Wuanyeonggg~
Setelah minggu kemarin sempat diusik (?)
sama FF Two Shootnya akang Minong (?) .sekarang saatnya kembali kita saksikan
lanjutan FF Victory yang udah nyampe di part 17. HOHOHO
Bagi yang lupa ama part sebelumnya, ini
dia cuplikan ceritanya. Cekidottt..
· “Eun Sun?” ucap
Hye Mi kemudian reflek melepaskan genggaman tangan Jinyoung darinya.
· “Eum, mungkin ini terdengar sedikit
childish, tapi bisakah kau berjanji untuk tidak merebut Jinyoung Oppa dariku
unnie?”
· Hye Mi langsung mengambil tisu kemudian
membersihkan makanan itu dari mulut Gongchan, seketika membuat Gongchan
terdiam.
· Hye Mi tak tahu pasti, yang jelas dia
merasakan adanya perubahan disana. Mungkin ini karena Jinyoung cs yang
terlampau sibuk dan jarang sekali terlihat di sekitar tempat trainingnya.
· “B1..A…4.” ucap Hye Mi membaca salah
satu kata yang ada dalam kertas itu. “Apa grup kalian bernama B1A4?”
· “Kuharap kau mendengarkannya baik-baik
karena aku hanya akan mengucapkannya sekali saja…” ucap Jane dingin, membuat
Hye Mi mampu menerka ini hal yang serius. “Gongchan menyukaimu. Dan aku ingin
kau tidak mengecewakannya.”
Naahh, itu dia
cuplikan adegannya. Udah lumayan inget kan? Hohoho. Langsung aja yaaaa, happy
reading.
Tittle :
Victory [Part 17]
Author :
Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance.
Rating :
T
Cast : Shin Hye Mi (Naya), Jung
Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length : Chaptered
Desclaimer : This story is originally mine and
inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION
and the character is not real. Enjoy reading!
“BA!”
coba Gongchan membuat Hye Mi terkejut. “Noona~~!”
Hye Mi
justru tertawa melihat ekspresi Gongchan. “Ada apa Channie?”
“Hehehe.
Ayo ikut aku.” Ucap namja itu tersenyum garing. “Yang lain juga sudah
menunggumu noona.”
“Menungguku?”
Gongchan
mengangguk. “Kajja!” lanjutnya langsung mengapit lengan Hye Mi kemudian
mengajak yeoja itu menuju kantin.
Dari
bibir pintu Hye Mi bisa melihat Jinyoung cs beserta Kumiko dan Eun Sun sudah
berkumpul di beberapa meja yang sengaja mereka satukan hingga menjadi sebuah meja
yang cukup panjang.
“Oh,
noona sudah datang rupanya?” ucap Sandeul menyambut kedatangan Hye Mi. Hye Mi
hanya sedikit mengangguk.
“Sebenarnya
ada apa kalian mengajakku kemari?” tanya Hye Mi yang masih belum mengerti.
“Eum,
tidak ada apa-apa Unnie.” Kumiko mencoba menjelaskan. “Kami hanya merasa sudah
lama tidak berkumpul seperti ini. Sebentar lagi mereka akan debut, dan setelah
mereka debut, pasti kita akan jarang bisa berkumpul seperti ini lagi.”
lanjutnya sambil melihat ke arah anggota B1A4 yang duduk disampingnya.
Gongchan
mengangguk. “Setelah aku debut, kalian tidak akan melupakanku bukan?” tanyanya
kepada 3 yeoja yang ada disana.
“Ya~
seharusnya mereka yang berkata seperti itu huh? Kau ini~” ucap Baro menyenggol
lengan Gongchan.
Dan
obrolan demi obrolan mulai tenggelam dalam hangat suasana disiang itu. Sesekali
Sandeul dan Baro berkolaborasi mengeluarkan joke-joke yang membuat semua
tertawa. Mereka tampak sangat menikmatinya sampai ada sesuatu yang menyita
perhatian Hye Mi.
“Oppa,
bisa kau ambilkan tisu di seberang meja itu?”
Jinyoung
pun menuruti permintaan Eun Sun, dan bahkan namja itu juga membersihkan noda
yang menempel disekitar bibir Eun Sun.
Hye Mi
pikir kejadian ini sama seperti saat dia dan Gongchan makan siang beberapa
minggu lalu. Namun entah kenapa Hye Mi merasakan beberapa keganjilan muncul
dihatinya sekarang. Ia memilih untuk tidak menghiraukannya. Tak ingin membuat
hal ini mengganggu pikirannya.
“Hye Mi,
kau mau tambah lagi?” tawar Shinwoo ingin menuangkan jus ke dalam gelas Hye Mi.
“Oh ani
Oppa.”
“Oppa,
bolehkah sosis itu untukku?” rengek Eun Sun lagi.
Jinyoungpun
kembali tersenyum kemudian menusuk sosis itu dengan garpunya. “Ini…”
“Haa~”
eun Sun melebarkan mulutnya dan Jinyoung langsung menyuapkan sosis itu tanpa
perlu Eun Sun minta lagi.
“Mashitta.”
Ucapnya sambil tersenyum. “Gomawo Oppa.”
Jinyoung
hanya menjawabnya dengan anggukan. Merasa ada yang memperhatikan, Jinyoung
memutar bola matanya menangkap tatapan Hye Mi yang sejak tadi melihat ke
arahnya, membuat Hye Mi seketika tersentak.
“Prang!”
saat itu juga terdengar suara pecahan gelas yang terjatuh.
Hye Mi
yang tanpa sengaja menjatuhkannya langsung bangkit, bermaksud mengambil pecahan
gelas yang berserakan.
“Chakkaman!”
cegah Shinwoo lebih dulu. “Biar aku saja. Sebaiknya kau membersihkan bajumu
yang terkena jus ini Hye Mi.”
Hye Mi
tak langsung menjawab, melirik ujung kaosnya yang ternyata memang sedikit basah
karena jus itu sempat jatuh membasahi kaosnya kemudian ke lantai.
“Oh ne~
Gomawo Oppa.” Ucap Hye Mi bergegas pergi dari sana, sedikit berlari menuju
toilet terdekat.
Bukan karena ingin cepat-cepat membersihkan
bajunya, namun Hye Mi tidak tahan jika harus lebih lama ditempat itu. Seperti
ada sebuah tekanan yang mengantui perasaannya.
Setelah
kran air terbuka, Hye Mi justru membasahi wajahnya berkali-kali. Mencoba
menghapus semua pikiran buruk yang membayanginya sekarang.
‘Kenapa
kau jadi seperti ini?’ bantinnya menyesali diri sendiri. ‘Tak seharusnya kau
memiliki perasaan seperti itu Hye Mi!’
Hye Mi
terpaku menatap wajah basahnya di cermin dengan sedih. “Hye Mi… Kau
benar-benar… bodoh!”
***
Training
hari itu akhirnya usai. Meski telah larut, seperti biasanya Hye Mi tak langsung
kembali ke dorm. Namun kali ini entah kenapa Hye Mi memutuskan untuk tidak
latihan, ia justru berdiam diri di atas atap gedung WM Ent sambil melihat
langit malam itu yang kebetulan mendung.
Hye Mi
memeluk lututnya. Tertegun. Ia tak tahu pasti apa yang sedang ia pikirkan
sekarang. Semuanya terasa campur aduk memenuhi otaknya.
Tentang
Jinyoung dan Eun Sun, atau Gongchan serta Jane yang tak sepenuhnya mampu Hye Mi
mengerti. Semakin Hye Mi berusaha keras memikirkan masalah itu, semakin ia tak
sanggup menemukan jawabannya.
“Udara
malam sangat dingin. Apa kau tidak merasa kedinginan?” tanya seseorang yang
tiba-tiba menjulang disamping Hye Mi.
Hye Mi
tak menjawab, hanya menangkap tatapan Jinyoung yang mengarah padanya. Lantas
Jinyoung tersenyum kemudian melepas jaketnya dan memakaikannya pada Hye Mi.
“Oh
tidak usah, Jinyoung. Nanti kau sakit.” Tolak Hye Mi.
Jinyoung
kembali memasangkan jaket yang sempat Hye Mi lepas itu. “Tidak pa-pa jika aku
sakit. Tapi aku tak boleh membiarkan kau sakit.” Ucapnya lalu duduk setelah
memastikan jaket itu melekat di punggung Hye Mi.
“Biasanya
kau latihan~” ucap Jinyoung memulai pembicaraan.
“Aku
ingin ketempat ini sebentar.” Jawab Hye Mi tanpa membalas tatapan Jinyoung,
masih terpaku menatap langit hitam pekat yang diselimuti oleh awan.
Jinyoung
pun ikut memandang langit, sama seperti apa yang Hye Mi lakukan. “Tak terasa
waktu berlalu begitu cepat.”
“He’em.”
“Rasanya
seperti baru kemarin aku menemukan seorang trainee baru yang menangis di hari
pertama trainingnya.”
Merasa
sedang dibicarakan, Hye Mi langsung menoleh. “Ya~ apa kau sedang membicarakanku
huh?”
Jinyoung
tertawa kecil melihat reaksi Hye Mi, “Saat itu aku tak pernah berfikir kita
akan menjadi teman yang dekat.” Lanjutnya. “Tapi aku sudah menduga kau pasti
akan menjadi trainee yang hebat.”
“Kau
yang hebat.” Seloroh Hye Mi cepat. “Sebentar lagi kau akan debut bersama B1A4.
Dan bahkan kau terpilih menjadi leader grup. Tak ada yang lebih hebat darimu
Jinyoung.”
Ucapan
Hye Mi kembali membuat Jinyoung tertawa. “Suatu saat nanti kau pasti juga akan
sanggup meraih mimpimu Hye Mi. Bahkan mungkin akan melebihi aku. Aku percaya
itu akan terjadi.” Ucapnya yakin, membuat Hye Mi terdiam merenungkan kalimat
itu baik-baik.
Suasana yang muncul setelahnya terasa
sangat sepi. Yang terdengar hanya sekelebat kata demi kata yang berputar dalam pikiran
mereka masing-masing. Hening.
“Sejujurnya
aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.” Ucap Jinyoung lirih. “Dimana
kau bisa jadi diri sendiri, bukan seperti sosok yang selalu menghindariku
akhir-akhir ini.”
Kerongkongan
Hye Mi tercekat. Bingung harus menjawab apa.
“Entahlah
Hye Mi, aku merasa begitu jahat dimatamu. Aku tak tahu apa salahku. Dan aku
tetap mampu menemukannya meski telah mencoba berfikir dimana letak
kesalahanku.” Ucap Jinyoung menatap Hye Mi lurus-lurus.
Sejurus
kemudian baru Hye Mi sadar Jinyoung tengah menunggunya mengatakan sesuatu.
Ketika Hye Mi membalas tatapan itu, ia sedikit takut. Tidak mungkin ia sanggup
bicara karena memang tak ada yang harus ia bicarakan.
Lama tak
mendengar apapun, akhirnya Jinyoung mengalihkan pandangannya. Tertunduk. Ketara
sekali namja itu sedang putus asa.
“Mianhe…”
ucap Hye Mi akhirnya. “Ini semua… sebenarnya… aku…” Hye Mi tak melanjutkan
kalimat itu. Suaranya tiba-tiba tertahan oleh sesuatu yang kini mengganjal di
dalam dadanya.
“Gwenchana..”
Jinyoung menggenggam tangan Hye Mi. “Kau sudah berulang kali meminta maaf Hye
Mi, dan aku tak ingin mendengar kau mengatakannya sekali lagi.”
Entah
kenapa ucapan Jinyoung semakin membuat hati Hye Mi begitu sakit. Bagaimana bisa
dia mengabaikan seseorang yang begitu baik seperti ini? Dan bahkan sekaligus
menyakiti hatinya?
“Sebenarnya
aku sangat ingin mengungkapkan semuanya… tapi … aku…” kalimat itu terhenti
ketika sebuah cairan bening mengalir melalui sudut mata Hye Mi. Ia sudah
mencoba bertahan, tapi kini hanya tangis yang sanggup menjadi tempat
peraduannya.
“Kumohon
jangan menangis lagi…” Jinyoung menyentuh pipi Hye Mi dengan kedua tangannya
kemudian menghapus air mata yang sempat mengalir melewati pipi yeoja itu. “Aku
tak sanggup jika harus melihatmu menangis Hye Mi…”
Hye Mi
menangkap tatapan Jinyoung yang lekat memandang ke arahnya. Masih terlihat
begitu teduh, namun seketika membuat hatinya lebih terasa sakit karena harus
menemukan ketulusan didalam tatapan itu.
Mereka
berdua sempat terdiam dalam posisi yang sama, merasakan gejolak yang mengusik
pikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Hye Mi sadar kedua tatapan
Jinyoung perlahan mendekat hingga Hye Mi reflek menutup kedua matanya dan
merasakan sebuah kehangatan menyentuh ujung bibirnya.
Seperti
ada sebuah aliran listrik yang menjalari tubuh Hye Mi hingga ia kaku tak
bergerak. Bahkan Hye Mi bisa mendengar suara detak jantungnya begitu keras
seakan memenuhi indera pendengarannya.
Tak
sanggup Hye Mi percaya hal ini benar-benar terjadi sekarang!
Spontan
Hye Mi mengalihkan pandangannya tepat ketika Jinyoung mengakhiri ciuman singkat
itu, pikirannya masih kosong. Hanya sanggup percaya bahwa ini semua hanya
mimpi.
“Jinyoung
mianhe, sepertinya aku… harus kembali latihan sekarang.” Ucap Hye Mi terbata.
“Oh
chakkaman!” cegah Jinyoung menggapai tangan Hye Mi yang mulai bangkit. “Aku
tadi… itu… maaf…”
“Gwenchana.
Anggap kau tak pernah melakukannya.” Ucap Hye Mi kemudian lekas pergi sebelum
ketidakwarasan ini menguasainya.
Gadis
itu berjalan lambat melintasi tangga menuju lantai 4. Sambil menuruni tangga,
Hye Mi menyentuh bibirnya. Ia benar-benar terlihat seperti orang linglung
sekarang.
‘Aigooo~
apa yang baru saja aku lakukan?’
Tepat di
koridor lantai 4, Hye Mi melihat ada seorang namja yang tampak berdiri lemas
merapat ke dinding. Dia tertunduk, seperti tak sanggup menahan tubuhnya
sendiri.
“Genchanayo?”
tanya Hye Mi mencoba melihat siapakah namja itu. “Channie?!” pekiknya terkejut.
Gongchan
tak menjawab. Justru menutupi wajah dengan sebelah tangannya.
“Channie
gwenchana?”
“Pergi
dariku noona!” Bentak Gongchan cepat menangkis tangan Hye Mi.
“Tapi
channie…”
“Kubilang
pergi sekarang juga!!”
Kali ini
Hye Mi terperanjat. Bukan karena mendengar bentakan keras itu, melainkan
jelas-jelas ia bisa melihat Gongchan tengah menangis!
“Ada apa
Channie? Apa yang terjadi?” tanya Hye Mi mendadak khawatir.
Gongchan
lagi-lagi tak menjawab, ia justru berlari cepat meninggalkan Hye Mi yang diliputi
tanda tanya.
‘Ini
benar-benar aneh. Kenapa Gongchan menangis? Mengapa dia tak ingin melihatku?’
Hye Mi
sempat terdiam menatap koridor lantai 4 yang tengah kosong sampai Jinyoung
muncul tepat di ujung tangga menuju atap.
“AIGOO!
Jangan-jangan…?!?”
Hye Mi
langsung melesat mengejar Gongchan saat itu juga sebelum Jinyoung sempat
menemukannya. Pikiran Hye Mi kalut. Ia sangat takut dugannya benar-benar
terjadi.
“Tunggu
Channie!”
Pintu
lift yang Gongchan tumpangi lebih dulu tertutup. Hye Mi langsung menaiki lift
yang ada tepat disampingnya.
‘Apakah
channie melihatnya? Apakah channie benar-benar melihat kejadian tadi?!?’
Saat
pintu lift terbuka, Gongchan sudah melesat keluar gedung menuju dorm. Hye Mi
berusaha mengejarnya namun langkah Hye Mi terhenti tepat ketika pintu dorm B1A4
tertutup. Hye Mi tahu ia tak sanggup menemui namja itu sekarang.
“Tolong
bukakan pintunya Channie. Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu…” pinta Hye Mi
didepan pintu, namun tak ada respon apapun dari dalam.
“Channie…
jebal…” pintanya sekali lagi. Tetap tak ada respon.
“Mianhe
jika kau tadi melihatnya… aku…” Hye Mi tak melanjutkan kata-katanya tepat
ketika kelopak matanya mulai menebal menahan tangis.
“Apapun
yang kau lihat tadi, tidak seperti apa yang kau pikirkan. Sungguh…”
Meski
telah berusaha menjelaskan, namun Hye Mi tak mendengar sedikitpun jawaban dari
sana. Hye Mi hanya tidak tahu bahwa Gongchan sedang meringkuk didepan pintu
sambil memeluk lututnya. Terisak. Berharap kejadian tadi bukan kenyataan, namun
ia tahu bola matanya sendiri yang telah menjawab kebenaran itu.
“Kau
tahu bukan bahwa aku masih menyayangimu Channie? Jadi bisakah kita berteman
seperti dulu lagi?”
Gongchan
sempat menoleh ke arah pintu yang ada dibelakangnya. Tapi kemudian kembali
tertunduk.
“Kumohon
pergilah noona.” Ucap Gongchan akhirnya.
“Channie?!
Kau…?”
“Pergilah…
Aku hanya ingin sendiri sekarang…”
Hye Mi
bisa merasakan betapa dalam kekecewaan yang melanda Gongchan saat ini. Ingin
sekali menghancurkan pintu ini dan memeluk Gongchan yang ada dibaliknya. Tapi
Hye Mi tak mampu berbuat apapun sekarang, yeoja itu tak memiliki pilihan lain
selain menuruti apa yang Gongchan inginkan.
“Gongchan?”
tanya Shinwoo yang baru saja keluar dari kamarnya dan menemukan Gongchan tengah
terduduk didepan pintu sambil menangis. “Gwenchana? Apa yang baru saja
terjadi?”
***
Alunan
musik bertempo cepat terdengar keras memenuhi ruang koreo. Bersaing dengan
derap langkah Hye Mi yang sesekali menghentakkan kakinya di lantai mengikuti
irama. Di malam yang sama, pukul 12 malam lebih 20 menit, sudah lebih dari 3
jam Hye Mi berlatih koreo di tempat ini tanpa istirahat. Namun ia tak merasa
lelah meski keringat sudah memenuhi setiap jengkal tubuhnya, dan sebagian
membasahi kaosnya yang tipis.
Setelah
pulang dari dorm Gongchan tadi Hye Mi sempat melamun sejenak sampai akhirnya
memutuskan berlatih koreo untuk melampiaskan perasaannya.
Hye Mi
merasa kecewa, sedih, menyesal sekaligus marah dengan dirinya sendiri. Seluruh
emosi itu menguasainya. Membuat pikirannya kacau tidak menentu.
Mulai
dari satu lagu, beralih ke lagu yang lain hingga tracklist lagu Hye Mi habis
dan kembali mengulang di lagu yang sama sebanyak tiga kali. Hye Mi tak peduli.
Tangan dan kakinya terus bergerak kesana kemari tak beraturan. Hanya mengikuti
tempo dan emosi yang sedang ia rasakan sekarang.
Meski
Hye Mi terengah hingga nafasnya habis, ia tidak berniat untuk menyudahi
kegiatannya ini.
Tapi
tiba-tiba musik berhenti di tengah-tengah. Spontan Hye Mi menoleh dan ia
menemukan Shinwoo yang ada disana.
“Maaf
jika aku mengganggu latihanmu. Tapi ini sudah sangat larut Hye Mi.” Ucap Shinwo
sambil berjalan mendekat. “Kau harus berhenti sekarang atau latihan ini hanya
akan sia-sia karena kau tidak bisa mengikuti training besok pagi.”
Hye Mi
tak membalas pandangan Shinwoo, sibuk tertunduk sambil menghela nafasnya yang
naik turun. Shinwoo pun tak ingin bertanya lagi, hanya menatap lekat ke arah
Hye Mi yang ada didepannya. Ketara sekali yeoja itu kelelahan, tapi emosi
seakan melenyapkan rasa lelah itu.
“Menangislah
jika kau ingin meluapkan perasaanmu, jangan dengan cara seperti ini.”
Tak ada
jawaban. Hye Mi masih terdiam menarik nafas dalam berulang kali.
“Aku
akan pergi jika kau menginginkannya. Tapi kumohon berhentilah. Ini demi
kebaikanmu sendiri Hye Mi.” Shinwoo sempat menatap Hye Mi dalam-dalam. Gadis
itu masih terdiam. Akhirnya Shinwoo memutuskan untuk pergi dan meninggalkan Hye
Mi disana.
Namun
belum jauh Shinwoo melangkah, ia mendengar suara isak tangis yang sangat lirih.
Tak salah lagi, akhirnya Hye Mi benar-benar meluapkan perasaannya dengan
menangis.
“Ini
semua salahku… aku yang menyebabkan semua ini terjadi…” ucap Hye Mi terbata,
entah kenapa dadanya terasa begitu sempit sekarang.
Semua
perasaan kesal terhadap dirinya sendiri kini merajai tubuh Hye Mi. Ia ingin
berbuat sesuatu, tapi semua yang ia lakukan justru membuat keadaan semakin
rumit. Hye Mi ingin berlari sejauh mungkin meninggalkan kepenatan ini, tapi
kakinya seperti tak sanggup ia gerakkan sama sekali. Hye Mi juga ingin
berteriak sekeras mungkin, namun kerongkongannya tercekat dan dadanya terasa
sangat sakit.
Walhasil
lagi-lagi hanya menangis yang bisa Hye Mi lakukan sekarang.
Perlahan
Hye Mi merasakan ada dua tangan yang merengkuh bahunya dan memendamkan tubuhnya
dalam dada yang begitu hangat. Tanpa suara, tanpa sepatah katapun, namun
seperti ada sebuah energy yang mampu membuat Hye Mi tenang.
Dan Hye
Mi tahu hanya Shinwoo yang mampu melakukannya.
Hye Mi
tak lagi memiliki seseorang yang mampu ia percaya untuk membagi semua
masalahnya, dan kini sosok itu telah datang tanpa harus ia minta.
‘Oppa…
Gomapta…’ batin Hye Mi lirih dalam hatinya.
“Ini.”
Ucap Shinwoo menyerahkan sebotol air minum setelah Hye Mi berhenti menangis.
“Apa sudah merasa lebih tenang sekarang?”
Hye Mi
mengangguk. “Ne. Gomawo Oppa.”
Shinwoo
hanya menjawabnya dengan sedikit senyuman, “Sepertinya aku harus pergi
sekarang, karena kurasa ada orang lain yang ingin berbicara denganmu Hye Mi.
Dia sudah menunggumu sejak tadi.” Ucap Shinwoo tenang lalu meninggalkan ruang
koreo.
Dan
ucapan Shinwoo benar. Tak lama setelah namja itu pergi, ada orang lain yang
memasuki ruang koreo dan berjalan mendekatinya.
“Jane?”
Yang
dipanggil hanya diam kemudian berhenti tepat dua langkah didepan Hye Mi. Tanpa
penjelasanpun Hye Mi sudah bisa menduga ini pasti ada kaitannya dengan
Gongchan.
“Jane
aku bisa menjelaskannya.” Ucap Hye Mi lebih dulu. “Kejadian yang dilihat
Gonghan tadi tidak seperti apa yang kau pikirkan. Aku hanya…”
“Aku
sedang tak ingin membicarakan masalah itu.” potong Jane cepat.
“Ne?”
“Ada hal
lain yang lebih penting.”
Alis Hye
Mi berkerut. Menerka-nerka hal lain apa yang dimaksud Jane. Hye Mi takut
kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk dengan Gongchan sekarang.
Tapi
ternyata dugaan Hye Mi salah besar.
“Eun
Sun.” ucap Jane menyebutkan sebuah nama yang jauh dari pemikiran Hye Mi.
“Berhati-hatilah. Karena Eun Sun bisa menjadi sosok yang sangat berbahaya.”
Lanjutnya tampak begitu serius dan seketika membuat Hye Mi terperanjat.
“Eun
Sun?”
-To
Be Continue-
Hoowaaaahhhh,
ada apa lagi ini? Jane malah pake bawa2 Eun Sun segala. Padahal yang jadi topic
permasalahannya sekarang kan Channie (?)
Kira-kira
apa yang sebenernya dimaksud Jane tentang Eun Sun? Terus gimana ya hubungan
YoungMi Couple setelah ini? (*nama couplenya usulan dari nimah ^^b), dan yang
terakhir apa masalah rumit Hye Mi ini akan menemukan jalan keluar? Atau bakalan
tambah bikin pusing? (*lebih tepatnya author yang pusing sendiri. Wkwkwk)
Oiya,
part ini jelek banget yak? Mianhamnida readers, gak tau kenapa minggu ini
susaah banget rasanya nuangin sesuatu yang udah muncul di otak. Grrrr~ padahal
banyak waktu luang. Tapi tetep aja gak kelar2. Untung jadinya tepat waktu.
Hehehehe <<----- curcol :p
Daan,
gomawo yang udah mau RCL. Dari kemarin komennya pada panjang2. Author jadi
sangat berterimakasihhhh!!! Jeongmal Gomawo readers semuaaa. Annyeongg~ *lempar
pelawak yang ada di MV beautiful target (?).
waduh kenapa nih si eun sun? wah hye mi harus sabar nih.. hehe
ReplyDeletebtw eonn,ff nya panjang amat yah? haha.. tapi ngga papa, ceritanya bagus kok
eonni fighting! *wink
eonnieekuu~~ aku mohon jane jadi baik gini.. terus eun sunnya berbahaya? dikira pisau eon berbahaya? --" mungkin sebentar lagi eun sun akan marah ya? tapi kan paling cuma diem2an doang kan? jangan sampe hye mi gak ada temen yaya.. gongchan ku nangis T_T TANGGUNG JAWAB LOH EONNIE! ._.v HWAITING EONNIE~ ^^
ReplyDeletehahahaha
ReplyDelete*bingung mau jawab apa. Tunggu next part aja yaa~