Pages

Wednesday, 5 February 2014

FF SHINee : Lucid Dream [Part 8]

Annyeong lucider-deul(?)
Author cempreng nan lemot ini kembali datang untuk mengusik kehidupan kalian(?). sekali lagi mian kalo lama, karena sepertinya lucid dream emang bakalan berjodoh untuk di posting sebulan sekali.
Menganggapi beberapa komen di part kemaren, banyak banget yg bertanya2 kenapa secondmannya Minho, padahal kebanyakan nebak Key atau Onew, lagian Minho udah sering banget (bahkan selalu) jadi secondman.
Alasannya adalah...karena saya masih sangat suka ama karakter Minho di FF (yang sebenernya agak beda ama kenyataan wkwk), yang kedua soalnya disini aku pengen bikin karakter Onew jadi penengah, yang ketiga aku pengen karakter Key jadi orang yang cuek dan blak blakan. Akhirnya Minho kembali terpilih. Sekian.
Buat ngingetin part kemaren, cekidots:
  • “Yujin... kau jinjja...” rahang Hana terkatup keras. Tanpa lebih banyak meninggalkan kata, Hana lantas pergi meninggalkan Yujin yang tahu benar akan sulit untuk sekedar bertemu dengan yeoja itu lagi.
  • “Aniyo Minho. Aku tidak pernah menginginkan imbalan apapun dari kalian. Sebaiknya uang itu digunakan untuk menyewa tempat latihan saja. Sungguh, aku tidak bisa menerimanya. Mian.”
  • Sudah begitu banyak waktu yang ia buang hanya demi untuk mengejar seorang namja yang jelas-jelas tidak pernah menganggapnya sejak awal ini. Yujin jengah. Yujin sudah cukup lama bersabar hanya demi menemukan jawaban atas misteri dalam mimpinya. Kini Yujin sudah terlanjur masuk, dan ia menyesal.
  •  “Kau harus selalu memakai topeng dan menyembunyikan sisi lain dari dirimu didepan banyak orang. Mereka bisa saja menganggapmu pria yang tangguh, tapi bagiku kau pria yang menyedihkan.”
  • Yeoja itu tidak langsung menjawab, matanya mengerjap beberapa kali. Yang bisa ia lihat hanya sosok Jonghyun yang sedang menunggunya diatas motor, bersiap untuk mengantarkannya pulang.
  • Ketika ada sebuah kesulitan datang, tanpa diduga justru ada keberuntungan lain yang mengikutinya. Yujin tidak pernah mengira hari ini ia akan makan malam ditemani oleh namja yang selalu menyita pikirannya. Duduk berhadapan sambil menghabiskan dua mangkuk jajangmyun gratis tentu saja tidak akan mungkin Yujin lupakan.
  • Tapi belum sempat langkah yeoja itu mendekati tangga, seseorang yang duduk diruang tamu bersama umma Yujin lebih dulu membuat ia terperanjat.


Tittle                    : Lucid Dream [Part 8]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Minho? Apa yang kau lakukan disini?” Yujin membelalak. Setengah dari kesadarannya tiba-tiba lenyap seperti tidak percaya sosok yang duduk di sofa ruang tamunya benar-benar seorang Minho.
                Namja yang disebut namanya langsung tersenyum menyambut kedatangan Yujin, “Aku kesini...”
                “Aigoo Yujin-ah... kenapa baru pulang sekarang?” Potong umma Yujin sebelum Minho sempat menjawab. “Kasihan nak Minho sudah jauh-jauh kemari dan menunggumu sejak tadi.”
                Tatapan Yujin spontan menyipit ke arah ummanya. Sejak kapan ummanya berbicara dengan lembut seperti ini? Bahkan dengan Hana pun ia tidak pernah merubah nada bicaranya.
                “Mian sudah membuatmu menunggu lama.” Ucap Yujin sambil duduk disofa samping Minho, saat itulah umma pamit kedalam untuk mempersilakan mereka berdua agar berbicara lebih nyaman.
                “Gwenchana... lagipula ummamu sudah memperlakukanku dengan baik.”
                HEOL, batin Yujin.
                “Jadi ada apa kau kemari?” lanjutnya. “Apa ada hal yang penting yang ingin kau sampaikan?”
                “Tadinya aku ingin bertanya sesuatu. Tapi sepertinya ummamu sudah menjelaskan semuanya.”
                Kening Yujin berkerut. Perasaannya jadi tidak enak, takut kalau-kalau ummanya bercerita yang tidak-tidak.
                “Seharusnya kau bilang sejak awal Yujin. Tentang jam malammu.” Lanjut Minho. “Mian karena kami kau jadi dihukum.”
                “Ani! Gwenchana Minho, itu bukan salah kalian. Sungguh!” Yujin berusaha meyakinkan sebelum Minho salah faham. “Itu salahku karena lupa memberi tahu jika ingin pulang terlambat. Itu... benar-benar tidak ada sangkut pautnya dengan kalian.”
                Yujin jadi mendadak kesal karena ummanya telah membeberkan rahasia yang sebelumnya Yujin simpan. Padahal Yujin tidak ingin member SHINee mengetahuinya, apalagi membuat Minho tampak merasa bersalah  seperti sekarang.
                “Tapi lain kali... kau harus berjanji untuk memberitahu kami jika hal ini terjadi lagi ne?”
                “Tenang saja, aku tidak akan mengulanginya. Yaksoge...”
                Sebuah senyuman seketika merekah di bibir Minho. Dia sempat melirik jam yang melingkar di tangannya sebelum akhirnya berpamitan untuk pulang. Yujin tidak menyangka Minho rela datang jauh-jauh dan bahkan telah menunggu lama hanya demi mengucapkan beberapa kalimat saja.
                “Aigoo-yah, dia sopan sekali. Kenapa kau tidak pernah memberi tahu umma jika punya teman seperti dia Yujin?”
                Yujin diam.
                “Kau seharusnya menceritakan pada umma sejak awal kalau kau menjadi manajer mereka. Lain kali umma akan mengijinkannya...”
                Dahi Yujin berkerut.
                “...Ini adalah kegiatan yang positif. Lagipula kau bisa mengganti uang jajan dari yang umma berikan dengan pekerjaanmu bukan?”
                “MWO?”
                “Umma tidak menyangka, belum lama membantu mereka saja kau sudah mendapatkan seratus ribu won.” Ucap umma Yujin sambil memamerkan sebuah amplop didepan mata Yujin. Tak salah lagi, amplop itu pemberian Minho sebelum Yujin datang.
                “Umma!?!” Yujin membelalak. “Berikan padaku sekarang!”
                “Coba saja kalau kau berani mengambilnya.” Tantang umma Yujin. “Sebagai gantinya hukumanmu tidak jadi umma hapuskan.” Lanjut beliau kemudian berjalan menuju kamarnya.
                “UMMA JEONGMAL!!!”
***
                “Yujin!!” suara cempreng bernada tinggi terdengar dari ujung koridor. Yujin yang semula berniat untuk naik ke atas, sejenak menghentikan langkahnya di ujung anak tangga yang paling bawah sambil mendengarkan baik-baik panggilan yang diarahkan kepadanya.
                “Aku memanggil namamu sejak tadi kenapa kau tidak menjawabnya huh?” lanjut Hana terlihat kesal. Yujin masih diam. Tubuhnya mendadak kaku di tempat dan tidak sanggup membalas tatapan Hana yang mengarah padanya.
                “Kelas dimulai 30 menit lagi. Bagaimana kalau kita sekarang ke kantin?”
                “Ka...kantin?” tanya Yujin terbata. Hana menangguk.
                “O...oke...”
                Yujin heran dengan sikap Hana pagi ini. Apa dia lupa akan peristiwa terkuaknya identitas Yujin yang merupakan seorang manajer SHINee kemarin? Atau dia sudah memaafkan Yujin? Tapi Yujin bahkan belum sempat menghubunginya sama sekali. Ada apa sebenarnya sampai Hana berubah seratus delapan puluh derajat seperti ini?
                “MWO? MINHO MENEMUIMU?” pekik Yujin tak percaya saat mereka sudah sampai di kantin. Baru secuil Hana bercerita, Yujin sudah dibuat terperanjat karenanya.
                “Ssssttt jangan keras-keras Yujin, nanti orang-orang bisa mendengarnya.” Hana menoleh kanan-kiri kemudian tersenyum garing saat pengunjung kantin yang lain menatapnya aneh.
                “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Minho menemuimu? Apa ada sesuatu yang ia katakan? Apa dia...”
                “YA! YA! YA! Kau ini bertanya atau apa huh? Kenapa panjang seperti itu?”
                Yujin langsung diam. Dia sampai lupa kalau ia seharusnya meminta maaf lebih dulu atas kejadian kemarin, tapi anehnya atmosfir diantara mereka berdua kembali dengan cepat seperti tidak terjadi apapun.
                “Saat aku bolos dari kuliah kemarin, aku melihat ia tengah menunggu didepan gerbang universitas kita.” Hana memulai penjelasannya. “Awalnya aku ingin menyapanya, tapi ia justru memanggil namaku lebih dulu kemudian mengatakan ‘Bisakah kita bicara sebentar’ dengan sangaaaaaatttt gentle.” Hana menyatukan kedua tangannya sambil menerawang, seolah-olah kalimat yang Minho ucapkan masih terus terdengar di telinganya sampai sekarang.
                “Jinjja?”
                Cepat-cepat Hana meng-iyakan. “Dan kau tahu apa yang ia bicarakan?”
                Bola mata Yujin membulat, alisnya terangkat karena sangat penasaran.
                “...dia membicarakan tentang kau Yujin.” Nada bicara Hana berubah jutek.
                “Ah...itu...” Yujin jadi serba salah. Ia langsung beringsut meraih gelas berisi jus melonnya kemudian berpura-pura minum meski kerongkongannya tidak kering.
                “Minho memintaku untuk memaafkanmu. Dia bilang kau melakukan ini bukan karena kehendakmu, tapi karena permintaan member SHINee.” Lanjut Hana. “Apa itu benar?”
                Yujin mengangguk. “Mian seharusnya aku memberitahumu lebih awal.”
                “Gwenchana...gwenchana...” sahut Hana tidak ingin membahasnya lebih lanjut. “Minho juga bilang kau sudah menolaknya. Tapi mereka terus memaksa, jadi kau tidak punya pilihan.”
                Itu benar. Tapi tentu saja ada alasan lain yang membuat Yujin tetap bertahan.
                “Tadinya aku tidak semudah itu ingin memaafkanmu Yujin. Tapi kupikir-pikir, jika kau jadi manager aku juga bisa ikut lebih dekat dengan mereka. Hehe”
                He? Yujin membelalak.
                “Selain itu Minho menceritakan kalau tugasmu begitu banyak. Hahaha apa mengurusi mereka sangat merepotkan?” Hana tertawa puas. Yujin jadi mendadak malas melihat ekspresinya.
                “Eh tapi Hana, apa Minho juga menanyakan alamat rumahku padamu?”
                “Ah itu, iya-iya! Apa kau tau? Hanya dengan memberitahu alamat rumahmu, aku jadi bisa mendapatkan nomor telpon Minho dan alamat apartemennya. Ah... jinja, kau memang berguna Yujin. Hihihi”
                Wajah Yujin semakin malas. Dengan cepat ia menghabiskan jus melon hanya sekali sedot. Yujin tidak mengira justru akan dimanfaatkan Hana seperti ini, karena tampaknya seorang fans memang terkadang akan menjadi sedikit...berlebihan.
***
                Sebuah langkah kecil terlihat melintasi koridor kampus dengan sangat tergesa-gesa. Yeoja dengan pakaian motif polkadot berlapis coat berwarna hijau itu berulang kali mengecek ponselnya untuk melihat sms masuk yang memberitahukan kalau orang yang ingin ia temui sudah menunggu disana. Cuaca diluar pasti sangat dingin, ia tidak ingin orang itu berlama-lama menahan dingin hanya karena kedatangannya yang terlambat.
“Apa kau sudah menunggu lama?” Yujin tampak sedikit terengah-engah ketika bertemu dengan Minho di samping area parkir kampusnya. “Mian tadi aku bla bla bla... kemudian bla...bla...bla... jadinya....”
                Minho yang belum sempat menjawab justru tersenyum melihat Yujin yang tampak merasa bersalah dan menjelaskan semua kejadian yang dilewati yeoja itu sebelum bertemu dengannya. Meski Minho sudah menunggu lebih dari lima belas menit itu bukan waktu yang berarti baginya.
                “Gwenchana.” Jawab Minho akhirnya. “Aku yang salah karena memberitahumu terlalu mendadak. Tadinya kami tidak berencana untuk membuat acara seperti ini tapi...uhm... sebaiknya kita bicarakan di mobil saja untuk menyimpan waktu.”
                Yujin mengangguk kemudian memasuki mobil yang pintunya lebih dulu dibukakan oleh Minho.
                “Hari ini Onew hyung ulang tahun.”
                “Mwo? Jinjja?”
                Minho terkekeh pelan menatap ke arah Yujin sebelum kembali berkonsentrasi dengan kemudinya. “Rencananya kami ingin memberikan sedikit perayaan karena setiap member lain ulang tahun biasanya Onew hyung lah yang paling sibuk...” Jelas namja itu disusul anggukan Yujin.
                “...Tapi sayangnya hari ini Key memiliki acara bersama keluarganya, Taemin ada jadwal les piano, sementara Jonghyun hyung tidak mengangkat telpon, jadi aku terpaksa meminta bantuanmu Yujin. Mian...”
                “Ah gwenchana. Aku juga senang bisa ikut membantu kalian.”
                Minho membuang nafas lega, “Oiya aku tadi juga sudah meminta ijin ummamu. Katanya kau boleh pergi asalkan aku mengantarkanmu pulang. Jadi kau tidak perlu khawatir.”
                Um...ma? Jika saja Yujin bisa melepas wajahnya, ia akan menyembunyikan itu didalam tas ranselnya sekarang. Pertemuan Minho dengan ummanya beberapa hari lalu saja sudah membuat ia malu habis-habisan. Dan sekarang... ‘kau-boleh-pergi-bersama-Yujin-asalkan-kau-mengantarkannya-pulang?’. Syarat apa itu? Umma Yujin memang sepertinya senang memanfaatkan keadaan.
                “Tapi... aku masih bingung harus memberikan kado apa untuk Onew hyung, Yujin.” Lanjut Minho. “Member lain tidak memberikan saran sama sekali. Apa kau ada ide?”
                “Um?” Yujin mengerutkan dahinya sambil berfikir. “Molla. Sepertinya Onew oppa sudah memiliki semuanya. Iya kan?”
                Minho mengangguk setuju.
                “Ah... kalau saja aku tahu hari ini Oppa ulang tahun, aku pasti akan membuatkan sesuatu untuknya.” Sesal Yujin tidak enak.
                “Gwenchana. Lagipula hari ini kau sudah membantuku menggantikan yang lainnya Yujin. Itu sudah lebih dari cukup.”
                Yeoja itu tersenyum.
                Karena asik mengobrol, tanpa sadar mereka sudah memasuki area perbelanjaan terkenal di korea, Myeongdong. Minho pikir tempat ini memiliki segala yang mereka butuhkan. Mulai dari makanan, perlengkapan pesta sampai hadiah yang belum mereka putuskan.
                Mereka tahu mereka tidak memiliki banyak waktu. Pukul tujuh malam nanti semua harus sudah siap di ruang latihan sementara siang ini keduanya masih harus berkeliling Myeongdong untuk mencari berbagai barang yang dibutuhkan. Belum lagi menghias segala sesuatunya. Oleh karena itu mereka berdua memutuskan untuk berbelanja secukupnya saja.
                Jam tiga sore sudah lewat beberapa menit yang lalu. Sudah berulang kali Minho mengajak Yujin berhenti sejenak di kedai terdekat untuk mengisi tenaga. Tapi Yujin tidak bergeming, bahkan terlihat lebih bersemangat mencari sebuah toko tempat membuat hadiah yang belum lama ia cetuskan.
                “Pintunya tidak terkunci. Sepertinya ada yang lebih dulu datang.” Ucap Minho ketika mendapati pintu ruang latihan sudah terbuka saat mereka tiba. “Oh hyung...”
                Yujin yang mengikuti langkah dibelakang Minho langsung mematung diambang pintu. Tiba-tiba ia jadi salah tingkah saat mendapati sosok Jonghyun tengah duduk di sofa ruang latihan sambil bermain gitar.
                “Masuklah Yujin.”
                “Oh? Oh...ne”
                Minho meletakan beberapa kantong belanjaan di atas meja kemudian menjatuhkan badannya di samping Jonghyun. Sepertinya namja itu kelelahan setelah berkeliling Myeongdong sejak tadi. Saat itulah tatapan Jonghyun berputar ke arah Yujin yang mulai berjalan mendekat. Seketika membuat Yujin menghentikan langkahnya ditengah-tengah.
                “Apa ponsel hyung tertinggal di rumah?” lanjut namja itu meminta konfirmasi kenapa Jonghyun tidak menerima telponnya.
                Jonghyun lantas mengalihkan tatapannya lalu mengangguk. “Kau menghubungiku?” namja itu berujar sambil berpindah ke tempat duduk kayu diantara alat-alat musik, yang secara tidak langsung memberikan Yujin ruang untuk duduk di sofa.
                “Ne. Tapi hyung sudah tahu rencana kita hari ini kan?”
                Sekali lagi ia mengangguk. Tampaknya namja ini memang lebih suka menjawab dengan anggukan ketimbang harus membuka mulutnya sedikit saja. Tatapannya pun lebih sering tertuju pada gitar yang ia pegang ketimbang membalas Minho yang sudah jelas-jelas berbicara padanya. Namun sejak kedatangan Yujin tadi sampai sekarang namja itu sama sekali tak memperlihatkan ketidaknyamanan seperti biasanya. Apa namja ini memang sudah benar-benar berubah?
                “Astaga! Hampir saja aku lupa!” seru Minho tiba-tiba. “Chicken! Onew hyung pasti akan lebih senang jika ada makanan itu disini.” Cepat-cepat ia merogoh kunci mobil didalam sakunya kemudian bangkit. “Yujin tunggu sebentar ne?” ia beralih menatap Jonghyun. “Aku akan segera kembali Hyung.”
                Sedetik setelah pintu tertutup, atmosfir yang Minho tinggalkan langsung berubah drastis. Ini pertama kalinya mereka bertemu setelah kejadian di hari salju pertama turun. Sebenarnya kejadian hari itu tidak buruk, tapi entah kenapa jika ada orang lain yang melihat mereka sekarang mungkin akan berfikir kalau keduanya baru saja bertengkar.
                Berpura-pura tidak memperdulikan Jonghyun, Yujin yang duduk di pinggiran sofa lebih memilih memutar pandangannya menyusuri tiap sudut ruang sederhana itu. Meski sudah tahu tempat ini sebelumnya, tapi baru sekarang ia benar-benar masuk kedalam.
                Yujin tidak menyangka ruangan ini lebih nyaman dari yang ia kira. Didalamnya ada sebuah sofa panjang berwarna hitam lengkap dengan meja. Ada pula sebuah lemari kecil dimana terlihat beberapa album yang siap dimainkan. Karena ini merupakan ruang latihan, tentu saja berbagai macam alat band jadi highlight disana. Mulai dari drum, gitar, bass sampai keyboard milik Taemin. Semuanya lengkap ditemani dengan beberapa sound system dan player untuk mendengarkan musik. Terakhir, untuk meredamkan suara yang dihasilkan oleh alat musik itu, dinding sudah ditutupi dengan krat telur yang terbuat dari bahan karton. Dan ruangan ini terlihat sempurna dengan sebuah tulisan besar di sisi dinding tepat di belakang drum milik Minho bertuliskan, DREAM IT. DO IT.
                Saat Yujin sedang asik melihat-lihat, Jonghyun yang tadi sibuk memainkan gitar mulai berpindah menjadi sibuk membongkar tas belanjaan. Namja itu lantas menemukan tulisan ‘Happy bday’ yang harusnya dipasang di dinding.
                “Biar kubantu.”
                Jonghyun menengok. Yujin jadi gugup hanya dengan melihat tatapannya.
                “Aa...atau aku akan mengurus yang lainnya saja.” Ralat yeoja itu cepat.
                Tapi jonghyun justru membuka lemari kecil dan mencari sesuatu disana. Saat ia menemukannya, ia menyerahkan barang itu pada Yujin. Sebuah gunting dan plester.
                Jadilah mereka berdua memasang tulisan itu di dinding yang berseberangan dengan pintu masuk. Setelah selesai memasang tulisan, keduanya sibuk meniup balon satu persatu untuk di pasang di area alat musik yang penuh dengan kabel-kabel berserakan. Terakhir, Yujin mengeluarkan semua makanan dan menatanya diatas meja. Lengkap dengan kue tart dan minuman bersoda. Tidak diduga ternyata pekerjaan ini lebih cepat selesai dari yang Yujin bayangkan.
                “Huhh...” yeoja itu bersandar di sofa sambil membuang nafas karena lelah. Ia menengok ke samping dimana Jonghyun kembali mengambil gitar dan mulai memetiknya dengan suara lirih. Terdengar indah.
                “I dont know you... but i want you...” Yujin berserenade mengikuti petikan Jonghyun. Jonghyun menoleh. “All the more for that... Benarkan?”
                Yang ditanya tidak menjawab, justru menatap yeoja itu sedikit terkejut.
                “Falling Slowly dari Glen Hansard. Lagu yang kudengar darimu saat aku melihatmu pertama kali.” Lanjut Yujin. “Saat itu kau sedang bernyanyi di cafe milik Onew oppa setelah sebelumnya berjalan tergesa-gesa karena terlambat. Aku bahkan masih bisa mengingat kau menggunakan sebuah blazer berwarna hitam berlapis sebuah kaus berwarna putih. Hanya sedetik... Hanya dibutuhkan waktu satu detik untuk berpapasan denganmu sampai akhirnya kita bertemu di tempat ini sekarang.”
                Yujin merasa suasana saat ini begitu nyaman sampai kalimat  itu meluncur begitu saja dari bibirnya. “Mian atas semua yang aku lontarkan di taman waktu itu. Aku tahu aku tidak pantas mengucapkannya.” Mungkin saat itu Yujin terlalu terbawa suasana hingga ia tidak bisa mengendalikan emosinya. Tapi Jonghyun justru melakukan hal diluar dugaan sampai Yujin sadar bahwa ia salah.
                “Kau sudah berulang kali memintaku untuk tidak muncul dihadapanmu, tapi aku terus saja mengganggu kehidupanmu.” Sesal Yujin. “Terkadang aku berfikir untuk berhenti. Tapi aku tidak bisa melakukannya sebelum aku menemukan jawaban atas rasa penasaranku. Mianhe karena aku terlalu egois.”
                Jonghyun masih menatap Yujin lurus-lurus. Mendengarkan dengan seksama kata demi kata yang diucapkan oleh yeoja itu. Sampai akhirnya ia kembali berkutat dengan gitarnya dan memetik lanjutan nada sambil berkata tanpa menatap Yujin.
                “Jika itu memang pilihanmu aku tidak peduli.” Jawab namja itu. “Tapi aku sudah memperingatkanmu bahwa suatu saat nanti kau pasti menyesal.”
                Yujin tersenyum tipis, menukar tatapannya dengan Jonghyun lekat-lekat. “Sayangnya aku sudah menyesal, dan aku tetap ingin melakukannya.”
                Cklek!
                “Whoa daebak!” seloroh Taemin saat membuka pintu dari luar dan mendapati ruang latihan mereka sudah berubah.
                “Mianhe aku agak lama karena tadi harus menjemput mereka berdua dari apartemen.” Minho yang menyusul di belakangnya langsung saja meminta maaf begitu ia tiba.
                “MWOYA?” Key yang paling terakhir masuk langsung tertawa dengan keras melihat berbagai hiasan yang ada disana. “Haha... Ige mwoya? Kupikir aku sudah salah masuk ruangan taman kanak ka...” cepat-cepat Minho menutup mulut Key sebelum ia mencela lebih banyak lagi karena semua ini adalah ide Yujin.
                “Kalau begini aku jadi baru merasakan kalau kita benar-benar sedang merayakan pesta ulang tahun.” lanjut Taemin mengambil balon yang sengaja dibiarkan memenuhi lantai. “Besok buatkan yang seperti ini saat aku ulang tahun ya noona?”
                Yujin hanya menjawabnya dengan tawa pelan, hampir melupakan pembicaraan serius yang terjadi sebelumnya. “Jadi kapan Onew Oppa akan datang?”
                Tepat setelah pertanyaan itu terlontar, mereka semua lantas kembali fokus dengan rencana awal. Jonghyun dan Key sudah siap dengan senapan pita(?), Taemin bertugas membawa kue tart, dan Yujin serta Minho akan bertepuk tangan(?) sambil bernyanyi(?). *ini kenapa beneran jadi kayak TK? Wkwkwk
                “SURPRISE! Saengil chukkahamnida... saengil chukkahamnida...”
                Onew yang baru saja membuka pintu langsung mengembangkan senyum cerahnya. “Wahahaha...” dia tertawa lebar sambil memandangi semua hiasan di ruang latihan.
                “Make a wish hyung!”
                Onew menutup matanya kemudian berucap dalam hati, dan “Fiuhh~” lilin itu seketika padam mengiringi harapan yang sebelumnya Onew ucapkan.
                “Dan ini dia hadiah dari kami berlima...” Lanjut Minho saat mereka semua sudah duduk diatas karpet mengelilingi meja yang penuh dengan makanan.
                Yang lain menengok ke arah Minho. Ber...lima?
                “Kalian tidak melupakan Yujin kan?”
                Ah benar juga. Yujin sudah menjadi bagian dari mereka sekarang.
                Tidak hanya Onew, tapi semua member juga penasaran dengan hadiah persegi superbesar yang diserahkan Minho itu. Sedikit demi sedikit kertas kado yang melapisinya tersibak, mulai tampak sebuah frame yang menyimpan tawa mereka berlima disana. Foto itu diambil saat pertama kali mereka mendapatkan juara pertama di festival band setahun yang lalu. Sebuah langkah awal sampai akhirnya mereka bisa seperti sekarang dengan waktu yang cukup singkat.
                “Daebak...” Taemin berseloroh pelan. “Ini jauh sekali dibandingkan dengan hadiah ulang tahunku kemarin. Kenapa hyungdeul tidak memberiku sesuatu yang seperti ini? Malah membelikanku kamus bahasa inggris :(“
                “Haha... itu memang cocok untukmu Taemin. Kau pasti membutuhkannya.” Jawab Key yang merupakan pencetus ‘kamus’ untuk dijadikan kado ulang tahun Taemin yang ke tujuh belas kemarin.
                Onew tersenyum mendengar percakapan itu, kemudian ia kembali menatap frame besar yang ia pegang. “Aku akan memasangnya di Cafe. Gomawo yedeulra. Untukmu juga Yujin. Tapi ruangan ini, wah... apa kalian semua yang memasangnya?”
                “Kami tadi datang sedikit terlambat.” Key berkata jujur. “Berarti yang memasangnya Yujin dan...”
                Satu sampai tiga detik ruangan itu hening. Tatapan mereka kompak tertuju pada Jonghyun yang bersandar pada lemari sambil memegang gelas berisi soda.
                “Hyung kau benar-benar meniup balon?” sindir Key.
                “Tulisan happy bday warna warni itu juga kau yang memasangnya? Kupikir Minho hyung.”
                Minho menggeleng. Disusul ledakan tawa semua member (kecuali Jonghyun) karena tidak bisa membayangkan hal kekanakan itu bisa dilakukan oleh seorang namja rocker yang jalang bernama Kim Jonghyun.
                Tapi meski ikut tertawa, Onew justru berfikir sebaliknya. Ia semakin penasaran akan sosok Yujin yang sanggup merubah Jonghyun seperti sekarang.
                Saat mereka asik bercanda sambil menghabiskan hidangan makan malam, tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.
                “Silyehamnida... tok tok tok... silyehamnida!”
                Semuanya saling bertukar pandang. Setahu mereka tidak ada orang lain selain Yujin dan pemilik persewaan yang ‘tahu’ tempat ini. Tapi bahkan pemilik persewaan adalah seorang ahjussi paruh baya yang tidak mungkin memiliki suara cempreng seperti sekarang.
                Akhirnya Minho memilih bangkit kemudian membukakan pintu untuk orang itu.
                “Annyeonghaseyo...”
                “Hana?!?”
-To Be Continue-

Yehet! Hampir sama kaya adegan di awal, lagi-lagi ada kedatangan orang yang tidak terduga. Kali ini ngapain ya kira-kira Hana tiba-tiba dateng padahal Yujin ngga pernah ngasih tau alamat tempat latihan SHINee?
Untuk part ini mian kalo kurang memuaskan soalnya part kemaren kan udah banyak adegan Yujin-Jonghyun, part ini kolaborasi dulu dah, next part juga bakalan ada adegan lumayan romantis lagi dah. *semoga begitu #plak
Soal lagu yang dinyanyiin Jonghyun-Yujin, buat yang suka nonton WGM pasti tahu yang suka nyanyi lagu itu siapa kekekeke
Pokoknya author mohon dengan sangat semua riders agak bersabar yaaa~ Soalnya entah kenapa sekarang bikin ff ga segampang dulu. Tapi janji deh ini ff ceritanya ga bakalan kalah ama fuchsia. *semoga begitu (lagi) #plak.
Akhir kata, gomawo semua lucider yang setia membaca, mengelike dan mengkomen FF ini. Saya doakan kita semua bisa ketemu di Meis pas nonton SWC INA. Amin ._.
Annyeong! *lempar tiket SWC.


No comments:

Post a Comment