OMAIGAAADDD
Maafkan saya kawan semuaah kalo udah lama ngilaaang~
ngga bermaksud untuk sembunyi, tapi akhir2 ini lagi disibukkan dengan pekerjaan. *bersyukur*
jadinya banyaaak hal yang terabaikan
maaf ya maaaf
dan kali ini saya bawa lanjutan FF sayaaa
yang mau baca part sebelumnya bisa klik DISINI
langsung aja yaawww
Tittle : Pixie Rain
[Part 5]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Comedy, Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
“Cklek!” Pintu kamar mandi terbuka. Yunbi yang tengah
berdiri tepat didepannya sempat bertukar tatapan beberapa detik sampai Minho
menyadari ponsel yang namja itu genggam adalah miliknya.
“Apa
yang kau lakukan?!” Tanya Minho dengan nada tinggi.
“I…itu….”
“Siapa yang mengijinkanmu
menyentuh barang-barangku?!?”
Yunbi tersiagap.
Bukan main-main namja itu
terlihat sangat marah. Bahkan ia sudah mengepalkan tangannya siap untuk
melayangkan tinju. Yunbi hanya mampu menahan nafas sambil menutup kedua
matanya. Ia membayangkan mungkin dalam beberapa detik sebuah pukulan akan
mendarat di pipinya dan meninggalkan bekas disana.
“BLAM!”
Jantung Yunbi hampir saja lepas
ketika mendengar suara pintu dibanting dengan keras. Ia membuka matanya
perlahan, takut-takut kalau Minho masih berdiri dihadapannya dan hendak
melayangkan pukulan. Namun tak ada siapapun disana. Yunbi baru bisa menghirup
udara saat menyadari Minho lebih memilih untuk pergi meninggalkan kamar itu
ketimbang melampiaskan amarah padanya.
Yunbi memang mengaku salah
karena ia tidak seharusnya menyentuh barang orang lain tanpa ijin. Tapi apakah hanya karena Yunbi memegang handphone
Minho, ia harus semarah itu? Apakah ‘sesuatu’ yang tidak sengaja Yunbi lihat
disana memang tidak seharusnya dilihat oleh siapapun? Ataukah jika handphone
itu dipegang orang lain maka korea utara akan langsung melepaskan misilnya
untuk menyerang Busan?
Pikiran
Yunbi melalangbuana tidak karuan. Dia terduduk menghadap ke arah pintu dengan
tatapan yang kosong. Dalam sekejap nyanyian jangkrik dari taman belakang
sekolah bercampur suara penghuni asrama lain sayup-sayup memenuhi sudut kamar
Yunbi. Aneh sekali. Yunbi tidak pernah merasa se sepi ini.
Dua
teman sekamarnya meninggalkan Yunbi begitu saja. Minho pergi karena marah, dan
Taemin yang berpamitan untuk membeli makanan belum juga kembali. Ini sudah
hampir pukul 22.30, kemana sebenarnya namja itu pergi? Yunbi harus segera
menceritakan kejadian malam ini pada Taemin agar namja itu bisa membantunya
berbaikan dengan Minho. Tapi sayang, saat sedang dibutuhkan Taemin justru
menghilang.
“Drrttt…drrrttt…”
Yunbi mencoba menelpon Taemin
namun ponselnya justru bergetar diatas tempat tidur. Kebiasaan ‘pelupa’ namja
itu rupanya kambuh lagi.
Entah
Jokbal atau apapun itu sekarang Yunbi bahkan sudah kehilangan selera makan. Ia
mencoba untuk berfikir tenang sambil berbaring diatas tempat tidur. Menebak
kemungkinan demi kemungkinan yang terjadi sampai-sampai Taemin pulang terlambat
seperti sekarang. Ini sudah sangat malam dan Taemin belum juga kembali,
bagaimana jika tiba-tiba Mr Yoo datang untuk memeriksa keadaan asrama?
Saat
itu juga tiba-tiba ponsel Taemin kembali berdering, rupanya ada pesan singkat.
Tentu
saja Yunbi tidak ingin mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya dengan
mengutak atik ponsel milik orang lain. Tidak, Yunbi tidak akan mengulanginya.
Ia
sempat berargumen dengan dirinya sendiri, apakah akan memeriksa ponsel Taemin
atau justru membiarkannya begitu saja. Yunbi berfikir mungkin saja Taemin
memiliki janji dengan sesorang yang bisa ia temukan di ponsel itu. Ya, pasti
ada sesuatu yang bisa ia temukan didalam sana.
Dan
Yunbi melakukannya. Dengan sekali geser, ponsel itupun terbuka.
Tapi yang tertera di layar
bukanlah wallpaper ataupun menu utama, melainkan aplikasi notes yang sepertinya
belum sempat Taemin tutup sebelum layarnya terkunci.
“Apa ini…”
Kali ini kedua mata Yunbi
menyipit begitu membaca title dari notes itu. Setiap title notes ditulis bukan dengan
sebuah kalimat atau catatan seperti yang orang lain simpan pada umumnya,
melainkan deretan 6 angka dengan awalan yang sebagian besar sama. Ada begitu banyak
file, sampai-sampai Yunbi membutuhkan beberapa waktu untuk menyadari bahwa
angka-angka tersebut menunjukkan sebuah tanggal dengan urutan
Tahun-Bulan-Tanggal. Dan didalamnya hanya tertulis beberapa tempat di dalam
sekolah ini.
Dari
yang Yunbi lihat, tanggal pertama yang ditulis disana dimulai hampir dua tahun
lalu. Sedangkan tanggal terakhir adalah seminggu yang lalu. Tepat satu hari
sebelum Yunbi pindah kemari. Membuat namja itu semakin penasaran.
‘Kenapa Taemin menulis semua
ini?’ Yunbi masih tidak bisa mengerti.
Yunbi jadi teringat dengan pesan
yang baru saja masuk. Cepat-cepat ia membuka kakaotalk dan memeriksa isinya.
Sebagian besar tidak mencurigakan, namun satu dari nama yang tertera disana
membuat Yunbi penasaran. Dikirim dari seseorang dengan uname ‘King of iljin’,
pesan terakhir yang Taemin terima sore tadi adalah “Orang itu kau kan?”
DEG!
Yunbi menggeser percakapan itu
ke atas dan membaca satu persatu isinya. Ia bisa menemukan kalimat “Aku tunggu
kau di backstage.”, “Jangan berani-berani cerita pada siapapun.” dan “Belikan
aku roti, sekarang!” Semua pesan itu masuk oleh pengirim tanpa balasan dari
Taemin.
Balon
pesan hanya berada di satu sisi.
Dikirim
terus menerus.
“Ah bibirmu… Apa woohyun
memukulmu begitu keras?”
Kalimat
yang pernah ditanyakan Taemin pada Yunbi tiba-tiba terngiang dalam pikirannya.
Saat itu… kenapa Taemin bisa tahu persis bahwa yang memukulnya adalah Woohyun?
“Di sekolah ini ada satu geng yang berbahaya. Mereka merupakan iljin.
Apapun yang terjadi kau harus menghindarinya. Harus!”
“Seolma…”
“Sekalinya kau jadi
sasaran mereka, kau tidak akan pernah bisa lepas darinya. Perlu kau tahu, di
kelas kita bahkan pernah ada siswa yang hampir bunuh diri karenanya.”
Apakah
Taemin orang itu? Apakah Taemin yang selama ini menjadi sasaran mereka? Itu
tidak mungkin kan? Itu tidak mungkin bahwa Taemin merupakan siswa yang hampir
bunuh diri karenanya. Tidak mungkin… kan?
Yunbi
melirik ke arah jam dinding, sekarang pukul 11 malam dan hanya dia satu-satunya
orang yang berada di dalam kamar. Sebelumnya Taemin berjanji akan kembali dalam
sepuluh menit, namun ini sudah lebih dari satu jam dan dia belum juga muncul.
Belum lagi Minho yang langsung pergi karena kejadian tadi.
‘Ah…
apa yang harus aku lakukan??’
Yunbi
bukan tipe seseorang yang akan berkorban demi orang lain, ia juga bukan tipe
yang memikirkan perasaan orang lain ketimbang dirinya. Selama ini Yunbi hidup
hanya demi memenuhi apa yang ia inginkan. Jika teman-teman mulai menjauhinya,
maka Yunbi hanya perlu memberikan mereka beberapa barang dan melakukan hal
menyenangkan bersama.
Tapi
sekarang Yunbipun tidak sanggup mempercayai dirinya, ia berjalan keluar asrama
sendirian demi mencari seseorang yang baru saja ia kenal. Seseorang yang bukan siapa-siapa. Yunbi sudah berusaha
mengabaikannya, namun sikap baik yang dilakukan Taemin padanya selama ini
benar-benar mengganggu pikiran Yunbi.
“Annyeonghaseo…” sapa Yunbi pada penjual
jokbal setelah ia berhasil kabur dari asrama melewati ‘jalan pintas’ yang
pernah Taemin tunjukkan padanya.
“Oh
maaf nak, kami sudah ingin tutup.”
“Aniyo,
aku hanya ingin bertanya apakah seorang siswa berambut jamur dengan jaket
berwarna abu-abu masih ada disini?”
“Oh
Taemin?” Ahjumma penjual Jokbal itu langsung mengenali orang yang Yunbi maksud.
“Iya tadi dia sempat kemari tapi kemudian buru-buru kembali setelah mendapatkan
makanan yang ia pesan. Bukankah sudah satu jam yang lalu asrama sudah ditutup?”
Yunbi
terkejut mendengar jawaban ahjumma itu. Ia jadi takut sesuatu yang buruk
menimpa Taemin. Cepat-cepat Yunbi kembali ke sekolah sebelum waktu terbuang
lebih banyak. Yunbi jadi bimbang antara harus menemukan Taemin seorang diri
atau melaporkan kehilangannya pada penjaga asrama. Namun kepergian Taemin
setelah jam 10 malam merupakan sebuah pelanggaran.
Akhirnya
Yunbi memutuskan untuk pergi sendirian mencari namja itu. Kalau memang ini
adalah ulah para geng iljin, mereka pasti masih ada disekitar sekolah.
Tempat
pertama yang Yunbi datangi adalah backstage gedung teater tempat ia mendapatkan
‘pelajaran’ dari mereka sebelumnya. Tapi sayangnya tidak ada siapapun disana.
Yunbi berpindah ke aula sekolah, gedung olahraga, dan bahkan ke gedung utama.
Ia berjalan dalam gelap. Yunbi juga tidak bisa berteriak memanggil nama Taemin
karena itu bisa membuatnya ketahuan. Satu-satunya yang bisa Yunbi andalkan
hanya penglihatannya yang terbatas, dan juga pendengarannya kalau-kalau ada
suara Taemin yang berteriak di sudut sekolah.
Namun
ketika Yunbi mulai meninggalkan gedung sekolah menuju asrama, ada sebuah derap
langkah yang berjalan ke arahnya. Yunbi panik kemudian berlari kembali ke dalam
gedung, saat itulah ada sorot lampu senter sang penjaga sekolah yang terpancar
dari kejauhan.
“Siapa
disana?” teriak penjaga gedung.
Habis
sudah. Yunbi tidak tahu apakah ia harus keluar gedung menuju ‘seseorang dengan
derap langkah yang ia dengar sebelumnya’, atau mencari tempat bersembunyi di
dalam gedung untuk menghindari penjaga sekolah. Ia bimbang.
Saat
itu juga tiba-tiba ada sebuah uluran tangan yang dengan cepat menarik tubuh
Yunbi dan membawanya ke masuk dalam kelas. Hampir saja Yunbi berteriak, tapi
orang itu dengan sigap menutup mulutnya dan mengunci Yunbi dengan tubuhnya di
balik pintu.
Yang
terdengar hanya deru nafas mereka berdua. Seseorang yang memiliki tinggi lebih
dari Yunbi itu tampak was-was sambil melirik ke luar ruang kelas dimana sorot
lampu senter berjalan semakin dekat.
Yunbi
melirik namja itu dengan ekor matanya. Karena meskipun tak ada satupun kata
yang keluar dari bibir namja itu, dari postur dan bau cologne yang begitu khas
tercium dari tubuhnya, Yunbi sangat mengenalinya.
Yunbi
mematung sementara namja yang berada tepat didepannya masih berusaha waspada.
Sorot lampu senter yang memancar di balik pintu dimana mereka bersembunyi
sekarang tampak berputar-putar sejenak sebelum akhirnya menyorot masuk ke dalam
kelas. Hampir saja bayangan mereka terlihat, namun dengan cepat namja itu
menekan tubuh Yunbi ke tembok lebih rapat demi menghindari sorotan lampu itu,
membuat tengkuk Yunbi semakin menegang.
Tapi kemudian sorot lampu itu
berpindah kembali ke lorong. Lama kelamaan menjauh sampai hilang sama sekali.
Saat itu pulalah namja yang Yunbi tahu adalah Minho melepaskan tubuhnya dari
Yunbi, membuka pintu dan pergi tanpa berkata apapun. Yunbi yang masih dalam
mode menbung pun ikut berlari keluar dari gedung utama menuju asrama sebelum namja
itu semakin jauh meninggalkannya.
“Sekali lagi jika kau bertindak
bodoh, aku tidak akan menyelamatkanmu.” Minho berujar lirih sambil terus
berjalan.
Yunbi
tidak berani menjawabnya.
‘Ah iya… Taemin!’ Tadi Yunbi
bermaksud keluar untuk mencari namja itu. Tapi bukannya ketemu, ia justru
hampir tertangkap oleh penjaga sekolah. Sebenarnya ia masih ingin kembali
keluar untuk meneruskan pencariannya, namun Yunbi tidak yakin bisa melakukannya
sendirian.
“Itu… Taemin… dia….”
“Dia sudah masuk ke dalam
kamar.” Jawab Minho singkat. Masih dengan nada datar namja itu mendahului
langkah Yunbi menaiki tangga kemudian masuk ke kamar 305. Semula Yunbi tidak
langsung percaya, namun tak ada hal lain yang bisa ia lakukan selain
membuktikan ucapan namja itu.
Dan
benar, ketika Yunbi masuk ke dalam kamar, di sana terlihat seorang namja yang
tengah duduk di pinggiran tempat tidur Yujin. Taemin tengah tertunduk,
memegangi bahu kirinya.
“Taemin?”
“Oh Bi-yah! Kemana saja kau?”
Seketika Yunbi terdiam, lama
kelamaan bahunya merosot. Hampir saja namja itu jatuh terduduk jika tangannya
tidak kembali menggengam gagang pintu yang baru saja ia tutup.
“Kau…?”
“Ah ini dia Jokbalnya!” Taemin
meraih sebuah bungkusan plastik yang berada di sampingnya. “Sudah agak dingin,
tapi ini masih enak!” Sebuah senyuman mengembang di pipi namja itu, membuat
Yunbi semakin tidak tega melihatnya.
Minho yang lebih dulu masuk ke
dalam kamar langsung berbaring di tempat tidurnya seperti biasa. Belum sempat
ia memasang headset untuk mendengarkan musik, tiba-tiba sebuah suara tangisan
lebih dulu masuk ke dalam telinganya. Minho kemudian menoleh untuk mencari
sumber suara itu.
Diluar dugaan, yang ia temukan
disana ternyata sosok Yunbi yang tengah terduduk dilantai memegangi lutut
Taemin sambil menangis. Yunbi tampak sangat terpukul. Membuat Minho mengerutkan
dahinya heran, karena bagi minho ini bukan pertamakalinya ia melihat apa yang
terjadi pada Taemin sekarang.
Wajah Taemin lebam kebiruan,
sudut bibirnya berdarah, lengan jaket sebelah kirinya robek, celana bagian
lututnya kotor dan buku-buku jarinya lecet.
Yunbi tidak percaya dugaannya
benar. Bahwa selama ini Taemin lah yang menjadi sasaran bully para geng iljin
itu. Seharusnya ia tahu bahwa orang yang melaporkan kejadian saat Yunbi dibully
pada Mr Kim adalah Taemin. Hanya demi ingin membelikan Yunbi sebuah Jokbal,
Taemin harus tertangkap mereka dan kembali mendapatkan pukulan.
Baru kali ini Yunbi menemukan
ada orang yang memiliki kepribadian seperti Taemin. Ia tidak bisa membayangkan
bagaimana Taemin melewati hari-harinya selama ini. Pasti sangat sulit baginya
sampai ia terfikir untuk bunuh diri. Dan bahkan semua ini sudah terjadi hampir
2 tahun selama ia menjadi siswa disekolah ini.
“Ya… kenapa kau malah menangis?
Bukankah kita akan makan Jokbal malam ini?” Taemin justru bingung melihat Yunbi
yang tiba-tiba menangis didepannya. “Ayolah Yunbi…. Jangan jadi cengeng seperti
seorang yeoja huh?”
***
Pukul 3 sore. Yunbi baru saja ingin
mengganti baju seragamnya ketika seseorang tiba-tiba membuka pintu dan
menghentikan aktivitas namja itu.
“Kenapa cepat sekali? Bukankah
seharusnya kau masih bersama Naeun?”
Taemin yang baru saja masuk ke
dalam kamarnya dengan malas duduk di pinggiran tempat tidur Yunbi.
“Apa dia tidak jadi
mengobatimu?” Yunbi penasaran. “Aku sudah menyampaikan semua sama seperti yang
kau katakan. Dia juga sudah berjanji untuk datang. Apakah kalian bertengkar
atau semacamnya?”
Yang diajak bicara justru
menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.
“Ya! Apa yang sebenarnya
terjadi? Apa semua tidak berjalan lancar? Apa dia mengatakan sesuatu padamu?
Atau ada hal lain?” Yunbi makin tak sabar. “Ada apa sebenarnya huh? Cepat-cepat
ceritakan padaku. Apakah kau…”
“Dia bilang padaku untuk
berhenti menemuinya.”
Giliran Yunbi yang terdiam.
Bibirnya membeku dalam beberapa detik.
“Dia bilang aku terlalu jelek,
tidak populer, dan pengecut.” Pasti terasa begitu pahit saat menceritakannya,
bahkan Yunbi yang mendengarnya pun tidak percaya jika kalimat itu keluar dari
bibir Naeun. “Dia juga bilang kalau aku bukan tipenya. Dia bahkan mengatakan
jika ia tidak menyukaiku bahkan disaat aku belum sempat mengutarakan perasaanku
padanya...”
‘Apakah itu (perasaan Taemin
pada Naeun) terlihat terlalu jelas?’
“…Setelah hampir 2 tahun, aku
tidak menyangka ia berfikiran seperti itu. Bahkan lebih dari pada itu dia…” Taemin
menghentikan ucapannya sambil menatap kea rah Yunbi sedih. “Dia justru meminta
nomor telponmu padaku. Dia bilang dia lebih menyukaimu.”
“Ne?” Yunbi hilang kata-kata.
“I…itu…” Tadi saat mereka sempat bertemu di taman, Naeun memang meminta nomor
ponsel Yunbi. Namun Yunbi tidak langsung memberikannya, melainkan ia justru
meminta Naeun memenuhi permintaannya untuk bertemu dengan Taemin lebih dulu.
Yunbi sama sekali tidak mengira Naeun akan meminta nomer ponselnya pada Taemin
secara langsung…
Beberapa lama menunggu
penjelasan Yunbi yang tak kunjung muncul, Taemin langsung bangkit. Ia berjalan
ke arah pintu kemudian mencari sesuatu dalam tasnya yang tergantung disana.
Sepucuk surat dengan kertas berwarna merah muda. Taemin memandangi kertas itu
lama sebelum akhirnya berbalik menghampiri Yunbi.
Tapi belum juga ia melangkahkan
kakinya, tiba-tiba Taemin terperanjat.
“K-kau
si-siapa?”
DEG!
Yunbi tidak langsung menjawab.
“Apa
maksudmu?” ucapnya penuh tanda tanya.
Taemin melihat ke arah Yunbi
dengan horrornya. Ia seperti baru saja menemukan sebuah mummy bisa bermain
skateboard.
“K-kau… apa kau hantu?” kali ini
Taemin setengah berteriak. Langkahnya semakin lama semakin menjauhi Yunbi dan
membuat ‘jarak’ diantara mereka.
“Aku bukan…” Yunbi pun tiba-tiba
menghentikan ucapannya ketika ia menyadari sebuah helaian rambut yang menjulur
melewati bahunya tertiup angin. Membuat Yunbi sadar kalau tubuhnya sudah
berubah kembali menjadi… YEOJA!
“KYAAA!!!” yeoja itu berteriak
spontan. Yunbi tidak menyangka jika ia bisa kembali menjadi yeoja disaat ia dan
Taemin tengah berada didalam sebuah perdebatan.
“Tok! Tok! Tok! Buka pintunya!”
Saat
itu juga mereka mendengar teriakan dari luar. Yunbi masih bertukar tatapan
dengan Taemin dikala mereka menyadari bahwa Minho lah yang berdiri disana.
Habis
sudah.
-To Be Continue-
waaaaaa Yunbi jadi cwek lagi!!
waaaaaa ketauan sama Taemin!!
waaaaaa ada Minhoo
gawat mameeen. terus gimana ya nasib yunbi selanjutnya? tunggu deh hihihi. semoga sabar menunggu yaaa. sampai ketemu di part selanjutnyaaa
No comments:
Post a Comment