sekarang ampe part 5...
Tittle : I Wanna Be With You (PART 5)
Author : Ichaa Ichez Lockets
Cast : Keysha (Echa), Key SHINee.
Genre : Fantasy, Friendship, Tragedy, Romance.
Length : Series (Chaptered)
PRANG!
Suara itulah yang kudengar saat tiba dirumah setelah berbelanja dengan Key tadi. Pasti papa dan mama bertengkar lagi.
Aku lihat Key berjalan cepat dari pintu masuk menuju kamar. Mungkin dia takut ketahuan oleh orang tuaku atau justru ingin cepat-cepat mengganti bajunya yang basah. Aku tak tahu.
Namun aku tidak mengikuti langkah Key. Entah kenapa kaki kecilku ini justru membawaku semakin mendekati suara itu. Asalnya dari dapur.
PRANG!
Suara benda pecah belah yang dibanting terdengar lagi, kali ini diikuti dengan teriakan mama yang memekakan telinga. Dari sini terdengar jelas sekali. Sepertinya mereka meributkan tentang sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan, aku tidak terlalu mengerti. Namun hatiku mendadak sakit saat ada sebuah nama yang disebut-sebut. Mereka berdua saling menyalahkan sambil menyebut-nyebut nama itu. Bahkan mereka juga memperdebatkan kehadiran ‘nama itu’ didunia ini.
Semakin lama, pertengkaran mereka semakin terdengar begitu menyakitkan. Seakan hatiku kini ikut hancur berkeping-keping seperti kepingan kaca yang telah mereka jatuhkan.
Mataku mulai memanas setiap kali nama itu mereka sebut. Sebuah nama yang tidak asing lagi. Nama yang dengan jelas tidak mereka inginkan.
Itu namaku.
“Ck! kenapa kau lama sekali berada diluar? Sudah tahu bajumu basah. Cepat ganti baju sana!” Perintah Key cuek sambil mendengarkan I-Pod saat aku tiba di kamar. Kulihat dia memang sudah mengganti bajunya lalu tiduran di tempat tidurku. Seakan-akan mata Key kini buta, tidak bisa melihat ekspresi yang jelas-jelas terpampang di wajahku.
Aku hanya mampu terduduk lemas sambil memeluk lututku didepan pintu. Dari sini teriakan mereka masih saja terdengar samar. Membuatku semakin frustasi.
(backsound: Life)
“Are you okay?” tanya Key akhirnya. Dia berjalan mendekatiku lalu duduk didepanku.
“I’m fine.” Ucapku lirih.
“Are you want to be alone, now?”
Aku terperangah mendengar pertanyaannya. Tak kusangka dia menyadari apa yang selalu kulakukan jika sedang ada masalah. Yaitu menyendiri.
Ragu-ragu aku menatapnya. “No. Please stay here. I wanna be with you.”
Aku tidak berbohong. Tapi saat ini entah kenapa aku hanya ingin bersamanya. Itu saja.
Teriakan mama yang melengking tinggi terdengar lagi, diikuti dengan bentakan suara papa yang tak kalah keras. Oh Tuhan… kuatkanlah aku. Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Hatiku semakin teriris menjadi potongan yang teramat kecil hingga aku tak sanggup menatanya kembali.
Terasa begitu perih.
Saat itu juga aku mendengar sebuah lantunan lagu menyelusup ke telingaku. Aku mendongak menatap Key yang hanya menggunakan satu headset di telinga kanannya. Kedua telapak tangan Key menutup kedua telingaku dan teriakan-teriakan itu perlahan mulai menghilang. Yang ada hanya lantunan lagu “Life” dari sebuah headset yang Key pasangkan di telinga kiriku.
“Oh, geochin salme shideureo galttae geudaega naege dagawa
Eoreo buteun geu maeume soneul daen sungan
naye salmeun shijak dwae sseumeul”Lagu ini terdengar begitu tenang, namun mataku justru semakin memanas dibuatnya. Walau aku tidak mengerti arti dari lirik-liriknya, namun nadanya benar-benar membuatku hanyut dan air mataku kini benar-benar mengalir tak tertahankan.
“Geudae jichigo himdeulttae budi geu yeopjariye nareul igehae
Bagiman han sarangeul dashi deurilsu ige isalmi kkeunagi jeone”
Aku menutup mataku rapat-rapat sambil mendengarkan lantunan lagu ini. Kusadari segalanya semakin berat terasa. Tentang kehidupanku… tentang mereka yang baru saja berteriak hingga membuatku jenuh…
“Sesange mureup kkulko nunmul heullil ttae,
pukpun sokbal meomchul ttae geudaeman seo itamyeon
Eotteon apeum nunmul jjeum chameulsu ineun geolyo
All I want is you, only one is you in my life” Aku mencoba menatap key meski pendanganku mulai mengabur oleh air mata. Wajahnya tampak tenang dan tatapannya terlihat teduh.
“Gamsahamnida Key.” ucapku lirih.
Key tersenyum tipis kemudian merengkuh pundakku dan membenamkan dalam dadanya yang lapang. Dia memelukku. Aku hanya mampu melanjutkan tangis sementara kehangatan itu menjalari tubuhku meski sekarang baju yang kupakai masih terasa begitu dingin.
***
Kamarku mendadak terasa sepi sekarang. Suara-suara itu perlahan hilang oleh waktu. Mungkin saja kini mereka sudah mulai lelah berteriak atau justru sudah kehabisan kata-kata untuk saling menyalahkan. Aku tak tahu.
Jam dinding menunjuk ke arah 1. Sudah berkali-kali aku mencoba memejamkan mata namun tak juga kunjung mengantuk. Sepertinya insomniaku kembali kambuh.
Aku melihat ke arah tempat tidur Key. Dia tampak begitu terlelap dalam tidurnya. Karena aku tak ingin mengganggunya, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke tempat biasa untukku menyendiri. Di atas atap.
Lagi-lagi disana aku hanya mampu melamun. Kejadian saat orang tuaku bertengkar beberapa jam yang lalu masih saja terngiang di kepalaku. Dadaku kembali terasa sakit jika harus mengingatnya. Entah kenapa semuanya semakin lama semakin bertambah rumit.
Angin menghempas menerpa tubuhku. Aku menggosok-gosok lenganku sesekali. Uh… suhu angin sehabis hujan terasa jauh lebih dingin. Tapi aku akan mencoba bertahan lebih lama disini semampuku.
Sangat sepi. Hanya ada beberapa suara jangkrik dan beberapa mobil yang melintasi jalanan didepan rumahku.
Biarlah begini adanya. Kurasa kesepian memang teman yang tepat disaat-saat seperti ini.
“Dari mana saja kau Cha?” tanya Key saat aku kembali ke kamar. Rupanya Key terbangun melihat kedatanganku.
Aku hanya diam menatapnya yang entah kenapa hanya tampak seperti bayang-bayang. Kucoba mengerutkan kening untuk mempertajam penglihatanku , namun masih saja wajah Key seperti di blur.
Perlahan kurasakan ada peluh menetes di keningku, kepalaku terasa sangat berat dan tubuhku begitu sulit digerakkan.
“Cha? Apa kau baik-baik saja? Kenapa wajahmu begitu pucat?”
Key berjalan mendekatiku. Akupun ingin berjalan ke arahnya, namun tubuhku tak bisa diajak kompromi. Benar-benar lemas. Sesaat kemudian pandanganku mulai mengabur. Untung saja Key berhasil menopang sebelum tubuhku benar-benar terjatuh.
Dan setelah itu tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
***
“OMO… kenapa bisa jadi seperti ini? Pasti dia sakit karena kehujanan tadi.” Kalimat itulah yang pertama kali kudengar saat aku sadar. Akupun tak ingat betul kapan aku mulai terbaring di tempat tidur ini. Samar-samar kulihat jam dinding menunjukkan pukul 03.20. Dan mataku menangkap sosok Key sibuk mengobrak abrik isi lemariku. Sepertinya dia sedang mencari sesuatu.
“Key?” panggilku lirih.
Dia menoleh lalu dengan cepat menghampiriku, “Cha, kau sudah sadar? Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kepalamu sakit? Atau tubuhmu panas? Atau apa? Tolong katakan sesuatu... Jangan membuatku takut.”
Aku tak menjawab pertanyaannya. Hanya mampu merasakan tubuhku yang menggigil kedinginan, sampai-sampai gigiku gemeretak menahannya.
Selimut. Itulah yang dicari sedari tadi. Dia terlihat panik memasangkannya ditubuhku. Tangannya sesekali menempelkan sesuatu didahiku. Sesuatu yang kini membuatku semakin kedinginan.
Aku benar-benar tak mempu lagi menahannya. Meskipun berlapis-lapis selimut telah dipasangkan Key ditubuhku, tetap saja terasa dingin. Sangat dingin hingga di beberapa bagian tubuhku mati rasa.
“Bertahanlah Cha.” Ucap Key khawatir. Suaranya terdengar jelas bergetar. Aku tahu dia mengkhawatirkan keadaanku.
Sebenarnya ingin sekali bilang padanya kalau aku baik-baik saja agar dia tak khawatir lagi. Namun kenyataannya memang tidak demikian. Aku sedang sakit sekarang. Demam tinggi lebih tepatnya.
Tak terasa air mata mulai mengalir dari sudut mataku. Tak ada lagi yang sanggup kulakukan untuk menahan panas tubuhku yang luar biasa. Dan kini aku justru merasa sangat kedinginan.
Key menatapku iba. “Apa lagi yang harus kulakukan Cha… aku juga ingin kamu sembuh, tapi aku tidak tahu harus berbuat apa…” ucapnya dengan nada suara yang terdengar parau.
Sekali lagi air mataku mengalir. Aku hanya bisa menangis menatapnya. Demi Tuhan aku benar-benar tak ingin membuatnya merasa bersalah.
‘Mianhaeyo Key.. Jeongmal mianhe aku telah membuatmu sedih… aku memang tidak berguna.’ ucapku dalam hati.
Dadaku terasa sesak saat menyadari orang terdekatku tak ada disisiku disaat-saat seperti ini. Seharusnya mereka lah yang ada disini sekarang. Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika tak ada Key.
Tepat setelah itu kulihat Key beranjak dari tempat duduknya dan mencari sesuatu dari dalam tasku.
“Bertahanlah… aku akan segera kembali.” Ucapnya kemudian pergi meninggalkan kamarku.
Ingin rasanya mencegah kepergian Key. namun aku tak memiliki cukup tenaga untuk melakukan itu. Hanya mampu berharap dan kembali menangis.
-To Be Continue-
Hadoh hadoh… kasihan nih si Echa sakit. Tapi tetep envy juga bisa dipeluk Key pas lagi nangis. Udah gitu dirawat pas lagi sakit -___-
Terus apa yah yang bakal Key lakukan buat nolong echa? Kenapa Key justru pergi? Ehm… *mikir*
Temukan jawabannya di part selanjutnya. Jangan lupa tinggalin komen… gomawo…
annye0ng e0nnie,,...
ReplyDeleteaQ suka bgt ma FF e0nnie,,mnrt aQ bgus n khayaLannya ke mana-mana,,kekeke #Lebay m0de:0n
aQ sbar nunggu FF sLnjutnya,,...
jgn prnah b0sen ngbwt FF ea e0n,,...hwaiting,,...
^_^
eh unn keren..
ReplyDelete@anonim: hahaha. khayalan eon suka jalan2 soalnya *plak! gamsahamnida saeng :D
ReplyDelete@Athiya: gomawo :D
nde,,...che0nmaney0 e0nnie,,...
ReplyDeletejgn kap0ok bkin FF bgus ea,,...kekeke
*eviL Laugh
hahaha.oke ^^
ReplyDeleteYa ampun. Sumpah! aku pengen nangis. ToT
ReplyDelete*sodorin tisuu
ReplyDeletebaca ff ini langsung berkhayal taemin dateng ke kamar aku..
ReplyDeletehahaha.. *ngarep sangat
*ngecap kaki (kan katanya harus meninggalkan jejak (?) Hehe :P
ReplyDeleteLikeeeeee ^^
ReplyDelete