Tittle : Pixie Rain
[Part 8]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Perlahan-lahan
Yunbi membuka mata dan menguceknya beberapa kali. Ia masih setengah sadar.
Pemandangan pertama yang Yunbi lihat adalah beberapa tulisan di kayu tempat
tidur bertingkat milik Taemin. Ah rupanya Yunbi sedang berada di asrama.
“Kau sudah bangun, Bi?”
pertanyaan Taemin menyambut Yunbi yang mencoba duduk ditempat tidur. Taemin bertanya
tanpa mengalihkan pandangan dari arah laptop yang terbuka dengan manis diatas
meja belajar, bisa dipastikan dia tengah melihat lanjutan drama Descendants Of
The Sun favoritnya.
Tapi kemudian Yunbi teringat
sesuatu.
“Taemin! Bagaimana aku bisa ada
disini?” seingat Yunbi tadi ia pingsan saat sedang bersama Minho. Tapi kenapa
ia bisa tiba-tiba berada di asrama sekarang?
“Kau… tidur.” Jawab Taemin
singkat. Sepertinya ia lebih konsentrasi ke dalam drama yang ia tonton
ketimbang pertanyaan Yunbi.
Tak! Laptop itu tertutup sedikit
keras.
“Apa yang kau…”
“Aku… bagaimana aku bisa ada
disini?!” Yunbi memegang kedua bahu Taemin setelah menutup laptop namja itu.
“Sebelumnya aku bersama Minho hyung! Dan dia dibawa oleh…”
Taemin yang sempat ingin kesal
berubah heran melihat ekspresi Yunbi yang tampak serius. “Kau tadi sudah diatas
tempat tidur ketika aku datang.”
“Jam berapa kau datang?”
“Itu sekitar… jam 5 sore?”
Taemin tidak yakin. “Aku sempat latihan dance sebelum pulang ke asrama.”
“Jam 5 sore…” Itu hanya berjarak
30 menit dari waktu terakhir kali Yunbi pingsan. Sudah dipastikan setelah
pingsan Yunbi langsung dibawa kemari, karena jarak dari tempat Yunbi dan Minho
pergi sebelumnya memang 30 menit.
Tapi
seingat Yunbi, ia dan Minho dibawa oleh dua mobil yang berbeda. Yunbi melihat
dengan jelas ketika Minho memberontak untuk masuk ke dalam mobil didepannya,
dan Yunbi dibawa ke mobil yang lain.
Jika
demikian… berarti orang-yang-menggunakan-setelan-jas itulah yang membawa Yunbi
ke dalam asramanya..
“Lalu dimana Minho sekarang?”
Taemin mengangkat bahunya. “Aku
tidak melihatnya sejak tadi.”
Cepat-cepat Yunbi meraih
handphonenya untuk menghubungi Minho. Hanya ada nada panggil yang terdengar
sejak tadi, telfonnya tidak diangkat.
“Ada apa Bi? Apa sesuatu yang
buruk terjadi?” Taemin jadi ikut-ikutan panik. Pikirannya melayang kemana-mana,
takut kalau Minho diculik oleh kawanan gangster atau sindikat narkoba dan
dibawa ke luar negeri. Jika hal itu terjadi, bisa-bisa akan terjadi perang
antara gangster dan tentara korea. Hiiii…. Taemin langsung bergidik ngeri hanya
dengan membayangkannya. Sepertinya namja itu memang terlalu menghayati cerita
drama yang baru saja ia tonton.
Tanpa menghiraukan Taemin, Yunbi
lantas mengambil jaket dari gantungan belakang pintu. Ia pun melesat keluar dan meninggalkan tanda tanya
besar di hati teman sekamarnya itu.
Awalnya Yunbi ingin melaporkan
kejadian ini ke pihak sekolah, tapi ia mengurungkan niat itu karena sepertinya
ada sesuatu yang janggal telah terjadi. Oleh karenanya Yunbi memilih untuk
menunggu di depan gerbang sekolah kalau-kalau Minho pulang malam itu juga.
Beep…beep…beep…
Jam tangan Yunbi berbunyi tanda
hujan sebentar lagi turun. Dia mengeceknya, pukul 20.35. Tepat saat itu juga
ada sebuah mobil sport berwarna merah yang melewati gerbang. Pintu belakang mobil
terbuka, diikuti oleh beberapa orang yang turun dari sana. Yunbi ingin
menghampirinya, namun tak lama kemudian hujan benar-benar turun.
What the…timing…
Akhirnya Yunbi mengurungkan
niatnya dan berlari menuju gedung olah raga. Setidaknya untuk saat ini Yunbi
harus bersembunyi sampai hujan reda. Ia pikir ia bisa mencari keberadaan Minho
lagi nanti.
“Seharusnya kau berterimakasih
padaku.”
Samar-samar ada sebuah suara
yang terdengar disana, disusul dengan derap langkah orang kedua yang masuk.
Tampaknya mereka berdua terburu-buru karena menghindari hujan yang turun. Sama
seperti Yunbi.
“Aku tidak butuh belas kasihmu.”
Suara kedua menyelusup, kedua mata Yunbi membola.
Orang pertama sedikit tertawa.
“Tentu saja. Apa lagi yang dibutuhkan oleh TUAN MUDA MINHO, huh? Meskipun kau
sudah dibawa paksa oleh keluargamu sendiri pasti kau akan memiliki 1000 cara
untuk kembali kesini, iya kan?” ucapnya sarkatis. “Kau pikir aku juga sudi
untuk makan malam di rumahmu? Tch! Jika bukan karena kedua orang tua kita sudah
berteman lama, aku pasti akan pergi atau bahkan mempermalukanmu dihadapan
mereka semua.”
Minho tidak menjawab.
“Ah iya… Aku tidak yakin apakah
kau sudah mendengar hal ini atau belum.” Orang pertama terus saja berbicara. “Sepertinya
sebentar lagi kau harus berterimakasih padaku.”
“Apa maksudmu?”
Dia tertawa. “Kendalikan
ekspresimu, Minho.” Ucapnya puas. “Kau pikir ayah ibumu tidak punya maksud
tertentu mengundang keluargaku makan malam bersama?”
Tak ada suara.
“Semenjak perusahaan keluargamu
mulai bangkrut, sepertinya ayah ibumu lebih sering mendekati keluargaku.” Dia melanjutkan
kalimatnya, kali ini dengan nada nyinyir. “Bagaimana ini, haruskah keluargaku
menolong seseorang yang tengah kesulitan? Atau justru membiarkannya jatuh
miskin?”
Brak!!
Terdengar suara benturan. Tampaknya Minho mendorong tubuh orang itu ke pintu
yang ada dibelakang mereka.
Dia justru kembali tertawa. “Aigoo…
seharusnya kau lebih berhati-hati mulai sekarang Minho. Karena aku bisa
menghancurkan kehidupanmu kapanpun aku mau.”
Selanjutnya tidak terdengar
apapun. Hanyalah suara pintu yang terbuka, disusul suara air hujan yang jatuh
membentur tanah.
Yunbi terdiam cukup lama di
posisinya sekarang. Ia menyandarkan punggungnya di tembok dekat jendela ruang
ganti. Mencoba menerka apa yang tengah mereka berdua bicarakan.
Sudah jelas salah satu dari
mereka adalah Minho. Dan sore tadi namja itu diculik karena harus memenuhi
panggilan untuk makan malam bersama keluarga orang kedua. Tapi siapakah orang
kedua itu? Yunbi belum pernah mendengar suara orang itu sebelumnya.
“Siapa kau?”
Tiba-tiba saja seseorang
menjulang beberapa meter didepan Yunbi. Yunbi terperanjat. Dia langsung bangkit
dan melewati orang itu kemudian mencoba berlari keluar. Tapi hujan masih turun,
teras depan gedung pun masih terlalu licin untuk ia lewati untuk berlari.
Dan
akhirnya yeoja itu jatuh.
“Kau tidak pa-pa?” Tanya Minho
yang berlari mengikuti langkah Yunbi.
Yunbi terjebak. Ia sempat ingin
bangkit, namun anehnya kaki kiri nya terasa nyeri sekali.
“Kau tidak pa-pa?” Minho
bertanya lagi. Kali ini sudah berjongkok didepan Yunbi dan mengecek kaki yeoja
itu. “Sepertinya kakimu terkilir.”
Yunbi hanya diam. Berusaha
menghindari tatapan Minho yang tampak khawatir. Bagaimanapun juga sekarang ia
tengah berwujud sebagai yeoja, Minho tidak boleh mengetahui kalau ia adalah Yunbi,
teman sekamarnya.
“Apa kau bisa berdiri?” Minho
bertanya dengan begitu sopan, berbeda dengan nada bicaranya saat berbicara
dengan Yunbi versi laki-laki.
Karena tak ada jalan lain, Yunbi
hanya bisa menuruti apa yang namja itu katakan. Ia tidak cukup bodoh untuk
kembali mencoba kabur disaat suasana hujan seperti sekarang, belum lagi kakinya
sulit untuk digerakkan. Yunbi hanya bisa pasrah.
Akhirnya mereka berdua kembali
ke dalam gedung olah raga. Yunbi duduk di salah satu kursi pinggir lapangan,
sementara Minho berjongkok dihadapannya.
“Uh… pasti terasa sakit.”
Ucapnya setelah melepas sepatu yang Yunbi pakai. “Tunggu sebentar, akan aku
ambilkan kotak p3k.”
Hampir saja Yunbi lupa kalau
Minho adalah orang yang sama dengan orang yang bersikap dingin padanya. Kali
ini orang yang Yunbi temukan sangat berbeda. Ia tidak hanya berbicara dengan
begitu ramah, tapi bahkan Minho tidak bertanya apa yang sedang Yunbi lakukan di
tempat ini sekarang, apakah Yunbi mendengar pembicaraan ia tadi atau tidak, dan
siapakah Yunbi sebenarnya.
Minho
hanya langsung menolong Yunbi tanpa bertanya apapun.
“Ini akan sedikit sakit.” Ucap
Minho membenarkan posisi kaki Yunbi, kemudian menyemprotnya dengan spray yang
terasa dingin. Selanjutnya namja itu mengambil elastic banded untuk membalut
kaki yeoja itu.
“Selesai.”
Yunbi melihat ke arah kakinya
kemudian bertatapan dengan Minho. Saat itulah Yunbi merasakan ada sebuah
dentuman di jantungnya yang membuat organ itu berdegup diatas normal.
Sebelumnya Yunbi tidak pernah melihat tatapan Minho yang begitu teduh seperti
saat ini. Apalagi sebuah senyuman tersungging di wajah namja itu. Membuat
kupu-kupu yang ada di dalam perut Yunbi semakin melayang kesana kemari.
“Ini akan terasa sakit beberapa
hari, tapi itu tidak akan lama.” Ucapnya lagi sambil duduk disebelah Yunbi.
“Gomawo.” ucap Yunbi lirih.
Minho tertawa kecil.
Yunbi mencoba mencari-cari
alasan agar dia bisa cepat keluar dari sini. Tapi diluar masih hujan, kedua
kakinya pun tidak bisa digerakkan. Yunbi jadi salah tingkah.
“Kau tidak keberatan kan jika
aku ikut menunggu sampai hujan reda di tempat ini?” Ia bertanya dengan santai.
Yunbi sempat memutar bola
matanya, kemudian mengjawabnya dengan anggukan pelan.
“Aku sering berlatih basket
disini, tapi sepertinya aku belum pernah bertemu denganmu sebelumnya.” Minho
menoleh ke arah Yunbi, membuat Yunbi cepat-cepat mengalihkan pandangannya. “Ah…
maksudku bukan berarti kau tidak boleh berada di tempat ini. Tapi… akan menjadi
sedikit masalah jika kau memilih untuk menunggu disana.” Ia menunjuk ke ruang
ganti pria tempat Yunbi bersembunyi sebelumnya.
Yunbi
spontan masuk ke tempat itu karena ruangan itu adalah ruangan terdekat dari
pintu masuk. Biasanya Yunbi bersembunyi di gudang tempat peralatan olah raga
sampai hujan reda. Tapi kali ini ia sedikit
terburu-buru.
“Kusarankan sebaiknya kau
menunggu diatas sana.” Minho menunjuk ke sebuah ruangan dengan jendela kaca yang
terletak diatas tribun penonton. “Ruangan itu hanya dipakai operator saat
pertandingan berlangsung. Jarang ada yang pergi kesana, jadi kau bisa
memakainya.” Ia mulai mencari-cari sesuatu dari dalam tas yang ia bawa.
“Lagipula dari ruangan itu kau bisa melihat seluruh isi sekolah ini jika kau
membuka jendela di sisi luar.”
Yunbi hanya diam. Ia terlalu
larut dengan ucapan namja itu.
“Ini kuncinya.” Minho tiba-tiba
meraih tangan Yunbi dan menyerahkan sebuah kunci dengan gantungan bola basket
kepada yeoja itu. “Kau bisa memakainya kapanpun kau mau.”
“Tapi…”
“Kalau begitu aku pergi dulu.”
Minho lantas pamit sebelum mendengar kalimat yang ingin Yunbi sampaikan. Namja
itu segera melesat keluar dan menerobos hujan yang tinggal gerimis.
Meninggalkan Yunbi yang masih diliputi perasaan janggal di hatinya.
***
Pelajaran ke 5 siang itu diisi
oleh Lee Seongsaenim selaku guru Sejarah. Di waktu yang terik dengan perut kenyang
sehabis istirahat ditambah suara Lee Seongsaenim yang mendayu-dayu membuat
kedua mata setiap siswa kelas 2-2 semakin berat. Geng Woohyun cs sudah sejak 5
menit jam pelajaran dimulai, meletakkan kepalanya diatas meja. Bahkan bibir
Dongwoo sudah menganga dan air liur sudah menjalar di atas buku matematika
miliknya.
Yunbi yang berulang kali
mengecek jam tangannya memastikan bahwa hari ini tidak akan turun hujan, jadi
dia tidak perlu mencari alasan untuk membolos selama pelajaran. Sedangkan
Taemin tampak sibuk mengutak atik hpnya. Bisa dipastikan namja itu tengah
mencari-cari beberapa foto Song Hye Gyo dari internet yang ingin ia jadikan
sebagai wallpaper.
Ditengah suasana hening itu,
tiba-tiba ada yang mengetuk pintu dari luar. Beberapa detik kemudian muncullah
Mrs Song dengan baju putih berlapis blazer pink cerah masuk kelas sambil
tersenyum ramah. Seluruh isi kelas spontan berseru riuh karena melihat seorang
‘dewi’ berjalan dengan anggun dihadapan mereka.
“Maaf Lee Seongsaenim, tapi saya
ingin memanggil Bi.” Ucapnya ramah. Beberapa siswa laki-laki tampak kecewa
karena bukan nama mereka yang disebutkan.
“…Bi,
Hyung-mu menunggu didepan.”
Yunbi yang semula menyangga
kepala dengan kedua tangannya langsung tergugah. ‘Hyung…? Atau lebih tepat
disebut… Oppa?’ Ia menjerit dalam hati. ‘Jongsuk Oppa datang?!?’
Yunbi langsung melihat ke arah
Taemin yang tampak bingung. Ia lantas memberikan ekspresi minta tolong kepada
temannya yang baik hati sekaligus bodoh (dalam beberapa hal) itu.
Tidak jauh dari kelas Yunbi,
seorang pria dengan kemeja berwarna biru langit yang senada dengan celananya
yang biru navy tampak dengan sabar duduk diatas kursi taman sekolah. Namja itu
menyilangkan kakinya sambil melirik ke arah jam silver yang melingkar di
tangannya. Ia sempat kembali mengecek sebuah kotak berisi cheese cake kesukaan
Yunbi yang sengaja ia bawakan. Tampaknya namja berkulit cerah itu sudah tidak
sabar bertemu dengan adik semata wayangnya.
Tak lama kemudian muncullah
sesosok namja yang berjalan dari kejauhan. Namja berseragam sekolah itu tampak
berjalan pelan mendekati Jongsuk dan malu-malu menyapanya dari belakang.
“Annyeonghaseo…” ucapnya sambil
membungkuk ketika sampai disamping Jongsuk.
Jongsuk seketika berdiri
membalas sapaan itu dengan sopan.
“Sa…saya Taemin, teman Bi. Eh..
Yunbi.” Ucapnya gugup. Taemin benar-benar tidak menyangka siang ini kakak
kandung Yunbi akan mengunjungi namja itu. Dan sebagai satu-satunya teman Yunbi,
hanya ia yang bisa menolongnya.
“Oh… saya Jongsuk. Bangawayo…”
Jongsuk pun memperkenalkan diri.
“Itu…” Taemin menggaruk kepalanya
sambil melirik ke arah Yunbi yang mengintip di balik tembok sekolah.
Jongsuk jadi ingin mengikuti
arah pandangan Taemin, tapi cepat-cepat ia cegah. “Ah! Itu… Yunbi sedang tidak
enak badan. Jadi dia tidak bisa bertemu dengan anda sekarang.”
“Yunbi sakit?” serunya cepat.
“Tidak-tidak!” Taemin
menggoyangkan tangannya. “Oh maksudku iya…! Dia sakit tapi tidak parah.”
“Dimana dia sekarang? Apakah di UKS?”
Taemin tidak tahu kalau kakak Yunbi ini adalah calon dokter, ia hanya asal
membuat alasan. “Tidak! Dia di…” namja itu berfikir keras. Ia memberikan sinyal
pertolongan pada Yunbi yang berdiri dengan panic di balik tembok.
Saat itu juga Yunbi nekat
berjalan ke arah Taemin. Ia berdiri dengan ragu di samping namja itu. Mencoba
memberanikan diri untuk menatap wajah oppanya yang sudah sangat ia rindukan
ini. Jika tadi malam Minho tidak mengenalinya sebagai yeoja, maka kali inipun
Oppanya juga tidak akan mengenalinya sebagai namja. Yunbi yakin itu.
“Yunbi di dalam UKS. Tapi maaf
orang luar tidak boleh masuk kesana.” Ucap namja itu sedikit bergetar. Ia
menekan ujung jari-jarinya menahan gugup.
“Kau juga temannya Yunbi?” Tanya
Jongsuk melihat ke arah Yunbi sambil sedikit berfikir.
Yunbi mengangguk.
“Syukurlah jika Yunbi memiliki
banyak teman disini.” Jongsuk tersenyum. “Aku sempat khawatir, karena di
sekolah sebelumnya tidak ada yang benar-benar menjadi teman Yunbi.”
Dada Yunbi mendadak berat
mendengar ucapan Oppanya itu. Selama ini ia sering mencurahkan perasaannya pada
Jongsuk, jadi Jongsuk tahu benar kesulitan yang selalu Yunbi hadapi. Termasuk
kesulitan Yunbi dalam mencari teman yang tulus padanya.
“Yunbi tadi juga menyampaikan
pesan untuk anda…” kali ini Yunbi berbicara sambil menunduk. “Bahwa dia sangat
merindukan anda dan… ia juga meminta maaf karena tidak pernah menghubungi anda
selama disini.”
Jongsuk hampir menanggapi pesan
itu, tapi Yunbi lebih dulu melangkahkan kakinya dari sana. Namja itu
cepat-cepat ingin meninggalkan Oppanya sebelum ia tertangkap basah karena
menangis dihadapan Jongsuk. Sayangnya Yunbi lupa kalau kaki kirinya sedang
terkilir, hanya beberapa meter dari langkah pertamanya, namja itu terjatuh.
Dengan cepat, Jongsuk dan Taemin langsung menolongnya.
“Gwenchana?”
Yunbi menyembunyikan wajahnya
sambil menangis. Taemin jadi ikut panic.
“Kenapa, Bi?” tanyanya sedikit
berteriak. “Apa ada yang sakit?”
Yunbi masih menangis. “Sakit…
rasanya sakit sekali.”
Ia tidak sanggup lagi. Yunbi
benar-benar ingin lari dari semua kenyataan ini. Ia ingin kembali menjadi Kang
Yunbi yang selalu bersikap manja dihadapan oppanya ini, yang selalu menangis
setiap kali ada teman yang pergi meninggalkannya, yang selalu cemburu setiap
kali seorang yeoja mendekati Oppanya, yang selalu menghabiskan dua puluh empat
jam penuh di akhir minggu bersama kakak kesayangannya ini. Tapi sekarang Yunbi
tidak bisa melakukan apapun. Ia harus berpura-pura menjadi orang lain disaat
Oppa kesayangannya ini berada tepat didepannya, padahal sudah bertahun-tahun
mereka tidak bertemu. Dan bahkan sudah beberapa bulan ini ia tidak mendengar
suaranya.
Yunbi sangat, sangat merindukan
Jongsuk Oppa. Dan rasanya sungguh sakit.
“Taemin… bisakah kau meminjam ankle spray dari sekolah? Aku akan
mencoba mengobatinya.” Ucap Jongsuk sambil melihat ke arah kaki Yunbi.
Taemin menggangguk dan langsung
melesat ke arah UKS. Lalu Jongsuk memapah Yunbi ke bangku taman tempat ia duduk
sebelumnya.
“Jika sudah seperti ini
seharusnya kau tidak boleh berlari dulu.” Nasihat Jongsuk sambil membuka banded
yang sebelumnya dipasangkan Minho. “Aigoo… bengkak sekali. Pasti terasa sakit.”
Ia terdiam sejenak, beberapa saat sebelum akhirnya mengalihkan pandangan ke arah
Yunbi. Menangkap tatapan itu, air mata Yunbi kembali mengalir. Yunbi sungguh
ingin menceritakan semuanya, tapi tidak mungkin.
Jongsuk kemudian bangkit. Ia
sedikit memundurkan badannya sebelum kembali menatap ke arah Yunbi.
“Bun… bunny??”
Yunbi terperanjat, ia hampir
tidak percaya sebutan kesayangan dari kakaknya itu ditujukan pada dirinya yang
sekarang.
Jangan-jangan…
Tidak!
Jongsuk tidak mungkin tahu siapa sebenarnya Yunbi sekarang!
-To Be Continue-
hwaiting ya thorrrr !!! ff nya bgs bgt ! jgn lupa ya utk mempublish ff nya cepat" ^_^
ReplyDeletesiap!!
Deletemakasih yaa :*
ichaichez