annyonghaseo yeorobunnn~
aku dateng bawa
lanjutan FF Two Shoot SHINee ^^
terakhir, happy reading!!
Tittle :
Beautiful Destiny [Part 2]
Author :
Ichaa Ichez Lockets
Genre : Angst, Romance, Family, Tragedy.
Rating : T
Cast : Kang YooSun, Choi Minho.
Length : Two Shoot
Desclaimer : This
story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the
character is not real. Enjoy reading!
Kali ini
entah kenapa Minho nekat untuk menemui ‘Bibi’ secara langsung. Minho pikir,
hanya ‘bibi’ -pembantu tertua- dirumah
itu saja yang bisa ia ajak kerjasama. Minho tak yakin orang lain bisa
membantunya atau tidak.
Dan
lagi-lagi, ternyata dugaan Minho benar.
“Ada yang
mencari nona muda.” Ucap Bibi Lee sambil membuka pintu kamar Raesun.
Raesun
tampak terkejut. Ia bahkan sampai memegang dadanya dan jatuh terduduk ditempat
tidur saking terkejutnya.
“Hai
Raesun-ah,” Sapa Minho yang muncul dari balik pintu. “Kutunggu kau 15 menit
lagi, dan kuharap waktu 15 menit sudah cukup untukmu berdandan.” Pandangan
Minho beralih ke Bibi yang berdiri disisinya. “Bibi mau membantuku kan?”
Bibi Lee
mengangguk. “Dengan senang hati tuan muda.”
Kemudian
Minho membalik badannya tepat ketika Bibi Lee menutup pintu kamar Raesun.
Ternyata
hari ini Minho ingin mengajak Raesun pergi untuk yang pertama kalinya. Minho
tahu waktu luangnya hari ini tidak banyak, jadi ia berfikir ingin mengajak
Raesun bersenang-senang, layaknya melewatkan waktu bersama seorang ‘teman’.
Namun sekarang yang Minho pikirkan
hanyalah bagaimana penampilan Raesun setelah Bibi Lee mendandaninya nanti. Ia
benar-benar tidak sabar. Entah kenapa waktu 15 menit kali ini terasa jauh lebih
lama daripada 15 menit ketika Minho menunggu Yoosun berdandan. Ketidaksabaran
Minho seperti bertambah dua kali lipat daripada sebelumnya.
Dan 15 menit
yang terbuang itu tidak sia-sia. Raesun benar-benar terlihat cantik dengan
dress berwarna putih diatas lutut dan make up tipis yang melapisi kulit halus
wajahnya. Kemudian rambut Raesun yang panjang sedikit dikeriting dengan ikatan
pita dibagian atas. Sederhana tapi cukup membuat Minho terperangah.
“Kau tidak
perlu mengkhawatirkan keadaan disini tuan muda, aku yang akan mengurusnya. Tapi
jangan lupa kembali sebelum makan malam, karena nanti nyonya dan tuan akan
pulang.” Ucap Bibi Lee berpesan.
“Ne arasso.
Lagipula jam 6 nanti aku juga harus menjemput Yoosun. Jadi kupastikan dia akan
pulang tepat waktu. Gamsahamnida atas bantuannya Bibi Lee.” Jawab Minho yang
kemudian dibalas anggukan oleh Bibi Lee.
“Ayo
Raesun…” Minho mengajak Raesun menuruni tangga, Raesun pun mengikuti langkah
Minho meski dengan ekspresinya yang masih datar.
Konyol.
Terlihat sangat konyol saat mobil Minho melewati pos satpam, Raesun harus
menunduk ditutupi dengan jaket Minho. Raesun pun menurut tanpa mengelak,
membuat Minho sedikit tertawa geli melihat Raesun melakukan hal itu.
Awalnya
Minho ingin mengajak Raesun ke pantai, namun karena jaraknya yang jauh dan
waktu mereka tak banyak, akhirnya Minho membawa Raesun ke taman kota. Bisa
Minho lihat selama perjalanan, Raesun sibuk mengedarkan pandangan ke setiap
sudut jalan yang mungkin terasa asing baginya.
“Bagaimana?
Apa tempat ini terlihat indah?” tanya Minho ketika mereka berdua tengah duduk
disebuah kursi taman disamping sebuah kolam ikan.
Raesun
mengangguk sekali. Sepertinya kali ini ikan-ikan dikolam itu menyita
perhatiannya.
Kemudian
Minho mengambil makanan ikan dan menaburkannya diatas kolam, membuat ikan
berwarna putih emas itu berkumpul menjadi satu.
“Kau bisa
menyentuhnya Raesun.” Ucap Minho menunjuk ikan-ikan itu.
Ketara
sekali Raesun ingin menyentuh ikan-ikan itu, tapi wajahnya sedikit takut sampai
Minho mulai memasukkan jarinya ke dalam kolam dan tersenyum. Perlahan Raesun
pun mengikuti Minho dengan menyentuh permukaan kolam, ada beberapa ikan yang
menggigit geli ujung jarinya. Membuat Raesun menarik jarinya kemudian
memasukkan kembali ke dalam kolam itu berkali-kali.
Ini sangat
menyenangkan sekali bagi Raesun. Tanpa ia sadari kedua sudut bibirnya tertarik
ke atas membentuk sebuah senyuman.
Minho
terdiam, terhenyak melihat senyum lugu itu. Meski hampir setiap hari ia seakan
melihatnya di wajah Yoosun, namun senyum Raesun kali ini terlihat berbeda.
Tampak begitu polos serta terpancar cerah menghiasi wajahnya yang sedikit lesu.
“Sudah
cukup? Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar?” tawar Minho.
Raesun pun
mengangguk.
Minho sempat
memberikan saputangan pada Raesun untuk mengeringkan jari-jarinya yang basah,
kemudian namja itu menggandeng Raesun dan mengajaknya berjalan bersama. Dan
lagi-lagi Raesun tak menolak.
Sedikit aneh
awalnya saat menggenggam jemari Raesun yang kurus dan selalu berkeringat. Tapi
nyatanya Minho tetap menggenggam tangan itu dan menunjukkan banyak hal yang ada
disana. Mulai dari berbagai jenis bunga, sungai kecil, serta beberapa lampu
hias yang memiliki bentuk yang berbeda-beda. Jika saja dia membawa Raesun ke
tempat ini di malam hari, pasti akan terlihat lebih indah.
“Raesun-ah,
apa kau mau ice cream?” Minho menunjuk sebuah truk ice cream yang ada disana.
Raesun
menggeleng.
“Eum..”
Minho berfikir sejenak. “Kalau kau tidak mau ice cream, kau pasti mau boneka.”
Ucap Minho kemudian mengajak Raesun berjalan menuju sebuah toko yang didepannya
terdapat sebuah permainan mengambil boneka. Setelah memasukkan koin, Minho
mulai memutar kendali untuk mengambil boneka itu. namun Minho tetap gagal di
usahanya yang ke enam.
“Ya! Apa
alat ini rusak huh?” ucap Minho kesal. Membuat Raesun tertawa kecil melihat
tingkah Minho. Namja yang sebelumnya terlihat cool itu sekarang mendadak
terlihat seperti orang bodoh.
Karena tak
sanggup mendapatkan boneka dari permainan itu, akhirnya Minho membeli sebuah
boneka dari dalam toko kemudian menyerahkannya pada Raesun. Sebuah teddy bear
berwarna putih berbulu lembut yang selalu Raesun peluk hingga mereka kembali
kerumah.
“Semoga kau
senang hari ini Raesun-ah.” Minho menatap ke arah Raesun yang duduk di tepian
tempat tidur, sedangkan Minho berjongkok didepannya. “Aku akan kembali besok.
Senang bisa berkeliling taman bersamamu hari ini. Annyeong~” ucap Minho bangkit
kemudian berjalan menuju pintu.
“Gomawo…”
DEG! Minho
spontan menghentikan langkahnya lalu menoleh.
“Apa kau
baru saja mengucapkan sesuatu?” tanya Minho tak percaya.
Raesun hanya
menjawab pertanyaan dengan senyuman. Membuat Minho kembali berjalan mendekati
Raesun kemudian duduk disampingnya.
“Cheonmaneyo…”
jawab Minho menanggapi ucapan Raesun yang ia yakin ia sempat mendengarnya.
Kemudian Minho meraih tangan Raesun dan
perlahan mengecup pipi yeoja itu sekilas.
“Saranghaeyo
Raesun-ah.” Ucapnya pelan ditelinga Raesun sebelum akhirnya benar-benar pergi
meninggalkan ruangan itu.
***
“Apa kau
sudah lama menungguku?” ucap Yoosun yang baru saja keluar dari rumahnya,
menyambut Minho yang (seperti biasa) menunggu Yoosun didepan rumah bersandar
pada mobil.
Minho tak
menjawab. Justru tampak melamun memandangi kamar Raesun dari bawah.
“Sampai
sekarang kau masih penasaran dengan ‘gudang’ itu?” ucap Yoosun mengerti apa
yang ada dalam pikiran Minho.
“Bisakah kau
tidak menyebutnya seperti itu Yoosun?”
Yoosun
sedikit terkejut mendengar jawaban Minho. Tidak pernah ia lihat Minho
menyanggahnya seperti ini, membuat emosi Yoosun seketika meningkat.
“Ya!”
bentaknya keras. “Memangnya kenapa jika kusebut gudang? Tempat itu memang hanya
gudang yang ditinggali tikus-tikus kotor didalamnya!” lanjut Yoosun dengan nada
yang semakin meninggi.
“Sebaiknya
kita berangkat sekarang juga.” Ucap Minho mencoba tak menanggapi tingkah labil
Yoosun.
“Tunggu
Chagi!” Yoosun justru menarik lengan Minho yang sedang membuka pintu mobil.
“Jadi mulai sekarang kau tak mau mendengarkanku hanya karena penasaran dengan
gudang penuh tikus itu huh?”
“Jangan
sebut saudara kembarmu sendiri seperti itu Yoosun!” ucap Minho yang sudah tak
mampu lagi menahan kesabarannya. Ia benar-benar tidak sanggup ketika setiap
kali melihat Raesun harus bersedih didalam ruangan sempit yang disebut ‘gudang’
itu, sementara ‘tuan putri’ ini justru bersenang-senang diluar.
“Jadi kau
sudah berani membentakku sekarang?” Yoosun semakin terpancing melihat kemarahan
Minho.
Minho
kembali terdiam. Ia tahu, menanggapi amarah Yoosun hanya akan membuang-buang
waktu. Pertengkaran semacam ini tak akan berakhir jika yeoja itu belum merasa
dirinyalah pemenangnya.
“Geurae,”
Ucap Yoosun lagi. “Sekarang kita lihat saja gudang seperti apa yang kau bilang
sebagai tempatku menyembunyikan saudara kembarku itu. Kau pikir aku takut huh?”
tantang Yoosun tak main-main.
Minho sempat terkejut mendengar ucapan
itu, namun akhirnya dia mengangguk. Minho tak peduli akibatnya jika ini
benar-benar terjadi, yang jelas ia hanya ingin gadis tak berdosa itu
mendapatkan keadilan. Itu saja.
Dan akhirnya
pintu kamar Raesun benar-benar terbuka. Minho terperanjat melihat isinya 100%
berbeda dengan apa yang ia temukan sebelumnya.
“See?” ucap
Yoosun puas.
Minho mulai
memasuki ruangan itu. Kini terasa jauh lebih sempit karena dipenuhi oleh
barang-barang yang tidak terpakai. Dan Yoosun benar, ruangan itu lebih mirip
disebut gudang sekarang.
“Ini tidak
mungkin.” Minho mulai menyentuh dinding yang terasa halus, jauh berbeda dengan
dinding yang Minho tahu selalu dipenuhi tulisan-tulisan Raesun.
Tak ada
apapun disana. Tak ada satupun tanda-tanda barang milik Raesun ada di tempat
itu. Semuanya lenyap begitu saja. Seakan-akan ini tampak seperti ruangan yang
berbeda namun di tempat yang sama.
Minho
langsung berbalik, menatap Yoosun tajam. “Mana Bibi Lee? Dia pasti tahu dimana
kau menyembunyikan Raesun.”
Yoosun
menyeringai kemudian menoleh pada salah satu pembantunya yang berdiri tak jauh
darinya. “Panggilkan semua pekerja disini. Tampaknya Tuan Muda Minho ingin
menyapa mereka semua.” Lanjutnya sarkatis.
Tak sampai
lima menit, semua pekerja di rumah Yoosun telah berbaris rapi di ruang tengah.
Yoosun bisa tersenyum puas ketika sosok Bibi Lee yang Minho cari tak ada diantara
deretan semua pekerja yang ada ditempat itu.
“Ini
mustahil terjadi.” Ucap Minho tak percaya. Jelas-jelas kemarin ia berpamitan
dengan Bibi Lee, namun kini sosoknya menghilang. Yoosun juga mengaku tak pernah
memiliki pekerja seperti apa yang Minho ciri-cirikan.
“Kau pasti
sedang berhalusinasi Chagiya.” Ucap Yoosun kembali merajuk. Dia kembali
tersenyum puas.
Minho masih
tak sanggup mengerti seakan-akan semua yang ia lewati seperti sebuah mimpi.
Padahal ia tahu benar semua itu
kenyataan, hanya saja ia tak bisa membuktikannya. Dan satu lagi, seperti ada
sesuatu yang tengah Yoosun sembunyikan dari kejadian ini.
Akhirnya
Minho memilih pergi sebelum kenyataan ini semakin membuatnya gila. Tapi belum
sempat mobil Minho berjalan menjauh, tiba-tiba satpam rumah itu mencegatnya
tepat ketika Minho melewati pagar depan.
“Berhentilah
tuan muda.” Ucap satpam terlihat sedikit panik, “Ada yang ingin kubicarakan.
Tapi aku tak memiliki waktu banyak untuk menjelaskannya. Kuharap tuan muda
mengerti.”
Awalnya
Minho sempat terkejut, tapi akhirnya ia mengangguk mantap. “Baiklah. Cepat
katakan.”
***
Lima menit
kemudian mobil Minho benar-benar meninggalkan rumah Yoosun dan langsung melesat
membelah jalanan kota Seoul yang ramai.
Masih
terngiang begitu jelas ucapan satpam rumah Yoosun tadi, meski cukup singkat
setidaknya Minho tahu kemarin ia sedang tidak berhalusinasi.
“…
sebenarnya Raesun benar-benar ada. Saya tahu kemarin tuan muda sempat
menemuinya…” ucap satpam itu yakin.
“… Raesun
memang sengaja disembunyikan karena dia menderita sebuah penyakit. Tuan besar
Kang takut keberadaan Raesun akan mengancam popularitasnya yang saat itu sedang
meningkat. Dan hanya Bibi Lee yang bersedia merawatnya. Bibi Lee adalah seorang
dokter yang menyamar sebagai pembantu di rumah ini…”
“Lalu
dimana mereka sekarang?” tanya Minho tak sabar pada satpam itu tadi.
“Bibi Lee
dipecat. Dan Raesun…” satpam itu tampak ragu untuk mengatakannya. “…hanya
Bibi Lee yang mengetahui keberadaannya.”
Minho terperanjat
mendengar penjelasan yang tak pernah ia duga. Ingin rasanya langsung berteriak
memaki-maki keluarga Yoosun, tapi ia tahu ada hal lain yang lebih penting ia
lakukan saat ini. Minho harus menemukan keberadaan Bibi Lee sekarang juga!
Berbekal
sebuah alamat dimana Bibi Lee membuka praktik kesehatan, Minho langsung pergi
kesana. Perasaannya benar-benar campur aduk sekarang.
“Bibi?” ucap
Minho ketika ia sampai dan menemukan Bibi Lee tengah mencatat sesuatu dengan
sebuah stethoscope yang melingkar di lehernya.
Bibi Lee
langsung bangkit. Antara terkejut dan tak percaya mendapati Minho menjulang
dihadapannya.
“Dimana
Raesun? Bagaimana keadaannya sekarang Bi?” tanya Minho tanpa basa-basi.
Bibi Lee tak
langsung menjawab, masih terkejut karena Minho datang secara tiba-tiba seperti
ini, “Tuan muda sudah tahu semuanya?”
Minho
mengangguk. “Raesun menderita sebuah penyakit bukan? Penyakit apa Bi? Apa itu
berbahaya bagi kesehatannya?” tanya Minho lagi terlihat semakin khawatir.
“Dia
memiliki kelainan jantung bawaan. Sejak kecil jantungnya begitu lemah. Karena
Tuan Kang adalah seorang pengusaha terkenal, ia berfikir Raesun hanya akan
mengacaukan reputasinya. Akhirnya Raesun diasingkan. Keluarga Kang menganggap
Raesun bukan siapa-siapa lagi. Dan bagi mereka, Yoosun sudah lebih dari cukup.”
Papar Bibi Lee terlihat begitu sedih. “Dan saat aku mendengar hal ini, aku
memutuskan untuk merawat Raesun tanpa sepengetahuan keluarga Kang. Sayangnya
aku tak memiliki keberanian untuk menandingi kekuasaan yang dimilikinya.” Papar
Bibi Lee panjang lebar.
“Lalu dimana
Raesun sekarang? Mengapa aku tak sanggup menemukannya di rumah Yoosun?”
Bibi itu tak
sanggup menjawab. Raut wajahnya semakin terlihat sedih. Dia sempat mengusap air
matanya yang terjatuh kemudian tersenyum getir. “Raesun ada dibelakang.” Ucap
Bibi Lee kemudian mengajak Minho ke sebuah ruangan bagian belakang rumahnya.
Tak banyak
yang Minho temukan. Hanya sebuah foto berframe hitam yang menampakkan raut
datar Raesun beserta sebuah boneka teddy bear serta sehelai sapu tangan disana.
Tak sanggup
Minho percaya, Raesun sudah tiada.
Lutut Minho
melemas. Dia tertunduk dalam, merasakan bulir-bulir air mulai menjalari bola
matanya dan perlahan jatuh melewati pipinya.
“Maaf Bibi
tidak bisa langsung memberitahukannya pada tuan muda.” Sesal Bibi Lee.
“Kejadian kemarin malam terasa begitu cepat. Semuanya berubah dalam waktu yang
singkat.” Lanjutnya tak sanggup menampung air matanya melihat foto Raesun
terpampang disana.
Minhopun
turut menatap foto Raesun yang kini semakin tampak mengabur oleh pandangannya.
“Tapi kenapa ia pergi secepat ini? Apa tak ada upaya lain untuk mempertahankan
hidupnya?” ucap Minho terdengar bergetar.
“Sebenarnya
Raesun tak boleh merasakan sesuatu yang terlalu ekstrim. Dia tak boleh terlalu
takut, terlalu sedih ataupun terlalu senang. Karena itu akan memacu jantungnya
berdegup begitu kencang.” Ucap Bibi Lee sempat terdiam. “Sejak kecil dia sudah
terbiasa dengan suasana yang ‘datar’ setiap harinya. Sampai akhirnya tuan muda
datang…” Bibi itu kemudian tersenyum. “Dan kurasa dia telah jatuh cinta padamu,
Tuan muda.”
Minho
langsung menoleh ke arah Bibi Lee terkejut. “Jadi dengan kata lain aku lah yang
telah membunuhnya?”
Bibi Lee
menggeleng pelan. “Tentu saja tidak. Tapi takdirlah yang telah merencanakan
semua ini. Tuan muda tidak perlu merasa bersalah. Yakinlah, Raesun benar-benar
senang tuan muda bisa hadir di akhir masa hidupnya yang sangat menyakitkan.”
Meski benar,
namun ungkapan Bibi Lee belum cukup membuat Minho tenang. Ia masih merasa
bersalah karena telah sengaja mengusik ketenangan hidup Raesun dan bahkan tak
mampu menolongnya hingga semua kini telah terlambat. Seakan-akan semua
kenyataan yang belum sepenuhnya ia pahami telah berubah begitu cepat.
‘Benarkah
Raesun telah pergi? Benarkah aku yang telah menyebabkan semua ini terjadi?’
batin Minho tanpa suara.
“Mianheyo
Raesun-ah, aku…” Minho mencoba terdiam sejenak mengambil nafasnya yang kini
terasa begitu sulit dihela. “Aku tak tak tahu semuanya akan berakhir seperti
ini. Aku benar-benar minta maaf…” Ucapnya terlihat sangat terpukul akan
kebenaran yang baru saja ia terima.
Perlahan Minho berjalan mendekati foto
Raesun yang terpampang di ruangan itu. Masih terlihat sangat lugu. Sayangnya
gadis lugu inilah yang harus menjadi korban, bahkan sebelum ia tahu apa
kesalahannya lahir di dunia ini.
“Ini tulisan
tangan Raesun yang terakhir sebelum ia pergi. Kurasa tuan muda perlu
membacanya.” Ucap Bibi yang sempat menepuk bahu Minho kemudian menyerahkan
secarik kertas yang ia katakan tadi.
Minhopun
menerima kertas itu dan mulai membacanya perlahan sementara air matanya kembali
tergenang.
5 Oktober
2011
Apa itu
tadi? Astaga, apa ini mimpi? Tolong katakan kalau aku hanya bermimpi.
Aku tak
pernah berfikir bisa bertemu dengan sosok itu. Tapi ia benar-benar datang!
Meski kedatangannya hampir membunuhku sebanyak 3 kali, tapi aku benar-benar
senang. Bahkan ketika ia tersenyum, sepertinya jantungku benar-benar ingin
meledak.
Mungkinkah
ini takdir? Aku tidak tahu. Jika saja iya, mungkin ini adalah takdir terindah
yang pernah kuterima.
Gomawo
Minho-ya. Kurasa sekarang aku benar-benar ingin memiliki banyak teman.
Raesun
Tak terasa
air mata Minho mengalir lagi. Dengan pandangannya yang mulai mengabur, Minho
kembali menatap foto Raesun yang terpampang disana.
“Cheonmaneyo
Raesun-ah, kurasa kau akan memiliki banyak teman yang menyayangimu di surga...”
-The
End-
Hiks
hiks hiks, kasian amat ya nasib Raesun? *nangis di pundak Minho.
Gimana
ceritanya? Jelek ya? Ato kelewat aneh? Ayo ayo yang baik hati dan ngga sombong
buruan ninggalin jejak. Yang ninggalin jejak ntar bakalan aku kasih hadiah
berupa sepaket bias beserta nomer hapenya (?) *lempar paket bias (?)
Oiya,
masih inget kana ma FF victory yang belum kelar2? Wkwkwk. Lanjutannya sabtu
depan yaa. Semoga belum pada bosen nungguinnya xD
Terakhir,
gomawo buat yang mau komenn. Jeongmal gomawoooo. *bow bareng Minho pake baju couple.
Nananana~
Sad...
ReplyDeletehuaaaaaaaaaaaaaaaaaa
sad ending TT_TT eonnnieeee~~ kenapa harus sad ending? gak tega banget huaaaa~~~ tapi daebak! buat aku nangis. gini dong eonnie buatnya jangan one-shoot doang :D hehehe
ReplyDeletesedih eonni.... ahuhuhuhuhuuuuu
ReplyDeletewaah.. sedih banget... *ambil tisu
ReplyDeletepoor raesun, :(
tapi debak eonni!
hehe
ditunggu victory nya :)
ceritanya seruuuuuuuuuu........... terus2 buat ff ya eonni,, aku pasti akan baca,,,,:D
ReplyDeletesediiiiiiihhhh..
ReplyDeletebener kata minho, kenapa harus pergi secepat itu?
kirain bakal ketemu lagi terus happy ever after. hehe... *ngarang
lanjutkan chingu, sekali lagi, keren!
=)
waduh banyak yang sedih ya? hihi
ReplyDeletegomawo semuanyaaaa :D
wah,bagus ceritanya....makasih FFnya...
ReplyDeletethanks juga
ReplyDeleteAku.. Mati *raesun
ReplyDeletewkwkwkwk
tenang minho aku pasti kembali ke pelukanmu kok,aku gk bkal prgi *meluk minho #dilempar panci ama flames
bagus bgt un FF ny kaget ternyta aku ini mati. Wkwkwk
aku nangis. Mudah2 han ini kebwa mimpi u.u
D.A.E.B.A.K
Daebak thor, :D
ReplyDeletesebenernya males nulis komen disini, pake kode2.segala, *curcol, tapi demi author gpp deeeeeh, :D
nangis lagi!!!!
ReplyDeleteSUMPAH eonni!!! ceritamu menggugah perasaan!
hebat!
nangis sumpah kak. nyaaaaa >//<
ReplyDeletehuwaa ceritanya ga naahaaan.. Raesun-eonni~ Minho nya buatku yaa (?) tenang "di sana" dirimuu *digampar Raesun-eonni
yampun pada nangis???
ReplyDeletecup cup cup *lempar minho
hehehe gomawo yaaa
wahhh kerenn banget unniee, sad ending beneran kaloo ini...
ReplyDeleteMinho kasian banget ya.. Mungkin udh sejak lama dia kesel sama yoosun.. Trus minho jadi jatu cinta sama kembaran nya.. Tpi waktu dia selesai bilang itu raesun malah meninggal karena terlalu senang.. Sedih ya..kasian banget minho nya..
ReplyDeleteThiya thiyul lockets
aduh.. Sad Ending... Kasihan Minho Oppa...
ReplyDeleteTapi bagus kok eoooonniiii...
banyak jempol buat eonni... (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y) (y)
heheheh kebanyakan yah....
BAGUS DAEBAK!! :D
Haaaaa,,,,
ReplyDeleteEon kerennn :(#ambil tisu,,,:(
Minho yg sabar ya chagi ,,masih ada aku kok,,
#di tabok ama flamers