Anyyeong untuk orang orang yang masih belum melupakan ff ini!! heheh
dengan tanpa dosa(?) saya kembali datang untuk melanjutkan FF ini.
maapkaeunnn saya yeorobeuunn
tapi beneran kalo lagi ngga mood, ngga bisa bikin FF hikss
dan keajaiban(?) pun terjadi beberapa hari kemarin.
karena stok film saya habis, saya jadi ngga ada kerjaan lain selain nerusin FF yang udah lumutan ini.
ngga tanggung2, cuman 2 hari saya udah bisa bikin sampe part 12 hehehe
jadi tenaang, part2 selanjutnya dijamin ngga pake lama :D
untuk yang mau baca part sebelumnya, bisa klik DISINI
Tittle : Pixie Rain
[Part 7]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Gesekan sepatu terdengar lirih
dengan tempo yang tidak beraturan. Langkah itu bergerak dengan cepat mengitari
lapangan olah raga, mengabaikan udara pagi yang terasa lembab sehabis hujan.
Tap… tap… tap… Awalnya terdengar begitu keras, begitu bersemangat, namun lama
kelamaan suara itupun berubah pelan.
“Aku menyerah!” Suara seorang
namja bercampur nafas yang berat terdengar. Ia mengangkat tangannya lalu ambruk
di tepi lapangan dengan kepala yang menghadap ke langit.
Ternyata
hukuman ini lebih sulit dari yang dibayangkan. Belum lagi matahari sudah mulai
bergerak ke atas, menyorotkan sinarnya yang dengan berani menyentuh kulit,
meninggalkan butiran air di setiap pori-porinya.
Yunbi hanya tertawa melihat ke arah
Taemin. Padahal tadinya namja itu bersemangat sekali mendapatkan hukuman hari
ini, karena ia pikir ia akan mendapatkan kesempatan untuk menghindari pelajaran
matematika yang di ampu oleh Mr. kim. Tapi ternyata lapangan ini jauh lebih
lebar daripada alasan polos yang terbesit dikepalanya.
“Apa hanya segini kekuatanmu?”
sindir Yunbi menyenggol ujung sepatu Taemin. “Kupikir kau namja tulen.”
Lanjutnya sambil ikut tiduran di samping namja itu.
Taemin menengok ke sebelah
kanannya dengan wajah yang kesal, “Apakah ketulenan
hanya bisa diukur dengan kekuatan berkeliling lapangan seperti ini huh?”
Yunbi tertawa sekali lagi. Ia
mengalihkan pandangannya dari Taemin menjadi ke atas langit yang biru cerah tak
berawan. Taemin pun ikut-ikutan melihat ke atas langit, ia terdiam. Kemudian
keduanya tampak sibuk menyelami khayalan versi mereka sendiri sambil tersenyum.
Dan lamunan itupun ditutup oleh nafas yang mereka hembuskan di saat yang hampir
bersamaan.
“Aku tidak menyangka bisa
terjebak seperti sekarang.”
“…”
“Bahkan plot cerita dongeng yang dibuat oleh
Walt Disney tidak pernah seaneh jalan hidupku.” Dia membuang nafas lagi. “Tidak
bisakah aku berharap setiap hari dalam waktu dua puluh empat jam selama tujuh
hari, tiga puluh hari dan bahkan tiga ratus enam puluh lima hari secara full
terus menerus dituruni hujan agar aku bisa menjalani hidup seperti sebelumnya?”
“Dalam sudut pandangku, itu justru
lebih menarik dari cerita manapun.” Ujar Taemin setelah berfikir sejenak. “Kau
seperti peri yang hanya datang disaat hujan. Anggap saja begitu.”
Gantian Yunbi yang diam.
“Dan hanya orang-orang yang
beruntung yang bisa melihatmu.” Ia tersenyum simpul. “Lalu jika hujan berhenti,
kau akan kembali berubah seperti manusia biasanya. Menjadi namja.” Taemin
tampak bangga dengan cerita karangannya. “Keren bukan??”
Pletak! Yunbi melayangkan
jitakannya di kepala namja itu. “Kau pikir menjadi namja itu normal, sedangkan
yeoja itu tidak? Lalu aku ini apa??”
Yang di marahi justru tertawa
puas. Ia kemudian bangkit saat teringat dengan sesuatu. “Tapi… bagaimana jika
kau berubah lagi seperti kemarin? Bukankah itu tidak bisa diprediksi?” Taemin menerawang.
“Bagaimana jika kau berubah disaat sedang berada di tengah banyak orang,
didalam kelas, atau bahkan di asrama saat sedang bersama Minho hyung?” matanya
membola menyorotkan kehororan.
“Untuk itu sudah aku pikirkan.”
Jawab Yunbi santai.
“Bagaimana caranya? Apakah kau
punya kekuatan mengendalikan hujan? Atau kau bisa berpindah tempat dan bahkan
menghentikan waktu selama satu menit seperti yang dilakukan Do Minjoon?”
Sepertinya Taemin memang
kebanyakan menonton drama sampai khayalannya menjadi eror begini.
“Sebaiknya kita mampir ke kantin
dulu sebelum kembali ke dalam kelas, Taemin.” Ajak namja itu lalu bangkit.
“Tapi kau belum menjawab
pertanyaanku, Bi yahh…” Taemin ikut bangkit mengekor dibelakang Yunbi.
“Yunbi-yaaa~~~”
***
Jam pelajaran ketiga dimulai. Mr
Yoo selaku guru olah raga sudah siap dengan topi dan celana trainingnya berdiri
tepat di tengah-tengah lapangan. Meskipun cuaca kurang bersahabat, Mr Yoo tetap
tampak bersemangat menyuruh semua anak didiknya untuk berbaris dengan rapi
disana. Sebagian dari mereka mengeluh karena biasanya di cuaca seperti ini
kegiatan akan dilakukan didalam ruangan, tetapi Mr Yoo bersikeras untuk
mengumpulkan mereka semua di lapangan. Karena Mr Yoo percaya langit yang
mendung akan segera berubah cerah, secerah senyumnya kala itu.
Berbeda dengan teman-teman
sekelasnya, Yunbi sejak pergantian kelas tadi sudah tampak gelisah berulang
kali mengecek jam tangannya. ‘Jam tangan pintar’ hadiah kakaknya saat ulang
tahun beberapa bulan yang lalu itu terhubung dengan hp milik Yunbi, dimana
terdapat aplikasi weather yang akan
memberikan ‘peringatan’ dikala hujan akan datang. Karena mendung sudah terlihat
menggantung di langit sejak tadi, Yunbi memilih untuk lebih dulu bersembunyi di
gudang belakang tempat ganti pria di gedung olahraga.
Ia membuang nafas beratnya begitu
melihat keluar jendela. Tak lama kemudian ternyata hujan benar-benar datang.
Dari
kejauhan tampak semua murid Mr Yoo berlarian meninggalkan lapangan sepak bola.
Rupanya dugaan Mr Yoo salah. Banyak dari murid-muridnya menggerutu karena baju
olah raga yang mereka pakai terpaksa menjadi basah. Tapi yang luput dari
perhatian Yunbi adalah bahwa… mereka berlarian memasuki gendung olahraga tempat
ia bersembunyi sekarang! Meskipun Taemin mengatakan bahwa gudang ini jarang
dimasuki, tapi ada beberapa alat olahraga yang diletakkan disana.
Tempat
ini sangat riskan.
Dengan
cepat akhirnya Yunbi keluar dari pintu belakang, dan saat itu juga dia
bertabrakan dengan seseorang…
“Jeosong…”
ucap orang itu spontan. Suara beratnya yang tidak asing membuat Yunbi terkejut.
Untung
saja Yunbi menutupi wajahnya dengan hoodie yang cukup besar (karena aslinya
untuk ukuran pria dan sekarang Yunbi tengah bertubuh wanita). Langsung saja
yeoja itu berlari menjauhi gedung olahraga dan bersembunyi di belakang gedung
asrama pria. Disana banyak pepohonan dan semak-semak, dekat dengan ‘jalan
pintas’ untuk keluar. Yang bisa Yunbi lakukan hanya menata nafasnya sambil
duduk menempel tembok, bersembunyi dari kemungkinan orang yang datang.
“Minho
Hyung… aku yakin orang tadi adalah Minho Hyung…” Ia menurunkan bahunya. “Hampir
saja…”
Yunbi
kembali mengecek jam tangannya. Hampir pukul 11 siang. Sepertinya sebentar lagi
hujan akan reda. Yunbi bisa segera kembali ke gedung sekolah.
Dua
puluh menit berselang, hujan benar-benar reda. Yunbi sempat memastikan wajahnya
melalui cermin bahwa dia sudah kembali menjadi pria, sebelum akhirnya keluar
dari tempat persembunyiannya.
Saat
itulah Yunbi melihat sosok namja melintas didepannya.
Orang
itu lagi…
“Minho Hyung… Mau kemana
dia?”
Karena
penasaran, Yunbi nekat mengikuti langkah Minho keluar sekolah. Setahu Yunbi,
Minho adalah siswa berprestasi. Pasti ada alasan dia membolos sekolah. Eh… Dia
sudah membolos sejak tadi, apakah dia juga tengah menunggu hujan reda?
“Hyung…
tunggu!”
Minho
tidak menoleh. Ia tetap berjalan mendekati halte bus yang ada diseberang jalan.
Tepat ketika Minho sampai disana, sebuah bus pun berhenti didepannya. Namja itu
lalu mengangkat kaki kanannya untuk naik ke dalam bus dan… tanpa sadar Yunbi
pun mengekor dibelakang teman satu kamarnya ini.
Glek!
“Kau…
apa yang kau lakukan disini?” baru saja duduk di kursi, Minho terkejut
mendapati Yunbi yang berdiri didepannya.
“A…Aku…”
Saat
itu juga bus berjalan, Yunbi yang tidak sempat berpegangan langsung terhuyung
kedepan. Lututnya mendarat lebih dulu di lantai bus yang kasar. Hampir semua
penumpang menjerit lirih karena kaget. Yunbi hanya meringis.
“Kau
tidak pa-pa?”
Yunbi
kira dia salah dengar. Tapi suara Minho terlalu familiar di telinganya.
“Duduklah.”
Saat
itu bus memang penuh penumpang, satu-satunya tempat duduk yang kosong adalah
tempat duduk yang sudah dipakai Minho sebelumnya. Dan sekarang tak ada pilihan
lain selain menawarkan itu pada Yunbi.
Sambil
bergantungan dengan cuek disamping Yunbi, Minho menggumam. “Jangan kira aku
memiliki maksud tertentu, aku berbaik hati padamu hanya karena tidak ingin
orang lain melihatku sebagai seorang namja yang buruk.”
Yunbi
melihat kea rah Minho yang tidak membalas tatapannya. Kemudian namja itu
pelan-pelan melirik ke arah lututnya, sepertinya ada bercak merah yang muncul
di celana training warna kuning yang ia pakai.
Beberapa
menit terdiam, Minho menekan tombol merah di dekat jendela, tanda ia ingin
turun. Yunbi pun ikut bangkit. Ia memberanikan diri menepuk pundak Minho dari
belakang. Minho menoleh dengan malas.
“Aku
tidak bawa uang. Bisakah kau membayar biaya Bus ini?”
Namja
yang awalnya tetap menghadap kedepan itu langsung memutar badannya..
“Apa
yang kau…”
“Adeul…
apakah kau tidak jadi turun?” potong pak supir yang sudah siap kembali
menjalankan busnya.
“Ne
ahjussi.” Minho terpaksa mengurungkan niatnya. “Aku bersama namja ini
(membayar).”
Dan
bus berwarna hijau itupun melesat meninggalkan mereka berdua. Yunbi masih
mematung beberapa langkah dari tempat dia turun dari bus. Sedangkan Minho
menatapnya dengan kesal.
“Aku
sedang tidak mood untuk berdebat denganmu, jadi sebaiknya kau kembali
sekarang.”
“Tapi
Hyung…” aku tidak membawa uang sepeserpun. Yunbi melanjutkannya dalam hati
begitu mengetahui Minho langsung berjalan meninggalkannya.
Pikiran
Yunbi langsung blank. Dimanakah ini? Ia tersesat di tempat yang belum pernah ia
kunjungi, sementara Minho sudah pergi menjauh.
Tapi
tak ada waktu banyak, daripada Yunbi harus bingung memilih kemana ia harus
mencari bantuan, lebih baik sekarang ia mengejar Minho yang mulai berbelok di
jalan setapak. Yunbi tahu betul ia tak ingin membuat Taemin membolos hanya
karena untuk menolongnya.
Hampir
saja Yunbi melupakan lututnya yang terluka. Ia berjalan terseret-seret menahan
sakit disana.
Berjalan
beberapa menit dari halte, rupanya Minho masuk ke sebuah gedung berwarna hitam
yang menjulang tepat di pinggir jalan besar. Meskipun sedikit ragu dengan
tujuan Minho datang kemari, Yunbi masih saja mengekor Minho dari kejauhan.
Pokoknya Yunbi tidak boleh kehilangan jejak Minho jika ia ingin kembali ke
sekolah dengan selamat.
***
“Apa
yang kau lakukan disini?” itulah kata pertama yang Minho ucapkan ketika
menemukan Yunbi masih duduk di halte tempat ia meninggalkan namja itu sebelumnya.
“Tentu
saja menunggumu.” Jawabnya yakin.
Minho
membuang nafasnya keras-keras.
“Tapi…
kita sudah terlanjur membolos. Dan sekarang sudah pukul 12 lebih.” Yunbi
melirik ke jam tangan warna putihnya. “Aku lapar…” ucapnya sedikit merengek.
Minho
hanya mengalihkan pandangannya seolah berkata, ‘Bukan urusanku.’
“Ayolah
hyung…” Bujuk Yunbi meraih lengan Minho sambil menggoyangkannya. “Tidak bisakah
kau menraktirku? Hm??”
“Tch..”
hampir saja Minho mengumpat saking kesalnya.
“Jika
tidak, aku akan terus mengikutimu sampai manapun!”
Minho
mengerutkan dahinya. Tanpa sepatah katapun, ia mulai berjalan menyeberangi
zebra cross menuju sebuah restoran yang ada diseberang jalan.
“Atsaa!”
Yunbi mengikutinya dengan semangat. Namja itu kira Minho akan berhenti di
sebuah restoran toppokki, tapi setelah mengikutinya beberapa saat, Minho justru
berhenti di sebuah minimarket.
“Cepat
beli yang kau butuhkan.”
“I…ini…”
“Cepat
cari. Jika tidak aku akan pergi sekarang!”
“N-ne!”
Yunbi
sempat bingung apa yang harus ia beli di tempat itu, karena sebelumnya Yunbi
tidak pernah membeli makan siang di minimarket. Ia hanya sesekali membeli
snack, itupun untuk teman-teman sekelasnya.
Setelah
berputar beberapa kali, Yunbi membawa ramen, nasi instan, sosis dan juga keju
ke meja kasir. Disana Minho sudah menunggu dengan kesal, bersama dengan sebuah
susu rasa strawberry yang sudah siap ia bayar.
“Berapa
semuanya ahjussi?”
“17
ribu won.”
Kemudian
Minho mengeluarkan sebuah kartu kredit dari dalam dompetnya. Saat itulah tanpa
sengaja Yunbi melirik ada sebuah foto Minho sedang bersama seorang yeoja. Wajah
yeoja itu tidak asing, kalau tidak salah ia adalah yeoja yang sama dengan yang
ada di wallpaper hp milik Minho.
‘Hm?’
“Kenapa
diam saja? Kau tidak akan memasak semua itu?” Tanya Minho melihat Yunbi yang
melamun sambil berjalan menuju meja depan minimarket.
“Ah
ini…” Yunbi menggaruk kepalanya. “Sebenarnya, aku tidak yakin bagaimana cara
memasak ini semua. Aku hanya pernah melihatnya di… drama.”
Minho
melirik tajam. ‘Cobaan apa lagi ini?’ pikirnya.
Aneh
sekali. Yunbi sudah sering membeli bermacam-macam makanan yang mahal, tapi kali
ini hanya dengan 17 ribu won ia tidak menyangka bisa menemukan citarasa seenak
ini. Entah Minho itu keturunan koki atau tidak, yang jelas ramen beserta semua
bahan tadi bisa disulapnya menjadi hidangan sekelas bintang lima. Yah… padahal
itu hanyalah ramen.
“Ah…
aku kenyang sekali!” Yunbi mengusap perutnya. “Gomawoyo Hyung! Sekarang kita
bisa pulang!”
“Tunggu
sebentar!” Minho menyuruh Yunbi duduk dengan gerakan dagunya.
Yunbi
sempat bingung, dan hanya menuruti saran Minho. Tapi selanjutnya namja itu
dibuat terkejut ketika minho mulai melipat celana trainingnya dan memasangkan
sebuah plester di lututnya. Ah… hampir saja Yunbi lupa kalau ia tadi terjatuh
di dalam bus.
“Gomawo~ng.”
Ucap Yunbi campur aegyo.
Minho
hanya bangkit tanpa menghiraukan ucapan namja itu. Ia hampir menyentuh bibir
jalan sampai ada sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik yang berhenti
didepannya. Hanya beberapa detik setelah berhenti, kedua pintu bagian
belakangnya terbuka. Disusul dengan orang-orang berbaju rapi yang keluar dari
sana dan menuju ke arah Minho.
Kejadian itu begitu cepat,
sampai Yunbi tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Ia hanya merasa bahwa telah
mencegah Minho untuk dibawa pergi oleh mobil itu tapi…
“Lepaskan! Lepaskan aku!” kedua
tangan Yunbi dipegang dengan kuat. Ia memberontak. Dan tiba-tiba ada sesuatu
yang menutup hidungnya, dan selanjutnya… semua tiba-tiba berubah menjadi gelap.
-To Be Continue-
Weel, ternyata Taemin bisa menerima Yunbi dengan baik dan Yunbi bisa mengatasi permasalahannnya dengan baik hehehe
dan sekarang muncul problem baru lagi, Minho dan Yunbi diculik!
penasaran dengan kelanjutannya?
jangan lupakan FF ini ya readers!
Ya? ya? ya???
#aegyo
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWahh jd gk sbar nunggu part selanjutnya. Jgn lama" ya Eonnie.Oh iya salam kenal ya Eon, aku reader baru di sni, Acha imnida, 16 y.o *bow*
ReplyDeletewahhh yaampun ngga nyangka ternyata masih ada yang mau baca ihi
Deletepart selanjutnya udah di post ya!
gomawooo
iya eon, barusan aku udh bca part selanjutnya dan ff nya keren bgt & bikin penasaran, semangat yaa eon ngelanjutin ff nyaaa *^_^*
DeleteThis comment has been removed by the author.
Deletewaah iyaa makasih yaa
Deletepart selanjutnya ditunggu yaa