Pages

Saturday, 15 October 2011

FF SHINee : Beautiful Destiny [Part 2]


annyonghaseo yeorobunnn~
aku dateng  bawa lanjutan FF Two Shoot SHINee ^^
terakhir, happy reading!!



Tittle                : Beautiful Destiny [Part 2]
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Angst, Romance, Family, Tragedy.
Rating             : T
Cast                 : Kang YooSun, Choi Minho.
Length             : Two Shoot
Desclaimer      : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


            Kali ini entah kenapa Minho nekat untuk menemui ‘Bibi’ secara langsung. Minho pikir, hanya ‘bibi’ -pembantu tertua-  dirumah itu saja yang bisa ia ajak kerjasama. Minho tak yakin orang lain bisa membantunya atau tidak.
            Dan lagi-lagi, ternyata dugaan Minho benar.
            “Ada yang mencari nona muda.” Ucap Bibi Lee sambil membuka pintu kamar Raesun.
            Raesun tampak terkejut. Ia bahkan sampai memegang dadanya dan jatuh terduduk ditempat tidur saking terkejutnya.
            “Hai Raesun-ah,” Sapa Minho yang muncul dari balik pintu. “Kutunggu kau 15 menit lagi, dan kuharap waktu 15 menit sudah cukup untukmu berdandan.” Pandangan Minho beralih ke Bibi yang berdiri disisinya. “Bibi mau membantuku kan?”
            Bibi Lee mengangguk. “Dengan senang hati tuan muda.”
            Kemudian Minho membalik badannya tepat ketika Bibi Lee menutup pintu kamar Raesun.
            Ternyata hari ini Minho ingin mengajak Raesun pergi untuk yang pertama kalinya. Minho tahu waktu luangnya hari ini tidak banyak, jadi ia berfikir ingin mengajak Raesun bersenang-senang, layaknya melewatkan waktu bersama seorang ‘teman’.
Namun sekarang yang Minho pikirkan hanyalah bagaimana penampilan Raesun setelah Bibi Lee mendandaninya nanti. Ia benar-benar tidak sabar. Entah kenapa waktu 15 menit kali ini terasa jauh lebih lama daripada 15 menit ketika Minho menunggu Yoosun berdandan. Ketidaksabaran Minho seperti bertambah dua kali lipat daripada sebelumnya.
            Dan 15 menit yang terbuang itu tidak sia-sia. Raesun benar-benar terlihat cantik dengan dress berwarna putih diatas lutut dan make up tipis yang melapisi kulit halus wajahnya. Kemudian rambut Raesun yang panjang sedikit dikeriting dengan ikatan pita dibagian atas. Sederhana tapi cukup membuat Minho terperangah.
            “Kau tidak perlu mengkhawatirkan keadaan disini tuan muda, aku yang akan mengurusnya. Tapi jangan lupa kembali sebelum makan malam, karena nanti nyonya dan tuan akan pulang.” Ucap Bibi Lee berpesan.
            “Ne arasso. Lagipula jam 6 nanti aku juga harus menjemput Yoosun. Jadi kupastikan dia akan pulang tepat waktu. Gamsahamnida atas bantuannya Bibi Lee.” Jawab Minho yang kemudian dibalas anggukan oleh Bibi Lee.
            “Ayo Raesun…” Minho mengajak Raesun menuruni tangga, Raesun pun mengikuti langkah Minho meski dengan ekspresinya yang masih datar.
            Konyol. Terlihat sangat konyol saat mobil Minho melewati pos satpam, Raesun harus menunduk ditutupi dengan jaket Minho. Raesun pun menurut tanpa mengelak, membuat Minho sedikit tertawa geli melihat Raesun melakukan hal itu.
            Awalnya Minho ingin mengajak Raesun ke pantai, namun karena jaraknya yang jauh dan waktu mereka tak banyak, akhirnya Minho membawa Raesun ke taman kota. Bisa Minho lihat selama perjalanan, Raesun sibuk mengedarkan pandangan ke setiap sudut jalan yang mungkin terasa asing baginya.
            “Bagaimana? Apa tempat ini terlihat indah?” tanya Minho ketika mereka berdua tengah duduk disebuah kursi taman disamping sebuah kolam ikan.
            Raesun mengangguk sekali. Sepertinya kali ini ikan-ikan dikolam itu menyita perhatiannya.
            Kemudian Minho mengambil makanan ikan dan menaburkannya diatas kolam, membuat ikan berwarna putih emas itu berkumpul menjadi satu.
            “Kau bisa menyentuhnya Raesun.” Ucap Minho menunjuk ikan-ikan itu.
            Ketara sekali Raesun ingin menyentuh ikan-ikan itu, tapi wajahnya sedikit takut sampai Minho mulai memasukkan jarinya ke dalam kolam dan tersenyum. Perlahan Raesun pun mengikuti Minho dengan menyentuh permukaan kolam, ada beberapa ikan yang menggigit geli ujung jarinya. Membuat Raesun menarik jarinya kemudian memasukkan kembali ke dalam kolam itu berkali-kali.
            Ini sangat menyenangkan sekali bagi Raesun. Tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah senyuman.
            Minho terdiam, terhenyak melihat senyum lugu itu. Meski hampir setiap hari ia seakan melihatnya di wajah Yoosun, namun senyum Raesun kali ini terlihat berbeda. Tampak begitu polos serta terpancar cerah menghiasi wajahnya yang sedikit lesu.
            “Sudah cukup? Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar?” tawar Minho.
            Raesun pun mengangguk.
            Minho sempat memberikan saputangan pada Raesun untuk mengeringkan jari-jarinya yang basah, kemudian namja itu menggandeng Raesun dan mengajaknya berjalan bersama. Dan lagi-lagi Raesun tak menolak.
            Sedikit aneh awalnya saat menggenggam jemari Raesun yang kurus dan selalu berkeringat. Tapi nyatanya Minho tetap menggenggam tangan itu dan menunjukkan banyak hal yang ada disana. Mulai dari berbagai jenis bunga, sungai kecil, serta beberapa lampu hias yang memiliki bentuk yang berbeda-beda. Jika saja dia membawa Raesun ke tempat ini di malam hari, pasti akan terlihat lebih indah.
            “Raesun-ah, apa kau mau ice cream?” Minho menunjuk sebuah truk ice cream yang ada disana.
            Raesun menggeleng.
            “Eum..” Minho berfikir sejenak. “Kalau kau tidak mau ice cream, kau pasti mau boneka.” Ucap Minho kemudian mengajak Raesun berjalan menuju sebuah toko yang didepannya terdapat sebuah permainan mengambil boneka. Setelah memasukkan koin, Minho mulai memutar kendali untuk mengambil boneka itu. namun Minho tetap gagal di usahanya yang ke enam.
            “Ya! Apa alat ini rusak huh?” ucap Minho kesal. Membuat Raesun tertawa kecil melihat tingkah Minho. Namja yang sebelumnya terlihat cool itu sekarang mendadak terlihat seperti orang bodoh.
            Karena tak sanggup mendapatkan boneka dari permainan itu, akhirnya Minho membeli sebuah boneka dari dalam toko kemudian menyerahkannya pada Raesun. Sebuah teddy bear berwarna putih berbulu lembut yang selalu Raesun peluk hingga mereka kembali kerumah.
            “Semoga kau senang hari ini Raesun-ah.” Minho menatap ke arah Raesun yang duduk di tepian tempat tidur, sedangkan Minho berjongkok didepannya. “Aku akan kembali besok. Senang bisa berkeliling taman bersamamu hari ini. Annyeong~” ucap Minho bangkit kemudian berjalan menuju pintu.
            “Gomawo…”
            DEG! Minho spontan menghentikan langkahnya lalu menoleh.
            “Apa kau baru saja mengucapkan sesuatu?” tanya Minho tak percaya.
            Raesun hanya menjawab pertanyaan dengan senyuman. Membuat Minho kembali berjalan mendekati Raesun kemudian duduk disampingnya.
            “Cheonmaneyo…” jawab Minho menanggapi ucapan Raesun yang ia yakin ia sempat mendengarnya. Kemudian  Minho meraih tangan Raesun dan perlahan mengecup pipi yeoja itu sekilas.
            “Saranghaeyo Raesun-ah.” Ucapnya pelan ditelinga Raesun sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan ruangan itu.
***
            “Apa kau sudah lama menungguku?” ucap Yoosun yang baru saja keluar dari rumahnya, menyambut Minho yang (seperti biasa) menunggu Yoosun didepan rumah bersandar pada mobil.
            Minho tak menjawab. Justru tampak melamun memandangi kamar Raesun dari bawah.
            “Sampai sekarang kau masih penasaran dengan ‘gudang’ itu?” ucap Yoosun mengerti apa yang ada dalam pikiran Minho.
            “Bisakah kau tidak menyebutnya seperti itu Yoosun?”
            Yoosun sedikit terkejut mendengar jawaban Minho. Tidak pernah ia lihat Minho menyanggahnya seperti ini, membuat emosi Yoosun seketika meningkat.
            “Ya!” bentaknya keras. “Memangnya kenapa jika kusebut gudang? Tempat itu memang hanya gudang yang ditinggali tikus-tikus kotor didalamnya!” lanjut Yoosun dengan nada yang semakin meninggi.
            “Sebaiknya kita berangkat sekarang juga.” Ucap Minho mencoba tak menanggapi tingkah labil Yoosun.
            “Tunggu Chagi!” Yoosun justru menarik lengan Minho yang sedang membuka pintu mobil. “Jadi mulai sekarang kau tak mau mendengarkanku hanya karena penasaran dengan gudang penuh tikus itu huh?”
            “Jangan sebut saudara kembarmu sendiri seperti itu Yoosun!” ucap Minho yang sudah tak mampu lagi menahan kesabarannya. Ia benar-benar tidak sanggup ketika setiap kali melihat Raesun harus bersedih didalam ruangan sempit yang disebut ‘gudang’ itu, sementara ‘tuan putri’ ini justru bersenang-senang diluar.
            “Jadi kau sudah berani membentakku sekarang?” Yoosun semakin terpancing melihat kemarahan Minho.
            Minho kembali terdiam. Ia tahu, menanggapi amarah Yoosun hanya akan membuang-buang waktu. Pertengkaran semacam ini tak akan berakhir jika yeoja itu belum merasa dirinyalah pemenangnya.
            “Geurae,” Ucap Yoosun lagi. “Sekarang kita lihat saja gudang seperti apa yang kau bilang sebagai tempatku menyembunyikan saudara kembarku itu. Kau pikir aku takut huh?” tantang Yoosun tak main-main.
Minho sempat terkejut mendengar ucapan itu, namun akhirnya dia mengangguk. Minho tak peduli akibatnya jika ini benar-benar terjadi, yang jelas ia hanya ingin gadis tak berdosa itu mendapatkan keadilan. Itu saja.
            Dan akhirnya pintu kamar Raesun benar-benar terbuka. Minho terperanjat melihat isinya 100% berbeda dengan apa yang ia temukan sebelumnya.
            “See?” ucap Yoosun puas.
            Minho mulai memasuki ruangan itu. Kini terasa jauh lebih sempit karena dipenuhi oleh barang-barang yang tidak terpakai. Dan Yoosun benar, ruangan itu lebih mirip disebut gudang sekarang.
            “Ini tidak mungkin.” Minho mulai menyentuh dinding yang terasa halus, jauh berbeda dengan dinding yang Minho tahu selalu dipenuhi tulisan-tulisan Raesun.
            Tak ada apapun disana. Tak ada satupun tanda-tanda barang milik Raesun ada di tempat itu. Semuanya lenyap begitu saja. Seakan-akan ini tampak seperti ruangan yang berbeda namun di tempat yang sama.
            Minho langsung berbalik, menatap Yoosun tajam. “Mana Bibi Lee? Dia pasti tahu dimana kau menyembunyikan Raesun.”
            Yoosun menyeringai kemudian menoleh pada salah satu pembantunya yang berdiri tak jauh darinya. “Panggilkan semua pekerja disini. Tampaknya Tuan Muda Minho ingin menyapa mereka semua.” Lanjutnya sarkatis.
            Tak sampai lima menit, semua pekerja di rumah Yoosun telah berbaris rapi di ruang tengah. Yoosun bisa tersenyum puas ketika sosok Bibi Lee yang Minho cari tak ada diantara deretan semua pekerja yang ada ditempat itu.
            “Ini mustahil terjadi.” Ucap Minho tak percaya. Jelas-jelas kemarin ia berpamitan dengan Bibi Lee, namun kini sosoknya menghilang. Yoosun juga mengaku tak pernah memiliki pekerja seperti apa yang Minho ciri-cirikan.
            “Kau pasti sedang berhalusinasi Chagiya.” Ucap Yoosun kembali merajuk. Dia kembali tersenyum puas.
            Minho masih tak sanggup mengerti seakan-akan semua yang ia lewati seperti sebuah mimpi. Padahal ia tahu benar  semua itu kenyataan, hanya saja ia tak bisa membuktikannya. Dan satu lagi, seperti ada sesuatu yang tengah Yoosun sembunyikan dari kejadian ini.
            Akhirnya Minho memilih pergi sebelum kenyataan ini semakin membuatnya gila. Tapi belum sempat mobil Minho berjalan menjauh, tiba-tiba satpam rumah itu mencegatnya tepat ketika Minho melewati pagar depan.
            “Berhentilah tuan muda.” Ucap satpam terlihat sedikit panik, “Ada yang ingin kubicarakan. Tapi aku tak memiliki waktu banyak untuk menjelaskannya. Kuharap tuan muda mengerti.”
            Awalnya Minho sempat terkejut, tapi akhirnya ia mengangguk mantap. “Baiklah. Cepat katakan.”
***
            Lima menit kemudian mobil Minho benar-benar meninggalkan rumah Yoosun dan langsung melesat membelah jalanan kota Seoul yang ramai.
            Masih terngiang begitu jelas ucapan satpam rumah Yoosun tadi, meski cukup singkat setidaknya Minho tahu kemarin ia sedang tidak berhalusinasi.
            “… sebenarnya Raesun benar-benar ada. Saya tahu kemarin tuan muda sempat menemuinya…” ucap satpam itu yakin.
            “… Raesun memang sengaja disembunyikan karena dia menderita sebuah penyakit. Tuan besar Kang takut keberadaan Raesun akan mengancam popularitasnya yang saat itu sedang meningkat. Dan hanya Bibi Lee yang bersedia merawatnya. Bibi Lee adalah seorang dokter yang menyamar sebagai pembantu di rumah ini…”
            “Lalu dimana mereka sekarang?” tanya Minho tak sabar pada satpam itu tadi.
            “Bibi Lee dipecat. Dan Raesun…” satpam itu tampak ragu untuk mengatakannya. “…hanya Bibi Lee yang mengetahui keberadaannya.”
            Minho terperanjat mendengar penjelasan yang tak pernah ia duga. Ingin rasanya langsung berteriak memaki-maki keluarga Yoosun, tapi ia tahu ada hal lain yang lebih penting ia lakukan saat ini. Minho harus menemukan keberadaan Bibi Lee sekarang juga!
            Berbekal sebuah alamat dimana Bibi Lee membuka praktik kesehatan, Minho langsung pergi kesana. Perasaannya benar-benar campur aduk sekarang.
            “Bibi?” ucap Minho ketika ia sampai dan menemukan Bibi Lee tengah mencatat sesuatu dengan sebuah stethoscope yang melingkar di lehernya.
            Bibi Lee langsung bangkit. Antara terkejut dan tak percaya mendapati Minho menjulang dihadapannya.
            “Dimana Raesun? Bagaimana keadaannya sekarang Bi?” tanya Minho tanpa basa-basi.
            Bibi Lee tak langsung menjawab, masih terkejut karena Minho datang secara tiba-tiba seperti ini, “Tuan muda sudah tahu semuanya?”
            Minho mengangguk. “Raesun menderita sebuah penyakit bukan? Penyakit apa Bi? Apa itu berbahaya bagi kesehatannya?” tanya Minho lagi terlihat semakin khawatir.
            “Dia memiliki kelainan jantung bawaan. Sejak kecil jantungnya begitu lemah. Karena Tuan Kang adalah seorang pengusaha terkenal, ia berfikir Raesun hanya akan mengacaukan reputasinya. Akhirnya Raesun diasingkan. Keluarga Kang menganggap Raesun bukan siapa-siapa lagi. Dan bagi mereka, Yoosun sudah lebih dari cukup.” Papar Bibi Lee terlihat begitu sedih. “Dan saat aku mendengar hal ini, aku memutuskan untuk merawat Raesun tanpa sepengetahuan keluarga Kang. Sayangnya aku tak memiliki keberanian untuk menandingi kekuasaan yang dimilikinya.” Papar Bibi Lee panjang lebar.
            “Lalu dimana Raesun sekarang? Mengapa aku tak sanggup menemukannya di rumah Yoosun?”
            Bibi itu tak sanggup menjawab. Raut wajahnya semakin terlihat sedih. Dia sempat mengusap air matanya yang terjatuh kemudian tersenyum getir. “Raesun ada dibelakang.” Ucap Bibi Lee kemudian mengajak Minho ke sebuah ruangan bagian belakang rumahnya.
            Tak banyak yang Minho temukan. Hanya sebuah foto berframe hitam yang menampakkan raut datar Raesun beserta sebuah boneka teddy bear serta sehelai sapu tangan disana.
            Tak sanggup Minho percaya, Raesun sudah tiada.
            Lutut Minho melemas. Dia tertunduk dalam, merasakan bulir-bulir air mulai menjalari bola matanya dan perlahan jatuh melewati pipinya.
            “Maaf Bibi tidak bisa langsung memberitahukannya pada tuan muda.” Sesal Bibi Lee. “Kejadian kemarin malam terasa begitu cepat. Semuanya berubah dalam waktu yang singkat.” Lanjutnya tak sanggup menampung air matanya melihat foto Raesun terpampang disana.
            Minhopun turut menatap foto Raesun yang kini semakin tampak mengabur oleh pandangannya. “Tapi kenapa ia pergi secepat ini? Apa tak ada upaya lain untuk mempertahankan hidupnya?” ucap Minho terdengar bergetar.
            “Sebenarnya Raesun tak boleh merasakan sesuatu yang terlalu ekstrim. Dia tak boleh terlalu takut, terlalu sedih ataupun terlalu senang. Karena itu akan memacu jantungnya berdegup begitu kencang.” Ucap Bibi Lee sempat terdiam. “Sejak kecil dia sudah terbiasa dengan suasana yang ‘datar’ setiap harinya. Sampai akhirnya tuan muda datang…” Bibi itu kemudian tersenyum. “Dan kurasa dia telah jatuh cinta padamu, Tuan muda.”
            Minho langsung menoleh ke arah Bibi Lee terkejut. “Jadi dengan kata lain aku lah yang telah membunuhnya?”
            Bibi Lee menggeleng pelan. “Tentu saja tidak. Tapi takdirlah yang telah merencanakan semua ini. Tuan muda tidak perlu merasa bersalah. Yakinlah, Raesun benar-benar senang tuan muda bisa hadir di akhir masa hidupnya yang sangat menyakitkan.”
            Meski benar, namun ungkapan Bibi Lee belum cukup membuat Minho tenang. Ia masih merasa bersalah karena telah sengaja mengusik ketenangan hidup Raesun dan bahkan tak mampu menolongnya hingga semua kini telah terlambat. Seakan-akan semua kenyataan yang belum sepenuhnya ia pahami telah berubah begitu cepat.
            ‘Benarkah Raesun telah pergi? Benarkah aku yang telah menyebabkan semua ini terjadi?’ batin Minho tanpa suara.
            “Mianheyo Raesun-ah, aku…” Minho mencoba terdiam sejenak mengambil nafasnya yang kini terasa begitu sulit dihela. “Aku tak tak tahu semuanya akan berakhir seperti ini. Aku benar-benar minta maaf…” Ucapnya terlihat sangat terpukul akan kebenaran yang baru saja ia terima.
Perlahan Minho berjalan mendekati foto Raesun yang terpampang di ruangan itu. Masih terlihat sangat lugu. Sayangnya gadis lugu inilah yang harus menjadi korban, bahkan sebelum ia tahu apa kesalahannya lahir di dunia ini.
            “Ini tulisan tangan Raesun yang terakhir sebelum ia pergi. Kurasa tuan muda perlu membacanya.” Ucap Bibi yang sempat menepuk bahu Minho kemudian menyerahkan secarik kertas yang ia katakan tadi.
            Minhopun menerima kertas itu dan mulai membacanya perlahan sementara air matanya kembali tergenang.

            5 Oktober 2011
            Apa itu tadi? Astaga, apa ini mimpi? Tolong katakan kalau aku hanya bermimpi.
            Aku tak pernah berfikir bisa bertemu dengan sosok itu. Tapi ia benar-benar datang! Meski kedatangannya hampir membunuhku sebanyak 3 kali, tapi aku benar-benar senang. Bahkan ketika ia tersenyum, sepertinya jantungku benar-benar ingin meledak.
            Mungkinkah ini takdir? Aku tidak tahu. Jika saja iya, mungkin ini adalah takdir terindah yang pernah kuterima.
            Gomawo Minho-ya. Kurasa sekarang aku benar-benar ingin memiliki banyak teman.
                                                Raesun

            Tak terasa air mata Minho mengalir lagi. Dengan pandangannya yang mulai mengabur, Minho kembali menatap foto Raesun yang terpampang disana.
            “Cheonmaneyo Raesun-ah, kurasa kau akan memiliki banyak teman yang menyayangimu di surga...”
-The End-

            Hiks hiks hiks, kasian amat ya nasib Raesun? *nangis di pundak Minho.
            Gimana ceritanya? Jelek ya? Ato kelewat aneh? Ayo ayo yang baik hati dan ngga sombong buruan ninggalin jejak. Yang ninggalin jejak ntar bakalan aku kasih hadiah berupa sepaket bias beserta nomer hapenya (?) *lempar paket bias (?)
            Oiya, masih inget kana ma FF victory yang belum kelar2? Wkwkwk. Lanjutannya sabtu depan yaa. Semoga belum pada bosen nungguinnya xD
            Terakhir, gomawo buat yang mau komenn. Jeongmal gomawoooo. *bow bareng Minho pake baju couple. Nananana~

18 comments:

  1. sad ending TT_TT eonnnieeee~~ kenapa harus sad ending? gak tega banget huaaaa~~~ tapi daebak! buat aku nangis. gini dong eonnie buatnya jangan one-shoot doang :D hehehe

    ReplyDelete
  2. waah.. sedih banget... *ambil tisu
    poor raesun, :(
    tapi debak eonni!
    hehe
    ditunggu victory nya :)

    ReplyDelete
  3. ceritanya seruuuuuuuuuu........... terus2 buat ff ya eonni,, aku pasti akan baca,,,,:D

    ReplyDelete
  4. sediiiiiiihhhh..
    bener kata minho, kenapa harus pergi secepat itu?
    kirain bakal ketemu lagi terus happy ever after. hehe... *ngarang
    lanjutkan chingu, sekali lagi, keren!
    =)

    ReplyDelete
  5. waduh banyak yang sedih ya? hihi
    gomawo semuanyaaaa :D

    ReplyDelete
  6. wah,bagus ceritanya....makasih FFnya...

    ReplyDelete
  7. Aku.. Mati *raesun
    wkwkwkwk
    tenang minho aku pasti kembali ke pelukanmu kok,aku gk bkal prgi *meluk minho #dilempar panci ama flames
    bagus bgt un FF ny kaget ternyta aku ini mati. Wkwkwk
    aku nangis. Mudah2 han ini kebwa mimpi u.u
    D.A.E.B.A.K

    ReplyDelete
  8. Daebak thor, :D
    sebenernya males nulis komen disini, pake kode2.segala, *curcol, tapi demi author gpp deeeeeh, :D

    ReplyDelete
  9. nangis lagi!!!!
    SUMPAH eonni!!! ceritamu menggugah perasaan!
    hebat!

    ReplyDelete
  10. nangis sumpah kak. nyaaaaa >//<
    huwaa ceritanya ga naahaaan.. Raesun-eonni~ Minho nya buatku yaa (?) tenang "di sana" dirimuu *digampar Raesun-eonni

    ReplyDelete
  11. yampun pada nangis???
    cup cup cup *lempar minho
    hehehe gomawo yaaa

    ReplyDelete
  12. wahhh kerenn banget unniee, sad ending beneran kaloo ini...

    ReplyDelete
  13. Minho kasian banget ya.. Mungkin udh sejak lama dia kesel sama yoosun.. Trus minho jadi jatu cinta sama kembaran nya.. Tpi waktu dia selesai bilang itu raesun malah meninggal karena terlalu senang.. Sedih ya..kasian banget minho nya..
    Thiya thiyul lockets

    ReplyDelete
  14. aduh.. Sad Ending... Kasihan Minho Oppa...
    Tapi bagus kok eoooonniiii...
    banyak jempol buat eonni... (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y)
    heheheh kebanyakan yah....
    BAGUS DAEBAK!! :D

    ReplyDelete
  15. Haaaaa,,,,
    Eon kerennn :(#ambil tisu,,,:(
    Minho yg sabar ya chagi ,,masih ada aku kok,,
    #di tabok ama flamers

    ReplyDelete