seluruh tubuhnya gemetaran.
“Hyung?!?” Yunbi dengan cepat
menghambur ke arah Minho meski sedikit terseok karena kakinya yang masih sakit.
“Apa yang terjadi? Kau… kau kenapa Hyung?”
Minho tidak langsung menjawab.
Dia tampak susah payah menarik nafasnya sambil membuka bibirnya perlahan.
“Tolong ambilkan…” tangannya
bergerak menunjuk ke satu arah. “…obat itu…”
Tatapan Yunbi mengikuti jemari
Minho, ia menemukan sebuah kotak yang bertengger diatas rak di dekat pintu.
Cepat-cepat Yunbi meraih kotak itu dan melihat isinya.
“Pelan-pelan Hyung…”
Setelah minum obat, Minho
membuka-tutup matanya sambil kembali mencoba menarik nafas pendek-pendek.
Beruntung ia bisa sampai di kamar asrama ini sebelum jatuh di pinggir jalan.
Minho rasa, ia bisa kembali hidup sekarang.
“Apa yang terjadi…” Tanya Yunbi
lagi. “Apa kau memiliki alergi?” Namja itu masih penasaran. “Mungkinkah…
seafood?”
Mendengar pertanyaan Yunbi,
Minho langsung melihat ke arah namja itu. Ia hanya menatapnya sesaat sebelum membuang
mukanya lagi.
“Jadi benar rupanya.” Celoteh
Yunbi lagi. “Aku tahu benar gejala orang yang memiliki alergi karena waktu
kecil aku pernah melihat Oppaku sakit seperti kau sekarang ini.” Dia menatap
Minho lagi. Menerka-nerka sesuatu yang terjadi.
Apakah Minho baru saja kembali
dari makan malam seperti waktu ia diculik? Apakah kembali terjadi perseteruan
antara dia dan orang kedua itu? Ataukah orang kedua itu sengaja memberikan
seafood pada Minho agar ia keracunan? Lama-lama pikiran Yunbi jadi ngelantur.
Tanpa sadar kini imajinasinya melebihi imajinasi yang dimiliki Taemin.
“Kembalilah.”
“He?”
“Itu…” Minho menunjuk ke lantai
didepan Yunbi. “Kau sudah melewati batas.”
Yunbi yang semula khawatir jadi
berubah kesal. Bisa-bisanya Minho menyinggung garis batas yang ia buat,
sementara sebelumnya namja itu hampir mati dan memohon-mohon pertolongan dari
Yunbi? Namja ini benar-benar… seperti roaler coaster. Tingkah lakunya
sedikitpun tidak bisa ditebak!
Dengan malas Yunbi kembali ke
atas kasurnya di seberang tempat tidur milik Minho. Sementara Minho dengan cuek
membaringkan badannya dan mencoba menutup mata meski sebuah kejanggalan
tiba-tiba mencuat dari dalam hatinya.
***
Malam
yang sama, dua jam kemudian. Yunbi meletakkan kepalanya diatas jendela ruang
operator gedung olah raga. Tiga puluh menit yang lalu turun hujan sesuai dengan
prediksi jam tangannya. Oleh karena itu Yunbi terpaksa bersembunyi padahal ia
sudah sangat mengantuk. Padahal tadinya Yunbi sempat berniat untuk pura-pura
tidur saja dan menyembunyikan badannya dibawah selimut. Tapi Taemin… ia tidak
yakin namja itu akan bisa diam jika menemukan Yunbi versi yeoja tidur di dalam
asrama. Minggu lalu saja saat mereka berdua pergi bersama, Taemin sampai lompat
kegirangan di pinggir jalan. Dia mengklaim sebagai penggemar berat Yunbi dan
bahkan menyatakan cinta pada yeoja itu. Taemin bilang, jika dilihat-lihat wajah
Yunbi mirip dengan Song Hye Gyo, aktris favoritenya.
Yunbi tertawa kecil mengingat
kejadian itu. Ia berfikir jika tidak memiliki Taemin, Yunbi tidak yakin
bagaimana ia harus menghadapi situasi seperti sekarang.
Disaat Yunbi asik melamun,
sebuah suara tiba-tiba terdengar. Yunbi terlambat menyadari bahwa ada seseorang
yang kini juga tengah bersamanya di tempat itu.
“Oh… maaf, aku tidak tahu kalau
kau ada disini.”
Yunbi tidak sempat
menyembunyikan wajahnya. Dari ucapan namja itu, bisa dipastikan ia sudah lebih
dulu mengenali Yunbi.
“Tidak pa-pa, Oppa.” Jawab
Yunbi. “Lagipula kau juga yang menemukan tempat ini lebih dulu.”
Ia tersenyum, lalu menyeret
sebuah kursi dan duduk disamping Yunbi sambil ikut melihat ke luar gedung.
Lagi-lagi Yunbi salah tingkah.
Ini kedua kalinya ia bertemu Minho dengan identitas aslinya. Kedua pertemuan
itupun selalu di tempat persembunyian Yunbi, selalu disaat hujan turun dan di
waktu yang tidak pernah Yunbi ketahui.
“Bagaimana kakimu?” Minho
bertanya karena ia masih mengingat kejadian bersama Yunbi sebelumnya. “Apa
masih sakit?”
Ini hari ketiga semenjak
pertemuan mereka, “Sudah tidak terlalu sakit.” Bengkak dikakinya sudah
berkurang. Ditambah dengan obat yang diberikan Jongsuk waktu itu mempercepat
proses penyembuhan Yunbi.
Yunbi bahkan tidak menyadari
bahwa ia mengalami sakit seperti ini. Sebelumnya ia selalu menangis jika
melihat darah dari nyamuk yang menempel di tangannya, bahkan Yunbi pernah
pingsan hanya karena tergores cutter di waktu les seni membuat patung. Karena
itulah Oppa Yunbi memutuskan untuk menjadi dokter agar bisa mengobati setiap
luka Yunbi. Dan ketika kakinya sampai bengkak seperti sekarang, Yunbi hanya
meringis menahan sakit. Bahkan sampai berpura-pura baik-baik saja saat sekolah.
Yunbi tidak menyangka, keadaan terdesak bisa membuat ia semakin kuat.
“Kenapa kau tertawa?” Tanya
Minho tiba-tiba.
Yunbi terkejut karena ia tidak
sadar sudah tertawa di sela lamunannya. “Tidak pa-pa. Hanya teringat sesuatu.”
Minho kembali melihat keluar
jendela, “Aneh sekali. Kita selalu saja bertemu di saat hujan seperti ini ya?”
Sebuah senyuman mengembang di
wajah Yunbi. Ia tidak menanggapinya.
“Apakah kau sudah baikan?”
“Hm?”
“Aler…”
ASTAGA!
Hampir saja Yunbi lupa! Orang yang mengetahui tentang alergi Minho adalah Yunbi
versi pria, bukan sosoknya yang sekarang!
Yunbi
mendadak terdiam, tidak melanjutkan pertanyaannya. Ia sibuk mencari-cari bahan
obrolan lain sampai akhirnya tiba-tiba lampu gedung olahraga padam. Sebelumnya
hanya ada satu lampu yang memang selalu dinyalakan jika tidak ada kegiatan,
tapi satu-satunya lampu penerang itupun padam. Saat mereka menengok keluar,
ternyata lampu seluruh sekolahan ikut padam.
“Ah…
sepertinya terjadi pemadaman listrik.” Minho membalik tubuhnya jadi memunggungi
jendela. “Sudah sering seperti ini jika hujan deras turun. Kau tidak perlu
khawatir.”
Tidak
ada suara.
Minho
menunggu beberapa saat. Tapi yeoja disampingnya tetap tidak mengeluarkan suara.
“Hello…”
Minho menengok ke samping meski ia tidak melihat apapun disana. “Apa kau masih
disitu?”
Masih
sunyi. Hanya suara hujan yang terdengar.
Minho
lantas mengambil ponselnya dan menyalakan flash kamera.
“Kau…
kau tidak apa-apa kan?” ia menemukan Yunbi tengah memeluk lututnya diatas
kursi. Diam tidak bergerak, tapi bahunya tampak naik turun tidak beraturan.
“A…agashi…”
Minho menyentuh lengan Yunbi, ia dapat merasakan tubuh yeoja itu gemetaran.
“Gwenchana?”
Yunbi
masih diam.
“Agashi!
Agashi!” Minho mulai berdiri didepannya dan memegang kedua lengan Yunbi. “Buka
matamu sekarang.”
Minho
mendadak panik, ia pernah menemukan hal semacam ini terjadi sebelumnya. Ia… ia
hanya tidak ingin hal buruk itu terulang lagi.
Minho
langsung memeluk Yunbi cepat, tidak peduli ia mengenal yeoja itu atau tidak
tapi ia hanya ingin membuat yeoja itu menjadi tenang.
“Aku
akan membawamu keluar sekarang juga.” Ucapnya berbisik. “Jadi buka matamu dan
coba lihatlah…”
Yunbi
mulai bereaksi. Yeoja itu perlahan membuka matanya, dan ia menemukan wajah
Minho tengah menatapnya meski penerangan hanya terbatas. Yunbi sampai melupakan
identitas yang harus ia sembunyikan, yang ia ingat ia hanya bisa menangis
sesengukan karena fobianya terhadap kegelapan muncul tiba-tiba.
“Pelan-pelan..
ikuti langkahku.” Dengan sabar Minho menggandeng Yunbi menuruni tribun
penonton. Keduanya ingin segera meninggalkan gedung olah raga dan kembali ke
sekolah. Yunbi yang masih takut karena pandangannya yang terbatas hanya bisa
pasrah mengikuti langkah namja itu dari belakang. Ia sudah berusaha sekuat
tenaga menahan diri untuk tidak berteriak ketakutan.
Saat
tiba didepan pintu, Minho mencoba mendorongnya dari dalam namun anehnya pintu
itu tidak bergerak.
“Astaga…
terkunci.”
Minho
tidak ingin membuat Yunbi ikut panic. Meski ia memiliki kunci gedung olah raga,
namun gedung ini dikunci dengan gembok yang ditaruh diluar. Minho mencoba untuk
lewat melalui pintu belakang namun lagi-lagi pintu belakang terkunci. Dan
sayangnya pintu utama hanya satu-satunya kunci yang Minho miliki.
Dengan
berat hati harus Minho akui mereka terjebak disana. Pasti karena sudah melewati
jam 10 malam jadi semua pintu kembali di periksa dan dikunci, tepat setelah
Minho memasuki gedung ini.
“Maafkan
aku.” Ucap Minho menyesal. Ia duduk disamping Yunbi, bersandar pada pintu
utama.
Yunbi
tidak menjawab. Yeoja itu terdiam melihat pancaran sinar dari flash handphone
Minho yang menyorot ke tengah lapangan.
“Apa
kau… baik-baik saja.”
Tentu
saja tidak. Yunbi mati-matian mengontrol pikirannya untuk tetap tenang. Ia
berusaha mencari-cari kenangan lain dalam pikirannya agar ingatan buruk itu
tidak mempengaruhinya.
Tiba-tiba
Yunbi merasakan sebuah sentuhan di tangannya, begitu hangat mengikat di sela
jari-jarinya.
“Tidak
pa-pa. Ada aku disini. Kau akan baik-baik saja.”
Saat
itu rasanya seperti semua hal yang tengah Yunbi pikirkan mendadak kosong.
Semuanya hilang. Yunbi hanya bisa berfokus pada seseorang yang duduk
disampingnya sambil menggegam erat tangannya. Seakan berbagi kesunyian bersama.
Saling berusaha menyembunyikan pikiran masing-masing. Tapi juga sibuk bertukar
tatapan dalam diam.
Yunbi
tidak bisa merasakan apapun.
Apapun
selain debaran di hatinya.
-To
Be Continue-
wkwkwkwk map maap episode kali ini drama banget. aku aja sampe cekikikan sendiri bacanya! sampai ketemu di eps selanjutnya yak! muaah
No comments:
Post a Comment