annyeonghaseoo~ huahh, akhirnya tiba di
part terakhir. .
langsung aja deh. cekidot.
Tittle :
Victory [Part 19A]
Author :
Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance.
Rating : T
Cast : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun
Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length : Chaptered
Desclaimer : This story is originally mine and
inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION
and the character is not real. Enjoy reading!
-Flashback-
Sore itu Hye
Mi tampak sibuk didapur, membuka-buka lemari dan rak piring yang ada disana.
Bukan ingin memasak sesuatu, melainkan ia berencana untuk berlari sore hari
ini, dan Hye Mi harus membawa botol minum yang tiba-tiba hilang entah kemana.
“Kau sedang
mencari apa, unnie?” tanya Eun Sun menyadari Hye Mi yang tampak bingung.
“Botol
minum.” Jawab Hye Mi tanpa membalas tatapan Eun Sun, masih sibuk mengubrak
abrik lemari dapur. “Apa kau melihatnya?”
Eun Sun
menggeleng. “Jika kau ingin, kau bisa meminjam botol minumku unnie.”
Tiba-tiba
Hye Mi menghentikan aktifitasnya, “Boleh? Kau tak ingin memakainya?”
Eun Sun
tersenyum. “Kau bisa memakainya dulu, nanti akan pergi berlari setelah kau
datang.”
“Oh ne~.
Gomawo.” Jawab Hye Mi.
Eun Sun
hanya menjawabnya dengan anggukan kemudian mengambil botol minum dari kamarnya.
“Ini…”
Hye Mi
menerima botol itu kemudian beranjak mendekati wastafel.
“Oh tidak
usah dicuci unnie!” cegah Eun Sun cepat. “Kau bisa langsung mengisinya.”
Botol minum
berwarna biru tua yang tak transparan itu sepintas memang tidak berisi apapun.
Hye Mi hanya tidak tahu bahwa didalamnya terdapat sedikit bubuk arsenic yang
mudah larut dalam air.
Hye Mi
membawa botol itu bersamanya sampai ia menapaki taman sekeliling dorm. Gadis
itu tidak berlari. Justru terdiam memandangi matahari sore yang mulai condong
ke arah barat. Silau.
“Unnie sudah
kembali? Bukankah tadi…” tanya Eun Sun yang sedikit terkejut melihat kedatangan
Hye Mi.
“Tiba-tiba
unnie tidak enak badan saengie. Apa kau sudah ingin pergi?” tanyanya balik.
“Oh…” Eun
Sun berseloroh sambil berfikir. “Ne~ tentu saja.”
“Kalau
begitu kau bisa langsung membawa botol minum ini. Isinya belum berkurang
sedikitpun.”
“Eung? Ne~”
Eun Sun mengangguk ragu. “Taruh saja di meja makan eonni. Aku akan bersiap-siap
dulu.”
Ketika botol
itu Hye Mi taruh diatas meja, bisa ia lihat Kumiko dan Jane tengah makan
bersama. Seperti biasa karena telah berulang kali diabaikan, tanpa menyapa
Jane, Hye Mi langsung beranjak mandi. Dia hanya tersenyum sekilas pada Kumiko.
“Hoahh~
mashitta!” ucap Kumiko melahap spaghetti yang memenuhi piringnya. “Eonnie,
spaghetti ini enak sekali bukan?”
Jane hanya
sedikit mengangguk sambil memutar-mutar garpunya diantara gulungan spaghetti.
“Oh iya
eonnie, nanti malam kau juga akan datang ke pesta… uhuk! Uhuk!”
Melihat
Kumiko yang tiba-tiba tersedak, Jane langsung menaruh garpunya dan meraih botol
minum yang tak jauh dari jangkauan tangannya kemudian menyerahkan botol itu
pada Kumiko.
“Ah
leganya~” ucap Kumiko setelah merasa tenggorokannya tak lagi tersedak. “Gomawo
Eonnie.”
“Hem.” Jawab
Jane singkat.
Kumiko kembali
melahap spaghetti bolognisenya, tapi tak lama kemudian dia tampak kehabisan
nafas dan cepat berlari ke arah wastafel dapur.
“Kumiko?!?”
panggil Jane mulai panik melihat Kumiko tak berhenti mengeluarkan isi perutnya.
“Kumiko
kenapa Eonnie?!” tanya Eun Sun yang baru saja datang.
Jane
menggeleng tak tahu.
Lama-lama
Kumiko semakin parah, ia terus saja muntah-muntah hingga mengeluarkan darah.
“Kumiko!!”
“Kumiko
gwenchana??”
Pertanyaan
Jane tak Kumiko jawab, gadis itu langsung ambruk di lantai setelah kehabisan
cairan.
“Astaga
Kumiko?!” pekik Hye Mi yang langsung menghambur ke arah Kumiko. “Cepat panggil
ambilance sekarang juga!!!”
-Flashback
end-
Setiap kali
mengingat kejadian itu, hati Hye Mi terasa begitu sakit. Tapi ada hal lain yang
sekarang lebih menyita pikirannya. Tentu saja tentang keputusan Mr Cho yang
mengeluarkan Hye Mi dari agensi WM Entertaiment.
Setelah
mendapatkan surat resmi dari WM Ent, Hye Mi berjalan gontai dari gedung
agensinya menuju dorm. Pikirannya kosong. Semua hal yang selama ini
diperjuangkannya telah menguap entah kemana, membuat gadis itu tak mampu
membayangkan betapa buruk keadaannya sekarang.
Dorm tampak
sepi saat Hye Mi tiba. Kumiko ada dirumah sakit, sedangkan Jane mungkin saja
sedang memberi ‘pelajaran’ pada Eun Sun atau justru sedang membujuk Mr Cho,
entahlah… Hye Mi sedang tak ingin memikirkannya. Yang Hye Mi tahu, ia harus
segera meninggalkan dorm ini karena mulai sekarang ia bukan lagi seorang
trainee.
Ketika Hye
Mi memasuki kamar, entah kenapa ia baru menyadari kamar ini terasa begitu
hangat. Menyimpan banyak sekali kenangan yang sempat terekam selama 6 bulan
lamanya.
Hye Mi mulai
memandangi satu persatu barang yang ada disana. Banyak sekali boneka milik
Kumiko, alat make up milik Eun Sun serta beberapa CD milik Jane. Mungkin dulu
Hye Mi hanya mampu mengabaikannya, namun sekarang Hye Mi tahu betapa tidak
ingin ia meninggalkan semua barang itu disana.
Sampai ekor
mata Hye Mi menemukan sebuah buku berwarna krem dengan pita merah hati
tergeletak diatas meja. Hye mi ingat betul buku ini pemberian Eun Sun,
seseorang yang tak pernah Hye Mi duga bisa melakukan hal yang begitu kejam.
Perlahan Hye
Mi membuka lembar pertama, terpampang fotonya bersama Renata disana. Kemudian
Hye Mi mulai membuka lembar berikutnya dimana ia mulai mempelajari huruf dan
bahasa korea. Dalam lembar itu terpampang jelas sebuah nama yang ditulis
menggunakan tinta biru.
Jinyoung.
Hye Mi jadi
ingat buku ini dulu pernah dibawa namja itu, dan dia juga sempat menuliskan
sebuah kalimat menggunakan huruf hangul. Kalimat itu belum sempat diartikan
oleh Shinwoo saat mereka pertama kali bertemu. Tapi sekarang, tanpa Shinwoo pun
Hye Mi tahu benar apa artinya.
“I know
you will get your victory…”
***
Kurang dari
2 jam, pesta perayaan debut B1A4 selesai. Berulang kali Gongchan menebar
pandangan ke sekitar ruangan, orang yang dicarinya tak juga muncul bahkan
sampai acara ini selesai.
“Hyung, apa
kau tadi sempat melihat Hye Mi noona diatara trainee lain?” tanya Gongchan pada
Shinwoo yang tampak melamun.
“Ani. Aku
juga tidak melihat Eun Sun, Kumiko dan Jane. Apa jangan-jangan terjadi
sesuatu?” Duga Shinwoo yang sedikit membuat Gongchan berfikir.
“Maksud
Hyung?”
Shinwoo
menggidikkan bahunya. “Sebaiknya kita cari tahu.”
Mereka
berdua kemudian bertanya ke beberapa trainee lain yang ada disana, namun tak
ada satupun yang mengetahui keberdaan Hye Mi, sampai Shinwoo berinisiatif untuk
bertanya pada Miss Young yang baru saja datang.
“Kumiko
masuk rumah sakit?” pekik Shinwoo dan Gongchan bersamaan saat pertamakali
mendengar kalimat yang diucapkan Miss Young.
“Tapi dia
sakit apa Miss?”
“Keracunan.”
Jawab Miss Young yang sekali lagi membuat Gongchan dan Shinwoo terkejut.
“Ketiga teman se dorm Kumiko diduga menjadi penyebabnya. Dan setelah mereka
memberi keterangan, tuduhan jatuh pada Hye Mi.”
Tentu saja
kalimat yang diucapkan Miss Young diluar dugaan.
“Ini tidak
mungkin! Hye Mi noona tak mungkin melakukannya!”
“Lalu apa
Hye Mi akan dijatuhi hukuman?” tanya Shinwoo cepat.
“Aku dan
Jane baru saja mencoba membujuk Mr Cho, tapi Mr Cho tak ingin merubah
keputusannya. Lagipula Hye Mi sudah menandatangani surat itu. Dia dikeluarkan.”
“Hye Mi
dikeluarkan?” suara itu bukan berasal dari Gongchan maupun Shinwoo. Melainkan
dari Jinyoung yang ternyata mendengarkan pembicaraan mereka sejak tadi.
Tanpa
berfikir panjang, Jinyoung langsung berlari ke tempat yang mungkin Hye Mi
datangi. Diatas atap. Pikiran Jinyoung benar-benar kalut, takut kalau terjadi
apa-apa dengan gadis itu. Ia pikir, Hye Mi pasti sangat sedih karena masalah
ini.
Dan benar,
bisa Jinyoung lihat ada seorang yeoja tengah duduk disana sambil menangis. Tapi
yeoja itu bukan Hye Mi seperti yang Jinyoung kira.
“Eun Sun?”
“Oppa…” ucap
Eun Sun menghambur ke arah Jinyoung kemudian memeluknya dengan erat.
***
Setelah
membereskan barang bawaan seperlunya, Hye Mi mulai menarik tasnya menuju pintu
depan. Namun belum sempat Hye Mi membuka pintu, Jane lebih dulu memasuki
ruangan.
“Kau mau
kemana?” tanya Jane terkejut melihat Hye Mi membawa begitu banyak barang.
“Aku…”
“Kau tidak
boleh pergi!” Jane langsung meraih tas Hye Mi, bermaksud mengembalikan tas itu
ke dalam kamarnya.
“Jane..
jangan.” Cegah Hye Mi. “Kumohon, aku harus pergi Jane!”
Jane
berhenti lalu menatap Hye Mi dalam-dalam. “Apakah hanya sampai disini? Apakah
hanya ini perjuanganmu?” ucap Jane dengan nada meninggi. “Mana Hye Mi yang
kukenal?”
Hye mi tak
sanggup menjawab. “Aku…”
PLAK! Sebuah
tamparan dengan cepat mendarat dipipi Hye Mi.
“Sadarlah
Hye Mi, sadarlah!” ucapnya menggoncangkan tubuh Hye Mi. “Sudah begitu banyak
pengorbanan yang kau berikan. Apakah kau akan membiarkan semuanya berakhir
seperti ini?”
“Jane…”
suara Hye Mi terdengar bergetar saat Jane meluapkan emosinya. Bahkan bisa Hye
Mi lihat kedua mata Jane mulai berkaca-kaca.
“Aku tidak
akan membiarkannya Hye Mi! Tidak akan!”
Kali ini
kedua mata Hye Mi mulai memanas, “Jane… Sudahlah…”
Jane diam,
sejenak menatap Hye Mi dengan nafasnya yang terengah, tapi kemudian kedua
tangan yeoja itu melingkar di bahu Hye Mi.
“Sudah cukup
aku hampir merenggut mimpimu satu kali.” Ucapnya terisak. “Tapi bagaimana bisa
aku membiarkan saat mimpimu telah terenggut untuk kedua kalinya?”
“Jane…
naneun... gwenchana....”
Jane justru
menggeleng sambil mengeratkan pelukan itu. “Mianhaeyo Hye Mi. Jeongmal mianhe…”
setelah sekian lama ingin mengucapkan kalimat itu, akhirnya Jane
menyampaikannya sekarang juga. “Aku tahu aku tak pantas mengucapkannya. Aku
terlalu jahat untuk menjadi temanmu Hye Mi…”
Kalimat itu
terhenti. Hye Mi tahu Jane sudah sekuat tenaga untuk mengucapkannya. Dan bahkan
Hye Mi tak menyangka Jane mampu memeluknya, menangis karenanya, dan berani
meminta maaf. Sama sekali tidak seperti sosok Jane yang selalu dingin, yang
pernah dengan sengaja mencelakai Hye Mi…
“Gwenchana.”
Ucap Hye Mi kemudian membalas pelukan Jane. “Aku sangat berterimakasih atas
semua yang telah kau berikan padaku selama ini Jane. Aku tahu aku tak sanggup
membalasnya.”
Air mata Hye
Mi kembali mengalir. Sejak dulu Hye Mi mengetahuinya, bahwa Jane adalah
seseorang yang jauh berbeda dari apa yang orang-orang pikirkan terhadapnya.
Kemudian
Jane melepaskan pelukan itu. “Lalu sekarang kau mau kemana?”
“Aku…”
“Jangan
bilang kalau kau ingin kembali ke Indonesia?” Jane kembali meraih tas Hye Mi.
“Jane
kumohon hentikan. Aku harus pergi sekarang juga. Aku tak mungkin berada disini
lebih lama lagi.”
Jane
mengatur nafasnya sambil memandang Hye Mi, kemudian ia berlari kedalam kamar. Saat
Jane keluar, ia tampak membawa sebuah surat, kartu nama serta sebuah amplop
yang cukup tebal.
“Bawalah.”
Ucap Jane memberikan semua barang itu. “Ini adalah kartu nama sebuah café milik
keluargaku yang kini sedang dikelola oleh paman dan bibiku. Sekitar 45 menit
jika menaiki bus dari sini. Setelah sampai disana, berikan surat ini, maka
mereka akan mengantarkanmu ke rumah nenekku. Katakan kalau kau adalah teman
Janny Lee dari Indonesia.” Papar Jane. “Dan satu lagi, jangan buka amplop ini
sebelum kau sampai diatas bus. Gunakan sebaik mungkin dan jangan pernah
memiliki niat untuk mengembalikannya. Jika kau melakukan itu, maka aku akan
membencimu.”
“Tapi Jane?”
Jane
menghela nafas kemudian menaruh kedua tangannya di bahu Hye Mi. “Kau belum siap
bukan jika harus kembali ke Indonesia sekarang juga dan mengatakan kalau kau
gagal pada teman-teman dan keluargamu?”
Hye Mi diam.
“Kau harus
memikirkannya matang-matang Hye Mi. Atas langkah apa yang akan kau ambil
setelah ini.” Ucap Jane lagi. “Kalau keadaan Kumiko sudah membaik, aku akan
menghubungimu. Kau bisa menjenguknya kapan saja.”
Hye Mi
menatap barang yang ada ditangannya kemudian beralih menatap Jane. Matanya
kembali basah.
“Gomawoyo
Jane.”
Jane
mengangguk kemudian memeluk Hye Mi sejenak. “Sekarang aku bisa sedikit tenang.
Semoga kau menemukan jalan lain yang lebih cerah diluar sana, Hye Mi.”
Dan Hye Mi
benar-benar pergi meninggalkan dormnya. Tapi tepat ia sampai di halaman depan,
dua namja sudah menantinya disana.
“Noona~”
“Channie?
Oppa?”
Gongchan
langsung berlari mendatangi Hye Mi. “Noona mau pergi?” tanyanya melihat tas
yang Hye Mi bawa.
Hye Mi
mengangguk.
“Tapi apakah
keputusan ini sudah tak bisa berubah?” tanya Shinwoo masih tak percaya.
Kali ini Hye
Mi menggeleng. “Meski aku tak bisa menerimanya, tapi tak ada yang sanggup
kulakukan Oppa.”
“Noona~~”
Gongchan langsung memeluk Hye Mi.
“Gwenchana
Channie. Selamat atas debutmu hari ini.” Ucap Hye Mi kemudian melepas
pelukannya.
“Apa kau
akan kembali ke Indonesia?”
“Aniyo Oppa.
Aku akan tetap disini. Disuatu tempat untuk berfikir apa yang akan aku lakukan
setelah ini.”
Shinwoo
ingin bertanya lebih lanjut, tapi ia tahu Hye Mi tak ingin diganggu siapapun
ditempat itu.
“Jaga dirimu
baik-baik Hye Mi. Kalau ada yang kau butuhkan, kau bisa menghubungiku.”
Hye Mi
mengangguk. “Aku pergi dulu. Kuharap kalian sukses nantinya. Aku tahu kalian
pasti akan sukses.” Ucapnya tersenyum. “Annyeong~” pamit Hye Mi kemudian
berjalan menuju halte. Ada tempat yang ingin Hye Mi kunjungi sekarang sebelum
ia pergi kerumah halmoni Jane. Yaitu rumah sakit.
Suasana
rumah sakit tak berubah sejak terakhir kali Hye Mi meninggalkannya. Tampak
ramai sekaligus sepi. Tak ada yang saling memperhatikan satu sama lain, semua
orang tampak sibuk lalu lalang.
Langkah Hye
Mi berhenti tepat didepan pintu kamar Kumiko, dengan ragu jemarinya meraih
gagang pintu kemudian memutarnya. Ketika Hye Mi masuk, bisa ia lihat tubuh
kecil Kumiko tampak lemah terbaring di tempat tidur dengan selang infuse
tertancap di punggung tangannya.
“Kumiko…”
panggil Hye Mi lirih.
Perlahan
digenggamnya jemari Kumiko yang kururs. Tak berdaya, membuat Hye Mi tak sanggup
menahan air matanya.
Jika saja
semuanya berjalan sesuai dengan yang Eun Sun rencanakan, mungkin Hye Mi lah
yang akan ada diposisi Kumiko sekarang. Namun kenyataannya bukan hanya Hye Mi,
tapi Kumiko juga harus merasakan imbasnya.
“Mianhaeyo
saengie.” Hye Mi mulai mengusap kepala Kumiko. “Eonni harap kau cepat pulih
karena eonni tak bisa selalu menemanimu disini…”
Saat itu
juga tiba-tiba pintu kamar Kumiko terbuka, seorang namja berwajah panik muncul
dari baliknya.
“Noona?”
Hye Mi
tersentak. “Baro?”
“Apa yang
noona lakukan disini?” Baro sempat terkejut melihat keadaan Kumiko, namun
pandangannya kembali mengarah pada Hye Mi. “Bukankah noona yang membuat Kumiko
menjadi seperti ini?”
Hye Mi
terkesiap mendengar pertanyaan itu.
“Hye Mi?”
Mereka
berdua langsung melihat ke arah orang ketiga yang berdiri di ambang pintu.
Dia
Jinyoung.
“Katakan
noona, kenapa kau tega membuat Kumiko menjadi seperti ini?”
Pertanyaan
Baro membuat Hye Mi terdiam sekaligus Jinyoung terkejut. Hye Mi tahu tentu saja
Baro akan marah jika Kumiko harus celaka karena perbuatan yang dituduhkan pada
dirinya.
“Sungguh,
aku tak pernah berniat untuk membuat Kumiko menjadi seperti ini Baro.” Ucap Hye
Mi serius. Tapi ia tahu jawaban itu bahkan tak bisa menjelaskan apapun. “Aku
benar-benar minta maaf, dan kuharap kau percaya atas apa yang kukatakan.”
Ucapnya lalu bangkit kemudian pergi tanpa pamit.
“Hye Mi
tunggu!” panggilan itu Hye Mi abaikan. Ia justru dengan cepat berlari keluar
ruangan. Meski Jinyoung telah mencoba mengejarnya namun langkahnya terhenti
tepat di depan pintu lift yang lebih cepat tertutup.
“Sial!”
Jinyoung
memilih untuk melewati anak tangga. Ia telah berusaha berlari secepat mungkin,
tapi namja itu masih tak sanggup mengejar Hye Mi yang kini mulai memasuki bus
dari halte depan rumah sakit.
“Hye Mi!”
Jinyoung berlari menyamakan langkahnya dengan bus itu sambil menepuk bawah
jendela, namun Hye Mi mengabaikannya.
“Tunggu Hye
Mi!!” Jinyoung berteriak sekali lagi. Dan sekali lagi pula air mata Hye Mi
mengalir. Hatinya terasa begitu sakit saat harus mengabaikan Jinyoung seperti
ini. Ingin sekali rasanya meminta supir memberhentikan bus ini kemudian turun
dan memeluk Jinyoung erat-erat sebelum ia benar-benar pergi. Tapi Hye Mi tak
sanggup melakukannya. Masih saja menangis diantara tempat duduk penumpang
sementara bus berjalan semakin cepat dan Jinyoung telah sampai pada batas
kemampuannya.
“Mianhe
Jinyoung, aku harus pergi sekarang juga.” Ucap Hye Mi dalam hati.
(Backsound:
Only One)
Ulgo sipeul
ttae ureoyo seulpeumdeureul aesseo chamji marayo
(Cry when you want to cry. Don’t purposely hold in your
sadness)
Geudaega dasi useul su itge naega anajulgeyo
(I’ll embrace you so that you can smile again)
(I’ll embrace you so that you can smile again)
Sekarang
semuanya sudah berakhir. Mimpi, harapan dan perjuangan yang telah susah payah
Hye Mi bangun harus berhenti sampai disini. Semua usaha yang selama ini Hye Mi
jalani dengan penuh kerja keras sama sekali tak ada artinya. Kosong.
Hye Mi tak
sanggup jika harus membayangkan seberapa berat dia melangkah. Hampir saja ia
kehilangan mimpi itu ketika Jane dengan sengaja mencelakainya. Tapi Hye Mi
tetap gigih berjalan, karena ia tahu ia masih memiliki harapan. Tapi sekarang,
harapan dan mimpi itupun telah hilang.
Hye Mi merasa bersalah. Ia marah dengan
keadaan. Ingin rasanya berteriak pada semua orang betapa putus asa dia
sekarang, tapi Hye Mi tahu ia hanya bisa diam.
I pray no tears in your dreams
I know you’ll fly high in your life
I know you’ll fly high in your life
i sesangeun jageun nuneuro tto geudael boryeogo hajiman
(Although this world tries to look at you with a small view)
boran deusi dangdanghage malhal su isseo You‘re the only one
boran deusi dangdanghage malhal su isseo You‘re the only one
(I can confidently say you’re the only one)
Dalam kesunyian Hye Mi duduk diatas
kursi tepian sungai Han. Pikirannya jauh menerawang langit. Dengan tatapan yang
mengabur, Hye Mi menatap bintang-bintang yang tampak begitu jelas tergantung
diatas langit.
Sangat Indah. Tapi justru membuat hati
Hye Mi semakin sakit. Ia jadi teringat akan keluarga dan temannya di Indonesia,
betapa besar harapan yang mereka titipkan pada Hye Mi. Tapi sekarang telah
hancur, dan Hye Mi tak tahu bagaimana cara memperbaikinya.
Hye Mi benar-benar putus asa.
Jogangnan
kkumeul chajayo an doendaneun mareun haji marayo
(Find your broken dreams again. Don’t say that you can’t)
geu kkumeul dasi irul su itge naega dowajulgeyo
geu kkumeul dasi irul su itge naega dowajulgeyo
(I will help you to make that dream come
true)
“Aku tahu kau pasti akan ketempat
ini.”ucap seseorang dengan nafas berat.
“Kau?”
Jinyoung tersenyum kemudian duduk
disamping Hye Mi. “Kau pasti sedang tak ingin bertemu denganku bukan? Tapi jika
itu karena masalah diantara kita, kau tak perlu memikirkannya Hye Mi. Karena aku
sudah melupakan semuanya.”
Hye Mi diam. Jinyoung pun tak langsung
melanjutkan kata-katanya.
“Aku tahu saat ini adalah saat yang
sangat berat bagimu. Aku percaya apa yang kau katakan Hye Mi. Kau bisa
menceritakan apapun padaku, atau bahkan menangis sejadi-jadinya seperti dulu.”
Hye Mi menoleh membalas tatapan
Jinyoung, terpancar keteduhan melalui kedua mata namja itu. Tapi kemudian mata
Hye Mi justru memanas, air kembali tergenang memenuhi sudut bola matanya.
“Semuanya telah berakhir Jinyoung.” Ucap
Hye Mi bergetar. “Mimpiku telah hancur…” Hye Mi sudah tak sanggup menahan sesak
yang meradang dalam dadanya. Akhirnya gadis itu benar-benar menangis sekali
lagi.
Uh jikyeojulge
nunmul heullineun geudae gyeoteseo
(Uh I’ll protect you and stay by your side as tears flow)
amu geokjeong malgo swieo ijen nae pumeseo
amu geokjeong malgo swieo ijen nae pumeseo
(Just rest
without any worries in my embrace)
Kemudian Jinyoung meraih kepala Hye Mi,
menyandarkan dalam dadanya, dan memeluk gadis itu dari samping. Membiarkan Hye
Mi puas menangis, melepas semua perasaan sedih, kecewa dan emosi yang melanda
yeoja itu sekarang. Karena Jinyoung tahu hanya ini yang sanggup ia lakukan.
“Lalu apa yang akan kau lakukan setelah
ini Hye Mi?” tanya Jinyoung pelan saat yeoja itu mulai tenang.
Hye Mi kembali menegakan posisi duduknya
sambil menghapus air mata yang telah berhenti mengalir. “Untuk sementara aku
akan tinggal disuatu tempat.” Pandangannya beralih pada Jinyoung. “Aku butuh
waktu untuk berfikir.”
Jinyoung mengangguk. “Aku tahu pasti
semua ada jalan keluarnya.”
Ucapan itu membuat Hye Mi terdiam
sejenak memandang langit. “Semoga demikian.” Kemudian yeoja itu bangkit.
“Sepertinya aku harus pergi sekarang juga. Malam sudah semakin larut.”
Jinyoungpun turut bangkit sambil meraih
tas Hye Mi. “Biar kucarikan taksi. Aku ingin memastikan kau selamat sampai
tujuan.”
Dan merekapun berjalan melintasi
trotoar. Begitu ada taksi yang lewat, Jinyoung langsung menghentikannya.
“Aku tidak tahu kapan kita akan bertemu
lagi.” ucap Jinyoung. “Tapi sampai kapanpun itu, aku akan tetap menunggu kabar
gembira darimu.”
Hye Mi mengangguk kemudian membuka pintu
taksi. Tapi dalam beberapa saat ia terdiam, dan menatap Jinyoung sekali lagi.
Entah dorongan apa yang mempengaruhi Hye
Mi saat itu, tiba-tiba ia berbalik dan melingkarkan tangannya di tubuh
Jinyoung. Spontan membuat Jinyoung terkejut.
“Saranghae…”
Jinyoung terperanjat mendengar kalimat
itu. Seakan tak percaya Hye Mi sendiri yang mengatakannya. Tapi kemudian
Jinyoung membalas pelukan Hye Mi, dia tersenyum.
“Nado saranghae. Jaga dirimu baik-baik
Hye Mi. Aku tahu kau sanggup melewati semua ini.”
Dan tak lama setelah itu Hye Mi meluncur
bersama taksi yang ditumpanginya. Meninggalkan Jinyoung yang masih berdiri
ditempat yang sama… Meninggalkan semua harapan serta mimpi yang dulu pernah
menjadi bagian dari kehidupannya…
I
pray no tears in your dreams…
I know you’ll fly high in your life…
I know you’ll fly high in your life…
-To Be Continue-
Ouch, Hye Mi beneran dikeluarin
ternyata, hiks hiks. utung ada jane u.u *peluk Jane.
sebelum move ke part B jangan lupa
tinggalin jejak ya. hihihi.
kerennnnn eon,,,, pokoknya icha eonni yang paling top lah....:)
ReplyDeletewawawawaaa aku kelewatan part ini langsung ke part 19 b aaaa babo !! tapi ini kereeennn eon !! mengharu biruuu~
ReplyDeletewahahaha. iya ya?
ReplyDeletegomawooooo~