Thursday, 2 June 2016

FF SHINee : Pixie Rain [Part 6]

Selamat pagiiiii~

Udah lama ngga nongol yaa
Mianhe, karena ada satu dan lain hal(?) jadi baru bisa posting sekarang
Mau bawa lanjutan cerita yang kemareen
kali ini part 6 yaa
buat yang belum baca part 5 bisa dibaca DISINI





Tittle                    : Pixie Rain [Part 6]
Author                 : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Hy…Hy…Hyung…” Taemin membuka pintu kamar sambil tergagap. Kedua tangannya berkeringat.
                “Kenapa kau mengunci pintunya huh?” Minho terusik karena harus menunggu di luar pintu cukup lama. “Aku tadi mendengar suara seseorang. Siapa itu?”
                Yang ditanya lantas terkesiap. “ANIYO HYUNG! Tidak ada siapa-siapa disini.” sanggahnya cepat.
                Minho menyipitkan kedua matanya, melayangkan tatapan curiga pada Taemin. Ia tidak langsung percaya pada namja itu dan memilih berjalan menuju kamar mandi untuk memastikannya sendiri.
“Kau tahu kan, aku paling tidak suka dengan orang asing.”
                “Chakkamannyo, Hyung!”
Minho hampir saja mencapai kamar mandi sebelum akhirnya dicegah Taemin dengan tubuhnya yang merapat ke depan pintu. “Hyuuung~” rengek namja itu bercampur aegyo.
“Wae? Apa kau menyembunyikannya didalam?”
“Aniyo! Aniyo! Aku tidak…”
Minho yang tidak sabar langsung membuka pintu kamar mandi diikuti dengan tubuh Taemin yang jatuh ke lantai karena berusaha mencegahnya.
‘Andwae…!’
Beruntung tidak ada siapapun disana.
Jantung Taemin hampir saja lepas dengan tindakan Minho yang tiba-tiba. Namun ia masih tidak sanggup bernafas lega saat mengetahui bahwa Yunbi tengah bersembunyi tepat di balik pintu kamar mandi. Yunbi tertunduk dengan telapak tangan yang menutup mulutnya rapat-rapat. Yeoja itu melihat ke arah Taemin yang duduk di lantai dengan tatapan memelas. Jika Minho maju satu langkah saja, mungkin hidup Yujin habis saat ini juga.
“Lihat Hyung!” Taemin langsung bangkit. “Tidak ada siapapun bukan?”
Minho mengerutkan dahinya.
“Ah! Ini sudah hampir jam 3 sore, bukankah kau harus mengikuti try out untuk persiapan ujian?” coba Taemin mengalihkan perhatian. “Sebaiknya kau bergegas Hyung, jika tidak kau akan mendapatkan masalah.”
Beruntung Minho lantas teringat tujuannya kembali ke asrama untuk mengambil barangnya yang tertinggal.
“Cepat Hyung! Jangan sampai kau terlambat!”
Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu kamar yang ditutup.
Saat itulah Taemin menurunkan bahunya karena sepuluh tahun kehidupan yang ia lewati  rasanya hampir saja terenggut. Ia malah baru ingat kalau kamarnya bukanlah ruangan hampa udara karena sejak tadi Taemin bahkan lupa untuk menarik nafas.
“Bi-ya! Sekarang sudah aman!” bisik Taemin di balik pintu kamar mandi, meminta untuk Yunbi keluar.
Perlahan pintu kamar mandi pun bergerak ke depan diikuti dengan langkah seorang yeoja yang muncul dari baliknya. Taemin yang semula panik seketika justru mematung tanpa sepatah katapun.
“Gomawo Taemin, kukira kau akan memberitahu Minho tentang keberadaanku.”
“A…a…ani.” Ia melibaskan tangannya. “Aku tidak mungkin melakukan itu…”
Bahu Yunbi menurun, sedikit tersenyum. Saat itulah jantung Taemin dag-dig-dug. Baru kali ini ia melihat seorang yeoja yang lebih cantik daripada Naeun.
Taemin yakin Yunbi sedang tidak menggunakan make up, tapi wajahnya tampak begitu cerah dengan pipi yang merona kemerahan. Bibir yeoja itu tipis dan kedua mata bulatnya bersinar memancarkan kepolosan. Tubuhnya terlihat sedikit pendek dibandingkan Yunbi versi namja, hanya sedikit. Tapi terlihat sangat proporsional jika di bandingkan dengan tubuh yeoja pada umumnya. Dan lagi, suara Yunbi terdengar begitu merdu. Sebelas dua belas jika dibandingkan dengan suara IU yang sering Taemin dengar lewat drama-drama romantisnya.
Taemin tetap bisa menemukan kecantikan sosok Yunbi terlepas dari baju serta celana Yunbi yang kedodoran dan rambutnya sedikit berantakan.
“Yu… Yunbi… Kau…. Apa kau benar-benar yeoja?” Tanya Taemin pada akhirnya. Bagaimanapun juga ia belum bisa percaya sepenuhnya bahwa yeoja yang berdiri didepannya sekarang adalah namja yang selama ini jadi teman sekamarnya.
Yunbi mengangguk pelan.
“Lalu selama ini bagaimana kau bisa menjadi namja? Dulu… eh maksudku kemarin… eh bukan, tapi tadi…” Taemin mendadak grogi. “Kau namja sungguhan kan? Ah… kita bahkan sudah pernah mandi bersama!”
Yunbi bergidik jika mengingat kejadian itu.
“…Dan sekarang… kau yeoja sungguhan? Kenapa bisa terjadi seperti ini? Aku tidak bisa mempercayainya. Apakah ini hanya trik sulap? Ataukah aku sedang dikerjain? Apakah ini sebuah variety show? Dimana kamera tersembunyinya? Halo halo…” Taemin malah bertingkah random. Ia mulai mengitari kamar untuk mencari kalau-kalau ada kamera yang tersembunyi disana.
Tampaknya kejadian ini sudah membuat Taemin hilang akal.
“Aku juga tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini Taemin.”
Suara Yunbi langsung menghentikan aktivitas Taemin saat itu juga. Ketika ia menoleh, ia menemukan Yunbi hampir saja menangis. Tatapannya terlihat putus asa.
Sangat tidak asing.
 “Baiklah… anggap saja semua ini benar.” Meskipun Taemin masih ingin bertanya lebih banyak lagi tapi ia menahannya. “Jika memang sudah terlanjur seperti sekarang, apa yang akan kau lakukan?”
Yunbi hanya membalas tatapan Taemin tanpa suara. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
“Pertama-tama sebaiknya aku membawamu keluar dari sini. Bagaimanapun juga ini asrama pria, kau tidak aman berada didalam.” Ucap Taemin akhirnya.
Berbekal sebuah topi, masker dan juga hoodie, Taemin membawa Yunbi keluar dari sana. Kebetulan diluar sedang hujan deras, sebagian siswa memilih untuk tetap didalam kelas, sementara sisanya memilih tidur didalam asrama. Tak ada yang melakukan aktivitas diluar, memudahkan Taemin membawa Yunbi menjauhi sekolahnya.
“Kau mau pesan apa?”
Yunbi membuka topi dan maskernya. “Caramell macciatto.” Ia kemudian berbisik pada Taemin. “Apa disini aman?”
Taemin tersenyum tipis. “Tak ada yang mengenalimu Yunbi. Tenang saja.”
Mereka memutuskan untuk berdiam sejenak di sebuah café dekat sekolah sambil menunggu hujan reda. Kebetulan sore itu café tampak sepi. Lagipula jika ada yang melihat Yunbi tidak akan menjadi masalah, karena Yunbi sepenuhnya sudah berubah menjadi ‘orang lain’.
“Kau pasti sangat terkejut melihat sosokku yang sekarang.” Yunbi tampak menyesal karena dia harus berubah dihadapan Taemin di tengah situasi yang tidak mendukung.
“Gwenchana. Bukankah kita teman? Eh… teman…” ia ragu-ragu mengatakannya.
“Tentu saja. Tidak peduli Yunbi versi manapun, kau akan tetap menjadi temanku.”
Taemin tersenyum girang.
“Sebaiknya aku mencoba menelpon appaku dan memintanya untuk menjemputku kesini.”
Taemin yang sedang menyeruput kopi langsung mengangguk cepat.
Tut….tut…tut… nomor yang anda tuju….
Tidak diangkat.
Yunbi mencobanya lagi.
Tetap tidak diangkat.
“Mungkin appa sedang sibuk.”
Taemin tidak berani berkomentar. “Apa kau dulu tinggal Seoul?” tanyanya mengalihkan perhatian. Takut Yunbi sedih karena appanya tidak mengangkat telpon.
Yunbi mengangguk. “Bagaimana kau tahu?”
“Ketara dari dialekmu.” Jawabnya. “Bagaimana kau bisa masuk ke Seungri? Waktu itu kan kau yeo… maksudku…”
“Aku berubah tepat sebelum aku masuk. Itu terjadi begitu saja…”
Tentu saja Taemin tidak bisa langsung percaya jawaban itu.
“Aku tahu ini aneh. Tapi memang begitu kenyataanya Taemin.” Yunbi setengah frustasi. “Saat itu ketika aku sampai sini aku sempat mencoba kabur. Tiba-tiba hujan deras dan aku berlari ke depan sebuah toko untuk berteduh. Lalu tanpa kusadari aku tertidur, dan saat aku terbangun…” ia mendadak menghentikan ucapannya. Kedua matanya membola.
“Dan saat kau terbangun…?” Taemin mengulang ucapan Yunbi karena penasaran.
“ASTAGA! KALUNG!”
***
                Rintik air hujan menyentuh permukaan atap kemudian mengalir hingga jatuh ke atas tanah. Langit tak juga kunjung cerah. Masih terlihat awan pekat keabu-abuan meski hari sudah mulai berjalan lebih dari setengah putarannya. Burung-burung kembali ke dalam sarangnya, berlomba-lomba dengan sinar yang perlahan berubah menjadi kegelapan.
Belum ada tanda-tanda akan reda. Tapi waktu akan terbuang sia-sia jika tidak mulai bergerak dari sekarang.
Yunbi berjalan dengan langkah yang berat. Dengan bawaan ‘seadanya’ yang diambilkan Taemin dari asrama, dia berniat untuk meninggalkan kota Busan menuju Seoul sore itu juga.
“Apa kau yakin?”
Itu adalah pertanyaan kesekian kalinya yang dilontarkan Taemin pada Yunbi sejak beberapa saat yang lalu. Tapi jawaban Yunbi tetap sama. Bahwa ia harus pulang secepatnya.
Tidak ada pilihan lain. Lagipula Yunbi sudah kembali ke bentuk ‘aslinya’.
Yunbi sudah cukup putus asa dengan kalung yang tidak bisa lepas dari lehernya. Ia sempat mencari toko yang sebelumnya menjual kalung itu, tapi tidak ada. Bahkan di deretan pertokoan depan SMA Seungri memang tak pernah ada toko aksesoris sama sekali. Semua hanyalah toko penjual makanan. Padahal Yunbi sangat yakin toko itu berada tepat dibelakang halte tempat ia menunggu taksi sekarang. Dan kini yang terlihat disana merupakan café yang baru saja ia dan Taemin masuki. Penjualnya mengaku cafe itu sudah berdiri lebih dari 5 tahun.
Lalu dimana sebenarnya toko aksesoris penjual kalung yang tengah dipakai Yunbi sekarang?
Yunbi hampir gila dengan semua ini. Ah tidak ia memang sudah gila sekarang. Bahkan tenaganya sudah habis hanya untuk merutuki kenyataan aneh yang tengah terjadi.
Menangis? Yunbi sudah melakukannya berulang kali, tapi kenyataan tetap tidak berubah.
“Yunbi apa kau yakin?”
Yunbi menatap ke arah Taemin. Matanya sembab. “Apa kau punya pilihan lain?” tanyanya balik.
Taemin menunduk. Yunbi tidak punya. Tapi yang Taemin rasakan sekarang adalah bahwa ia tidak ingin Yunbi pergi secepat ini. Hanya dalam beberapa jam setelah melihat Yunbi versi yeoja saja Taemin bisa memastikan bahwa ‘mereka’ berdua benar-benar orang yang sama. Entah namja atau yeoja, ‘mereka’ tetap saja Yunbi.
Mereka berdua sama-sama cengeng. Sama-sama sulit untuk mempercayai orang lain. Sama-sama lebih suka memegang gelas dengan tangan kiri dibandingkan tangan kanan. Sama-sama suka memainkan jari-jari ketika sedang gugup. Sama-sama sering menyibakkan poni dalam dua puluh detik. Sama-sama suka membasahi bibir. Sama-sama memiliki sorot mata yang bersinar. Sama-sama memiliki nada bicara yang tinggi. Sama-sama… mereka berdua sama…
Seujujurnya dari dulu Taemin sering menjadi sasaran bully. Disekolah manapun ia akan tetap dijahili oleh teman sekolahnya. Bahkan ketika ia masuk ke SMA Seungri dimana tidak ada seorangpun yang mengenalinya, Taemin tetap saja mendapatkan bully. Jangankan mengharapkan seorang teman, bermimpi untuk menjadi ‘siswa normal’ saja Taemin tidak berani. Selama ini ia hanya bisa tersenyum untuk menutupi semua ketakutan-ketakutannya.
Tapi saat Yunbi datang, Taemin merasa mimpinya sedikit demi sedikit bisa tercapai. Ia tidak butuh menjadi siswa yang disukai oleh semua teman sekelasnya, baginya memiliki satu saja sudah lebih dari cukup. Meskipun pada awalnya Yunbi punya sikap yang judes dan sarkatis, tapi Taemin tahu bahwa Yunbi memiliki hati yang baik. Begitu juga dengan Minho. Dibalik sikap dinginnya, Minho merupakan seseorang yang penuh perhatian. Karena itulah Taemin bisa menjadi fans beratnya ^^
Dan sekarang jika Yunbi pergi begitu saja, Taemin akan kembali menjadi siswa korban bully. Ah tidak, tapi siswa korban bully yang tidak memiliki teman sama sekali. Taemin rela jika ia terus dibully sampai ia lulus nanti, tapi jika harus kehilangan teman sampai lulus nanti… Taemin tidak sanggup membayangkannya. Taemin tidak peduli entah Yunbi itu namja ataukah yeoja, dengan segala keanehan yang dimilikinya, ia tetap ingin Yunbi menjadi temannya. Tidak hanya sekarang, tidak hanya berhenti sampai disini, atau hanya sampai ia lulus nanti, tapi selamanya…
“Jangan pergi…”
Yunbi menoleh, memastikan ia tidak salah dengar kalimat itu keluar dari bibir Taemin.
“Apa kau bilang?”
“Jangan pergi… Bi.” Taemin menggenggam pergelangan tangan yeoja itu. “Kumohon tetaplah disini.” Ragu-ragu ia mengatakannya. “Menjadi temanku…”
***
                “Kriiingggg~”
                Bell masuk sekolah menggaung di sepanjang sudut sekolah. Semua siswa berlarian menuju kelas, sebagian dari mereka masih berada diluar sehingga harus bergegas sebelum para guru memasuki ruangan. Beberapa siswa bahkan terpaksa berjingkat melewati lapangan karena harus menghindari sisa kubangan air akibat hujan yang terjadi kemarin malam.
                Mr. Kim selaku wali kelas sebelas dua mulai keluar dari ruangannya. Begitu melihat ada beberapa siswa yang masih berada di koridor, ia langsung mengeluarkan tongkat saktinya untuk memukul beberapa dari mereka. Ia masih sempat memberikan hukuman sambil terus berjalan mendekati kelas sebelas dua yang terletak di pojok gedung sekolah.
                Begitu Mr. Kim masuk, aura-aura aneh mulai menyelimuti kelas itu. Semua siswa langsung melipat kedua tangan sambil menunduk, takut kalau bertemu tatapan dengan wali kelas mereka. Karena biasanya Mr. Kim akan membahas hal yang tidak-tidak seperti…
                “Woohyun, tumben sekali kau sudah masuk.” Ucapnya saat melihat woohyun cs sudah menduduki kursinya. “Kupikir hari ini kau sudah siap menerima hukumanku karena terlambat, tapi sayang sekali aku harus memberikannya lain kali..”
                Woohyun hanya membuang muka sambil memajukan bibir tebalnya.
                “Oke… selamat pagi anak-anak.” Barulah Mr. Kim menyapa semua siswa. “Saya akan mulai mengabsen pagi ini…”
                “Hong Jonghyun!”
                “Hadir.”
                “Song Joongki!”
                “Hadir.”
                “Kim Woobin!”
                “Hadir.”
                (Bias actor semua lolololol)
                “Lee Taemin!”
                Tak ada suara.
                “Lee Taemin!”
                “…. Hadir pak!” Jawabnya dengan suara ngosh-ngosan. Taemin memegangi lututnya sambil menarik nafas dalam-dalam. Dibelakangnya berdiri sosok Yunbi yang juga tak kalah capek karena baru saja berlarian menuju kelas.
                “Dari mana saja kalian?!?!”
                Yunbi menata nafasnya. “Kami… dari asrama pak!”
                “Jam segini baru datang. Kalian saya hukum!” Mr. Kim ber api-api. “Keliling lapangan olah raga 20 kali… sekarang juga!”
                Tapi anehnya mereka berdua justru tampak bahagia. Taemin bahkan berlari sambil tertawa terbahak-bahak. Ia berjanji akan mentraktir Yunbi jika ia sanggup lebih dulu menyelesaikan hukuman. Taruhan yang aneh batin Yunbi, tentu saja ia iklas jika Taemin lebih dulu menang. Karena ia tidak perlu capek-capek berkompetisi dengan namja itu.
                Padahal baru kemarin Yunbi merengek sambil menangis karena perubahan yang tidak ia duga. Tapi hari ini ia justru tersenyum lebar. Yunbi pikir tak ada salahnya jika ia singgah sejenak sambil menguak misteri yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Selain bisa membuat satu orang bahagia, sebenarnya juga karena Yunbi tidak memiliki pilihan lain.
                Ah tidak, ia tetap memilikinya. Antara mau menghadapi semua ini ataukah lari dari kenyataan.
                Dan Yunbi memilih opsi yang pertama…
Sambil terus menyibakkan poni dalam dua puluh detik…ia akan menjalaninya.
-To Be Continue-
               
               
Hiyaaa~
Nanggung ya?
buat yang masih bingung kenapa yunbi bisa langsung berangkat sekolah lagi, tunggu lanjutannya yaa
muaah :*

3 comments:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...