xixixixi, FF ini terinspirasi dari sebuah mimpi gajeku di
pagi harii. *ketauan kalo bangunnya siang #plak!
jadi setelah bangun tidur langsung cari kertas sama pulpen
terus nulis yang baru saja terjadi (?) setelah di edit-edit dikit akhirnya
lahirlah FF ini. kekekekek
yasudah, daripada ntar nambah penasaran, langsung aja
cekidoooottt~
Tittle :
Beautiful Destiny [Part 1]
Author :
Ichaa Ichez Lockets
Genre : Angst, Romance, Family, Tragedy.
Rating : T
Cast : Kang YooSun, Kang Raesun,
Choi Minho.
Length : Two Shoot
Desclaimer : This
story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character
is not real. Enjoy reading!
Malam itu,
menggunakan jas hitam tanpa kancing dipadu dengan kaos santai berwarna putih,
Minho tampak tidak sabar menunggu Yoosun, kekasihnya yang tengah berdandan.
Sesekali Minho melirik jam tangan silver yang melingkar di tangannya, pukul 7
lebih dua puluh menit. Sudah sekitar dua puluh menit orang tua Minho menunggu
di restaurant, pasti mereka benar-benar tidak sabar sekarang.
Ya, malam
ini orang tua Minho dan orang tua Yoosun berencana untuk saling bertemu dan
membicarakan mengenai tanggal pertunangan anak mereka. Minho bermaksud
menjemput Yoosun serta kedua orang tuanya kemudian mengajak mereka ke
restaurant dimana kedua orang tua Minho telah menunggu disana. Semuanya telah
direncanakan. Perjodohan ini pun telah disiapkan sejak kedua orang tua Minho serta
orang tua Yoosun menjalin kerjasama pekerjaan. Cerita klasik. Persis seperti
yang Minho temui di dalam film. Namun sayangnya cerita itu harus hadir dalam
kehidupannya sekarang.
Minho
memasukkan tangan kedalam sakunya sambil bersandar pada pintu mobil. Ia
perhatikan rumah Yoosun yang terpampang dihadapannya terlihat sangat megah,
bergaya eropa dengan cat berwarna putih tulang.
Tapi
tiba-tiba Minho melihat sesuatu tepat di jendela ruangan pojok kanan lantai
dua. Korden jendela itu tersingkap sedikit dan seperti ada yang mengintip dari
dalam. Minho langsung menegakkan badannya lebih memperhatikan, namun secepat
kilat korden itu kembali tertutup sebelum Minho memastikan siapa yang berada
didalamnya.
“Chagiyaa~
kami sudah siap.” Ucap Yoosun yang (seperti biasa) tanpa rasa berdosa. “Ayo
berangkat.” Ajaknya lalu meminta Minho membukakan pintu depan, kemudian Minho
juga membukakan pintu belakang mobil dan mempersilakan orang tua Yoosun untuk
masuk.
Dan akhirnya
mereka benar-benar pergi meninggalkan halaman luas rumah Yoosun dengan tembok
pagar yang tinggi sementara Minho masih terpikir akan sesuatu yang ia lihat
tadi.
***
“Yoosun,
ruangan apa yang terletak di sisi kanan lantai dua rumahmu?” tanya Minho ketika
mereka berdua tengah makan siang di sebuah kedai.
“Oh itu gudang. Isinya barang-barang yang
sudah tidak terpakai.” Jawab Yoosun kemudian memasukkan sedikit salad kedalam
mulutnya.
“Tapi
kemarin aku melihat ada seseorang mengintip dari sana.” Minho semakin
penasaran. Membuat Yoosun tertawa kecil.
“Kau ini
ada-ada saja chagi, tidak mungkin ada seseorang yang tinggal di tempat seperti
itu.” Yoosun menggeleng-gelengkan kepalanya, mengira Minho hanya bercanda.
“Sudah hampir jam 2. Sepertinya aku harus segera pergi ke kampus, tapi
sebelumnya tolong antarkan aku kembali ke rumah sebentar untuk mengambil tugas
yang tertinggal disana.”
Minho yang
masih ingin bertanya lagi hanya bisa pasrah mengambil kunci dari atas meja
kemudian membayar pesanan sebelum akhirnya mengantarkan ‘tuan putri’nya ini
kembali ke rumah.
Dengan
posisi yang sama persis dengan kemarin, Minho mengamati jendela ruangan yang
Yoosun sebut dengan ‘gudang’ itu. Dua buah jendela besar beserta balkon yang
ada tepat didepannya, sepertinya tempat itu terlalu bagus jika hanya dijadikan
untuk gudang tempat barang-barang yang tidak terpakai.
“Aigoo~
sepertinya kau tidak percaya padaku huh?” ucap Yoosun yang menangkap basah
Minho sedang mengamati jendela salah satu ruang di rumahnya. “Sekarang coba
lihat, apa ada seseorang mengintip seperti yang kau lihat kemarin?”
Minho
kembali melihat ke arah korden itu. Sama sekali tak bergerak.
Tapi Minho yakin benar, penglihatannya
kemarin tidak mungkin salah.
***
Hari jumat
pukul 5 sore, seusai Minho pulang dari kampus saatnya menjemput Yoosun dari
tempat kursus pianonya. Semenjak menjadi kekasih Yoosun, Minho lebih sering
merasa diperlakukan sebagai asisten atau supir ketimbang kekasih. Tentu saja
Minho tidak suka diperlakukan seperti itu, sayangnya Minho tak punya pilihan.
“Besok jam 9
pagi jangan lupa jemput aku lagi ya chagi?” ucap Yoosun ketika mereka tiba
dirumah. “Bye.” Pamitnya singkat kemudian masuk kedalam tanpa menunggu mobil
Minho menghilang lebih dahulu dari halaman rumahnya.
Setelah
Yoosun masuk, Minho tak langsung kembali kedalam mobilnya justru kembali
mengamati ruang yang selalu membuat ia penasaran itu.
“Ahjussi,
bisakah aku minta tolong padamu?” ucap Minho pada satpam yang berjaga didepan.
“Oh ada apa
tuan muda?” tanyanya menghormati Minho yang akan menjadi ‘calon’ tuan mudanya.
“Sepertinya
mobilku mengalami sedikit masalah dengan mesinnya. Aku khawatir akan terjadi
sesuatu di jalan. Jadi bisakah kau membawanya ke bengkel yang ada disekitar
sini?” jelas Minho panjang lebar.
“Oh ne~
tentu saja tuan.” Ucap satpam itu tak sanggup menolak.
“Ini
kuncinya dan ini kartu kreditku. Kau bisa menggunakannya untuk membeli apapun
yang kau mau. Dan surat-surat lain ada didalam mobil.” Minho menunjuk mobilnya
yang terparkir didepan teras rumah megah itu. “Gamsahamnida atas bantuannya
ahjussi. Aku akan menunggumu.”
Satpam itu
mengangguk lalu menerima barang yang Minho serahkan. Tak lama kemudian mobil
Minho yang ditumpangi satpam itu meninggalkan pelataran rumah Yoosun yang
megah.
Bingo! Usaha
Minho untuk membuat satpam itu pergi akhirnya berhasil. Ia tahu benar kalau
masih sore seperti ini hanya ada satu satpam yang berjaga diluar. Sementara
pekerja yang lain serta Yoosun juga jarang ada yang pergi keluar. Dan satu
lagi, beruntung dirumah semegah ini CCTV hanya dipasang didalam.
Ini membuka
jalan Minho untuk memasuki ruang itu dan menjawab rasa penasarannya.
Dengan
cekatan Minho mulai memanjat kayu tempat merambat tanaman yang terpasang di
dinding sebagai pengganti tangga baginya. Ketika sampai diatas, Minho berhasil
meraih gagang balkon kemudian melompat ke bagian dalam. Kini Minho sudah diatas
balkon menghadap jendela yang tertutup korden putih.
Minho
mengetuk sekali. Tak ada jawaban.
Minho
kembali mengetuk kaca itu untuk yang kedua kalinya. Tetap tak ada jawaban.
“Annyeonghaseo,
apa ada orang didalam?” ucap Minho pelan namun ia mencoba mendekat ke jendela
agar orang yang ada didalam mampu mendengarnya.
Tapi
lagi-lagi tak ada jawaban.
Akhirnya
Minho memutuskan untuk masuk. Dan ternyata jendela itu tak terkunci. Saat
korden tersibak, Minho langsung terkejut melihat isi ruangan itu.
Dugaan Minho
benar, jelas sekali ini bukan gudang. Tapi lebih mirip dengan sebuah kamar.
Kamar dengan tembok yang penuh dengan kertas berisi tulisan yang hanya mampu
Minho lihat sepintas.
Namun bukan
itu yang menjadi perhatian Minho sekarang, melainkan seseorang yang ada
didalamnya. Seorang gadis yang tengah meringkuk di sudut ruangan sambil memeluk
lututnya.
“Oh hei..”
sapa Minho sambil berjalan mendekat.
Yeoja itu
semakin merapatkan tubuhnya di tembok, membuat Minho berhenti melangkah.
“Maaf jika
aku membuatmu takut. Tapi percayalah aku tidak akan menyakitimu.” Minho
berusaha meyakinkan yeoja itu, karena kenyataannya dia memang tak memiliki niat
buruk.
Yeoja itu
diam. Masih meringkuk, menyembunyikan wajah diantara kedua lututnya.
“Aku kemari
hanya untuk memastikan bahwa benar-benar ada seseorang yang tinggal di tempat
ini. Ya hanya memastikan, itu saja. Sama sekali tak ada niat jahat. Kau bisa
mempercayaiku.” Ucap Minho lagi, dan yeoja itu masih tak bereaksi. Bahkan
tubuhnya tampak bergetar karena takut.
Minho jadi
merasa iba melihatnya, pasti ada sesuatu yang membuat yeoja itu sengaja
‘disembunyikan’ disini. Lagipula bisa Minho lihat, meski rambutnya yang panjang
itu terikat rapi dan bajunya terlihat bersih, namun tubuh yeoja itu tampak
kurus dengan kulit yang sedikit kemerahan karena tak pernah terkena sinar
matahari.
“Eum, siapa
namamu?” tanya Minho pelan. Kali ini ia mulai duduk dilantai, berjarak 2 meter
dari gadis itu.
Tak ada
jawaban.
“Kenapa kau
bisa ada disini?”
Masih tak
ada jawaban.
“Ehm, apa
semua kertas di tembok ini kau yang menulisnya?”
Lagi-lagi
tak ada jawaban.
“Sepertinya
kau memang tidak menyukaiku.” Ucap Minho akhirnya menyerah. “Jika memang
demikian, sebaiknya aku pergi sekarang juga.”
Minho
langsung bangkit, tapi perlahan yeoja itu mulai mengangkat wajahnya. Membuat
Minho seketika terperanjat.
“Astaga?!?
Kau?!” pekik Minho terkejut.
Yeoja itu
langsung kembali menyembunyikan wajahnya melihat reaksi Minho.
“Oh ani,
mianhe, aku tak bermaksud membuatmu marah… hanya saja…” Minho menggantungkan
kalimatnya. Tak mau membuat yeoja itu merasa tidak nyaman.
Yeoja itu
lagi-lagi diam, membuat Minho tidak enak karena sudah bersikap berlebihan.
“Mianhe
kalau membuatmu terkejut. Aku tidak sengaja.” Ucap Minho lagi. “Tapi wajahmu
mirip sekali dengan… Yoosun.” Lanjutnya sedikit tak yakin.
Mendengar
ucapan Minho, akhirnya yeoja itu kembali mendongak memperlihatkan wajahnya. Dan
dugaan Minho benar, mereka berdua benar-benar mirip. Ah tidak, mereka kembar!
Tapi yeoja didepan Minho ini memiliki wajah yang lesu dan sedikit kurus.
Minho
terdiam mengamati yeoja itu sejenak. Saat tatapan mereka bertemu, Minho
langsung mengalihkan pandangannya menghindari agar yeoja itu tidak kembali
menyembunyikan wajahnya.
Tapi anehnya
yeoja itu justru mengambil sebuah buku catatan beserta sebuah pena, kemudian
menuliskan sesuatu disana dan menunjukkannya pada Minho.
‘Apa kau
tunangan Yoosun?’
Minho
sedikit memiringkan kepalanya, berfikir. Mungkin saja yeoja itu memang tak
sanggup berbicara atau tak terbiasa dengan orang asing. Sepertinya ia lebih
memilih menuliskan sesuatu agar lebih mudah berkomunikasi dengan mereka. Minho
tak tahu pasti dan tak ingin menanyakannya.
Akhirnya hanya sebuah anggukan yang
Minho perlihatkan untuk menjawab pertanyaan itu.
“Lalu kau?
Kenapa kau ada disini? Kau dan Yoosun saudara kembar bukan?” tanya Minho lagi.
Yeoja itu
hanya menunduk memandangi buku catatan yang ada dipangkuannya. Mungkin kalimat
Minho kembali menyakiti perasaannya.
“Oh mianhe,
lagi-lagi pertanyaanku salah…”
Tak ada
reaksi. Tapi tak lama kemudian dia menulis lagi.
‘Kau
sudah terlalu lama disini. Sebaiknya kau pergi.’
Minho
menatap tulisan itu sejenak lalu tersenyum. “Baiklah aku akan pergi. Tapi
kupikir lain kali aku akan kembali.” Ucapnya bangkit kemudian berjalan
mendekati jendela. “Oh iya satu lagi. Namaku Choi Minho, kau bisa memanggilku
Minho.”
***
Dan Minho
membuktikan ucapannya. Dia kembali ke kamar yeoja itu dua hari kemudian. Kali
ini Minho meminta satpam untuk membelikan makanan di sebuah restaurant yang
Minho yakin akan membutuhkan waktu lama untuk sampai kesana. Dengan dalih
permintaan Yoosun, tentu saja lagi-lagi satpam itu tak sanggup menolak.
“Sudah
kubilang aku akan kembali.” Ucap Minho sambil tersenyum. Membuat yeoja itu
terkejut melihat Minho menjulang didepannya.
“Apa kau
tidak suka aku ada disini?” tanya Minho pelan. Tak mau sekali lagi menyakiti
yeoja itu dengan pertanyaannya.
‘Aku
takut kau ketahuan.’ Tulis yeoja itu diatas buku catatannya.
“Tidak
pa-pa. Kau tidak perlu khawatir. Karena jika terjadi sesuatu, maka aku yang
akan menanggungnya.”
Yeoja itu
kembali diam, memberi kesempatan untuk Minho sejenak melamun memandangnya.
Entah kenapa Minho merasa ingin lebih dekat dengan yeoja ini. Minho seperti
menemukan sosok Yoosun yang berbeda. Sosok Yoosun yang sebenarnya ia inginkan
dengan sikap seperti yeoja ini.
“Eng, siapa
namamu?” tanya Minho memecah kebekuan.
Dia ragu-ragu
kemudian kembali menuliskan sesuatu dalam buku catatannya, “Kang Raesun.”
Nama yang
indah pikir Minho. Meski tidak jauh berbeda dengan Yoosun, namun nama ini lebih
mencerminkan sosok Raesun yang sebenarnya.
Minho
menatap Raesun lagi. Ia ingin bertanya, tapi tak tahu apa yang harus ia
tanyakan. Ketika pertanyaan itu terlintas, Minho lebih memilih tetap bungkam
kerana takut menyakiti Raesun dengan kata-katanya.
‘Apa yang
kau inginkan dariku?’ tanya Raesun lebih dulu.
Minho
menatap tulisan itu, kemudian beralih menatap Raesun. “Tidak ada. Aku hanya
ingin berteman denganmu. Bolehkah?”
Raesun
menulis lagi, ‘Tapi tak ada yang mau berteman denganku. Aku tidak pernah
berteman. Aku juga tidak tau teman itu apa.’ Tulisnya panjang lebar. Minho
jadi tahu sebenarnya Raesun sangat ingin menceritakan banyak hal pada orang
lain. Namun seperti yang Raesun bilang, ia tak pernah ‘berteman’.
“Kalau
begitu, bertemanlah denganku. Maka kau akan tahu jawabannya.” Ucap Minho kemudian.
Raesun
tampak berfikir sejenak. ‘Tapi apakah teman itu penting?’ tanyanya
polos.
Minho
kembali tersenyum. “Tentu saja. Teman adalah seseorang yang bisa kau ajak
senang bersama, sedih bersama dan melakukan banyak hal lainnya bersama.
Terdengar menyenangkan bukan?”
Raesun
kembali menuliskan sesuatu, bisa Minho lihat pena nya ditekan begitu kuat kali
ini, ‘Kalau begitu aku tidak mau teman.’
Tentu saja
pernyataan itu membuat Minho terkejut, tapi ia tak berani menanyakan alasannya.
Minho hanya memilih diam.
‘Kupikir
kau harus pergi sekarang juga.’ Tulis Raesun sama seperti kemarin.
“Kau tidak
usah khawatir. Kali ini aku bisa lebih lama berada disini.”
Ucapan Minho
membuat Raesun terdiam. Minho tak menjelaskan lebih lanjut, justru berjalan
mendekati dinding kemudian membaca setiap kertas yang tertempel disana.
12 April
2006
Aku
menjengar suara hujan. Ya itu hujan. Seperti apa yang bibi katakan, suara hujan
itu seperti suara air yang keluar melalui shower dalam jumlah yang banyak.
Jika aku
bisa berlari keluar sekarang juga, kurasa aku akan basah kuyup karena air
hujan…
Minho
tertawa kecil membaca tulisan itu. Kata-katanya benar-benar terlihat lugu.
8 Agustus
2010
Kudengar
Yoora akan dijodohkan dengan seorang namja. Aku tidak tahu siapa dia. Bibi
bilang kalau namja itu berbadan tinggi, tampan serta sangat menghormati orang
yang lebih tua.
Ah seperti
apa dia? Apa aku bisa melihatnya suatu saat nanti?
Kali ini ini
Minho justru tersenyum simpul membaca tulisan itu. Dia tahu benar bahwa dialah
yang sedang dibicarakan Raesun. Dan sekarang ternyata mereka benar-benar
bertemu ditempat ini.
Saat itu
juga tiba-tiba ada yang menepuk bahu Minho dari belakang, membuat Minho sempat
terkejut tapi akhirnya lega karena Raesun lah yang menepuk bahunya, bukan orang
lain.
‘Kau
harus kembali sekarang juga.’ Tulis Raesun satu halaman penuh dengan wajah
cemberut. Kemudian ia membalik halaman itu dan menulis lagi. ‘Aku tak peduli
apa alasanmu, tapi kau harus tetap pergi sekarang juga.’
Minho geli
melihat wajah cemberut Raesun. Dia senang bisa melihat sebuah ekspresi dari
yeoja itu.
“Baiklah.”
Ucap Minho menganggukan kepalanya. “Senang bisa bertemu denganmu Raesun-ah.”
Lanjutnya menyentuh puncak kepala Raesun sambil tersenyum sampai akhirnya
kembali menghilang dari balik tirai jendela.
***
“Chagiya,
jangan lupa jemput aku jam 6 sore hari nanti. Hari ini ada kuliah tambahan,
jadi aku terpaksa pulang terlambat.” Ucap Yoosun sedikit mengeluh. “Kau bisa
kan menjemputku jam 6 sore nanti?”
Minho hanya
mengangguk tanpa menjawab apapun.
“Okay, kalau
begiu sampai ketemu nanti. Jangan sampai terlambat! Annyeong~” pamit Yoosun
sambil membuka pintu mobil lalu memasuki kampus.
Minho
terdiam. Tatapannya pias. Ia sempat melamun sampai tiba-tiba terlintas sesuatu
dalam pikirannya sekarang. Tanpa pikir panjang, akhirnya mobil Minho dengan
cepat melesat menuju rumah Yoosun.
“Apa tuan
muda mencari noona Yoosun? Bukankah tadi baru saja tuan mengantarnya ke…” ucap
satpam yang langsung terdiam tepat ketika Minho berbicara.
“Tidak. Aku
tidak mencari Yoosun. Tapi aku mencari bibi.” Jawabnya serius. “Apa bibi ada?”
-To
Be Continue-
GLEK!
ngapain ya Minho nyari bibi? Apa dia mau ngebongkar semuanya? Atau Minho punya
maksud lain?
Kkkk~
FFnya gaje banget yak? Nanggung banget juga yak? Hoho, maap, namanya juga
sumber inspirasi yang gak disengaja, ya hasilnya gini. Kekekeke~
Terus
gimana ya nasib Raesun setelah ini? Apa Minho akan diem aja atau mencari
keadilan buat Raesun? *eh? Mencari keadilan? minho udah kaya superhero aja xP
jangan lupa tinggalin jejaknyaaaa . Hihihi
annyeong~
DaeBak!!!!!!!!!!!!!!!!
ReplyDeleteeonnieeeee.....
DaeBakk.....
aku Danella
wah bagus eonni,,
ReplyDelete4 jempol deh :)
hahaha
wahh... ceritanya buat penasaran,, aku tunggu yang lainnya......:D
ReplyDeletemakasih semuaaaa ^^
ReplyDeleteIihhh. Suka5
ReplyDeleteraesun pasti aku kan un?? *PD kwkwkwk..
Jodohku itu pasti Minho*ditabok flames
Daebak,bak,bak..
Keren,ren,ren..
Good,good,good
verrrryy gooodddd!!
heem.. alur ceritanya unik...
ReplyDeletejadi curious hehehehe...
BAGUS (y) saya kasih LIMA Jempol (y) (y) (y) (y) (y)