Pages

Monday, 17 October 2016

FF SHINee : Pixie Rain [Part 7]


Anyyeong untuk orang orang yang masih belum melupakan ff ini!! heheh
dengan tanpa dosa(?) saya kembali datang untuk melanjutkan FF ini.
maapkaeunnn saya yeorobeuunn
tapi beneran kalo lagi ngga mood, ngga bisa bikin FF hikss


dan keajaiban(?) pun terjadi beberapa hari kemarin.
karena stok film saya habis, saya jadi ngga ada kerjaan lain selain nerusin FF yang udah lumutan ini.
ngga tanggung2, cuman 2 hari saya udah bisa bikin sampe part 12 hehehe

jadi tenaang, part2 selanjutnya dijamin ngga pake lama :D
untuk yang mau baca part sebelumnya, bisa klik DISINI






Tittle                    : Pixie Rain [Part 7]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!



                Gesekan sepatu terdengar lirih dengan tempo yang tidak beraturan. Langkah itu bergerak dengan cepat mengitari lapangan olah raga, mengabaikan udara pagi yang terasa lembab sehabis hujan. Tap… tap… tap… Awalnya terdengar begitu keras, begitu bersemangat, namun lama kelamaan suara itupun berubah pelan.
                “Aku menyerah!” Suara seorang namja bercampur nafas yang berat terdengar. Ia mengangkat tangannya lalu ambruk di tepi lapangan dengan kepala yang menghadap ke  langit.
Ternyata hukuman ini lebih sulit dari yang dibayangkan. Belum lagi matahari sudah mulai bergerak ke atas, menyorotkan sinarnya yang dengan berani menyentuh kulit, meninggalkan butiran air di setiap pori-porinya.

                Yunbi hanya tertawa melihat ke arah Taemin. Padahal tadinya namja itu bersemangat sekali mendapatkan hukuman hari ini, karena ia pikir ia akan mendapatkan kesempatan untuk menghindari pelajaran matematika yang di ampu oleh Mr. kim. Tapi ternyata lapangan ini jauh lebih lebar daripada alasan polos yang terbesit dikepalanya.
                “Apa hanya segini kekuatanmu?” sindir Yunbi menyenggol ujung sepatu Taemin. “Kupikir kau namja tulen.” Lanjutnya sambil ikut tiduran di samping namja itu.
                Taemin menengok ke sebelah kanannya dengan wajah yang kesal, “Apakah ketulenan hanya bisa diukur dengan kekuatan berkeliling lapangan seperti ini huh?”
                Yunbi tertawa sekali lagi. Ia mengalihkan pandangannya dari Taemin menjadi ke atas langit yang biru cerah tak berawan. Taemin pun ikut-ikutan melihat ke atas langit, ia terdiam. Kemudian keduanya tampak sibuk menyelami khayalan versi mereka sendiri sambil tersenyum. Dan lamunan itupun ditutup oleh nafas yang mereka hembuskan di saat yang hampir bersamaan.
                “Aku tidak menyangka bisa terjebak seperti sekarang.”
                “…”
 “Bahkan plot cerita dongeng yang dibuat oleh Walt Disney tidak pernah seaneh jalan hidupku.” Dia membuang nafas lagi. “Tidak bisakah aku berharap setiap hari dalam waktu dua puluh empat jam selama tujuh hari, tiga puluh hari dan bahkan tiga ratus enam puluh lima hari secara full terus menerus dituruni hujan agar aku bisa menjalani hidup seperti sebelumnya?”
                “Dalam sudut pandangku, itu justru lebih menarik dari cerita manapun.” Ujar Taemin setelah berfikir sejenak. “Kau seperti peri yang hanya datang disaat hujan. Anggap saja begitu.”
                Gantian Yunbi yang diam.
                “Dan hanya orang-orang yang beruntung yang bisa melihatmu.” Ia tersenyum simpul. “Lalu jika hujan berhenti, kau akan kembali berubah seperti manusia biasanya. Menjadi namja.” Taemin tampak bangga dengan cerita karangannya. “Keren bukan??”
                Pletak! Yunbi melayangkan jitakannya di kepala namja itu. “Kau pikir menjadi namja itu normal, sedangkan yeoja itu tidak? Lalu aku ini apa??”
                Yang di marahi justru tertawa puas. Ia kemudian bangkit saat teringat dengan sesuatu. “Tapi… bagaimana jika kau berubah lagi seperti kemarin? Bukankah itu tidak bisa diprediksi?” Taemin menerawang. “Bagaimana jika kau berubah disaat sedang berada di tengah banyak orang, didalam kelas, atau bahkan di asrama saat sedang bersama Minho hyung?” matanya membola menyorotkan kehororan.
                “Untuk itu sudah aku pikirkan.” Jawab Yunbi santai.
                “Bagaimana caranya? Apakah kau punya kekuatan mengendalikan hujan? Atau kau bisa berpindah tempat dan bahkan menghentikan waktu selama satu menit seperti yang dilakukan Do Minjoon?”
                Sepertinya Taemin memang kebanyakan menonton drama sampai khayalannya menjadi eror begini.
                “Sebaiknya kita mampir ke kantin dulu sebelum kembali ke dalam kelas, Taemin.” Ajak namja itu lalu bangkit.
                “Tapi kau belum menjawab pertanyaanku, Bi yahh…” Taemin ikut bangkit mengekor dibelakang Yunbi. “Yunbi-yaaa~~~”
***
                Jam pelajaran ketiga dimulai. Mr Yoo selaku guru olah raga sudah siap dengan topi dan celana trainingnya berdiri tepat di tengah-tengah lapangan. Meskipun cuaca kurang bersahabat, Mr Yoo tetap tampak bersemangat menyuruh semua anak didiknya untuk berbaris dengan rapi disana. Sebagian dari mereka mengeluh karena biasanya di cuaca seperti ini kegiatan akan dilakukan didalam ruangan, tetapi Mr Yoo bersikeras untuk mengumpulkan mereka semua di lapangan. Karena Mr Yoo percaya langit yang mendung akan segera berubah cerah, secerah senyumnya kala itu.
                Berbeda dengan teman-teman sekelasnya, Yunbi sejak pergantian kelas tadi sudah tampak gelisah berulang kali mengecek jam tangannya. ‘Jam tangan pintar’ hadiah kakaknya saat ulang tahun beberapa bulan yang lalu itu terhubung dengan hp milik Yunbi, dimana terdapat aplikasi weather yang akan memberikan ‘peringatan’ dikala hujan akan datang. Karena mendung sudah terlihat menggantung di langit sejak tadi, Yunbi memilih untuk lebih dulu bersembunyi di gudang belakang tempat ganti pria di gedung olahraga.
                Ia membuang nafas beratnya begitu melihat keluar jendela. Tak lama kemudian ternyata hujan benar-benar datang.
Dari kejauhan tampak semua murid Mr Yoo berlarian meninggalkan lapangan sepak bola. Rupanya dugaan Mr Yoo salah. Banyak dari murid-muridnya menggerutu karena baju olah raga yang mereka pakai terpaksa menjadi basah. Tapi yang luput dari perhatian Yunbi adalah bahwa… mereka berlarian memasuki gendung olahraga tempat ia bersembunyi sekarang! Meskipun Taemin mengatakan bahwa gudang ini jarang dimasuki, tapi ada beberapa alat olahraga yang diletakkan disana.
Tempat ini sangat riskan.
Dengan cepat akhirnya Yunbi keluar dari pintu belakang, dan saat itu juga dia bertabrakan dengan seseorang…
“Jeosong…” ucap orang itu spontan. Suara beratnya yang tidak asing membuat Yunbi terkejut.
Untung saja Yunbi menutupi wajahnya dengan hoodie yang cukup besar (karena aslinya untuk ukuran pria dan sekarang Yunbi tengah bertubuh wanita). Langsung saja yeoja itu berlari menjauhi gedung olahraga dan bersembunyi di belakang gedung asrama pria. Disana banyak pepohonan dan semak-semak, dekat dengan ‘jalan pintas’ untuk keluar. Yang bisa Yunbi lakukan hanya menata nafasnya sambil duduk menempel tembok, bersembunyi dari kemungkinan orang yang datang.
“Minho Hyung… aku yakin orang tadi adalah Minho Hyung…” Ia menurunkan bahunya. “Hampir saja…”
Yunbi kembali mengecek jam tangannya. Hampir pukul 11 siang. Sepertinya sebentar lagi hujan akan reda. Yunbi bisa segera kembali ke gedung sekolah.
Dua puluh menit berselang, hujan benar-benar reda. Yunbi sempat memastikan wajahnya melalui cermin bahwa dia sudah kembali menjadi pria, sebelum akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya.
Saat itulah Yunbi melihat sosok namja melintas didepannya.
Orang itu lagi…
“Minho Hyung… Mau kemana dia?”
Karena penasaran, Yunbi nekat mengikuti langkah Minho keluar sekolah. Setahu Yunbi, Minho adalah siswa berprestasi. Pasti ada alasan dia membolos sekolah. Eh… Dia sudah membolos sejak tadi, apakah dia juga tengah menunggu hujan reda?
“Hyung… tunggu!”
Minho tidak menoleh. Ia tetap berjalan mendekati halte bus yang ada diseberang jalan. Tepat ketika Minho sampai disana, sebuah bus pun berhenti didepannya. Namja itu lalu mengangkat kaki kanannya untuk naik ke dalam bus dan… tanpa sadar Yunbi pun mengekor dibelakang teman satu kamarnya ini.
Glek!
“Kau… apa yang kau lakukan disini?” baru saja duduk di kursi, Minho terkejut mendapati Yunbi yang berdiri didepannya.
 “A…Aku…”
Saat itu juga bus berjalan, Yunbi yang tidak sempat berpegangan langsung terhuyung kedepan. Lututnya mendarat lebih dulu di lantai bus yang kasar. Hampir semua penumpang menjerit lirih karena kaget. Yunbi hanya meringis.
“Kau tidak pa-pa?”
Yunbi kira dia salah dengar. Tapi suara Minho terlalu familiar di telinganya.
 “Duduklah.”
Saat itu bus memang penuh penumpang, satu-satunya tempat duduk yang kosong adalah tempat duduk yang sudah dipakai Minho sebelumnya. Dan sekarang tak ada pilihan lain selain menawarkan itu pada Yunbi.
Sambil bergantungan dengan cuek disamping Yunbi, Minho menggumam. “Jangan kira aku memiliki maksud tertentu, aku berbaik hati padamu hanya karena tidak ingin orang lain melihatku sebagai seorang namja yang buruk.”
Yunbi melihat kea rah Minho yang tidak membalas tatapannya. Kemudian namja itu pelan-pelan melirik ke arah lututnya, sepertinya ada bercak merah yang muncul di celana training warna kuning yang ia pakai.
Beberapa menit terdiam, Minho menekan tombol merah di dekat jendela, tanda ia ingin turun. Yunbi pun ikut bangkit. Ia memberanikan diri menepuk pundak Minho dari belakang. Minho menoleh dengan malas.
“Aku tidak bawa uang. Bisakah kau membayar biaya Bus ini?”
Namja yang awalnya tetap menghadap kedepan itu langsung memutar badannya..
“Apa yang kau…”
“Adeul… apakah kau tidak jadi turun?” potong pak supir yang sudah siap kembali menjalankan busnya.
“Ne ahjussi.” Minho terpaksa mengurungkan niatnya. “Aku bersama namja ini (membayar).”
Dan bus berwarna hijau itupun melesat meninggalkan mereka berdua. Yunbi masih mematung beberapa langkah dari tempat dia turun dari bus. Sedangkan Minho menatapnya dengan kesal.
“Aku sedang tidak mood untuk berdebat denganmu, jadi sebaiknya kau kembali sekarang.”
“Tapi Hyung…” aku tidak membawa uang sepeserpun. Yunbi melanjutkannya dalam hati begitu mengetahui Minho langsung berjalan meninggalkannya.
Pikiran Yunbi langsung blank. Dimanakah ini? Ia tersesat di tempat yang belum pernah ia kunjungi, sementara Minho sudah pergi menjauh.
Tapi tak ada waktu banyak, daripada Yunbi harus bingung memilih kemana ia harus mencari bantuan, lebih baik sekarang ia mengejar Minho yang mulai berbelok di jalan setapak. Yunbi tahu betul ia tak ingin membuat Taemin membolos hanya karena untuk menolongnya.
Hampir saja Yunbi melupakan lututnya yang terluka. Ia berjalan terseret-seret menahan sakit disana.
Berjalan beberapa menit dari halte, rupanya Minho masuk ke sebuah gedung berwarna hitam yang menjulang tepat di pinggir jalan besar. Meskipun sedikit ragu dengan tujuan Minho datang kemari, Yunbi masih saja mengekor Minho dari kejauhan. Pokoknya Yunbi tidak boleh kehilangan jejak Minho jika ia ingin kembali ke sekolah dengan selamat.
***
“Apa yang kau lakukan disini?” itulah kata pertama yang Minho ucapkan ketika menemukan Yunbi masih duduk di halte tempat ia meninggalkan namja itu sebelumnya.
“Tentu saja menunggumu.” Jawabnya yakin.
Minho membuang nafasnya keras-keras.
“Tapi… kita sudah terlanjur membolos. Dan sekarang sudah pukul 12 lebih.” Yunbi melirik ke jam tangan warna putihnya. “Aku lapar…” ucapnya sedikit merengek.
Minho hanya mengalihkan pandangannya seolah berkata, ‘Bukan urusanku.’
“Ayolah hyung…” Bujuk Yunbi meraih lengan Minho sambil menggoyangkannya. “Tidak bisakah kau menraktirku? Hm??”
“Tch..” hampir saja Minho mengumpat saking kesalnya.
“Jika tidak, aku akan terus mengikutimu sampai manapun!”
Minho mengerutkan dahinya. Tanpa sepatah katapun, ia mulai berjalan menyeberangi zebra cross menuju sebuah restoran yang ada diseberang jalan.
“Atsaa!” Yunbi mengikutinya dengan semangat. Namja itu kira Minho akan berhenti di sebuah restoran toppokki, tapi setelah mengikutinya beberapa saat, Minho justru berhenti di sebuah minimarket.
“Cepat beli yang kau butuhkan.”
“I…ini…”
“Cepat cari. Jika tidak aku akan pergi sekarang!”
“N-ne!”
Yunbi sempat bingung apa yang harus ia beli di tempat itu, karena sebelumnya Yunbi tidak pernah membeli makan siang di minimarket. Ia hanya sesekali membeli snack, itupun untuk teman-teman sekelasnya.
Setelah berputar beberapa kali, Yunbi membawa ramen, nasi instan, sosis dan juga keju ke meja kasir. Disana Minho sudah menunggu dengan kesal, bersama dengan sebuah susu rasa strawberry yang sudah siap ia bayar.
“Berapa semuanya ahjussi?”
“17 ribu won.”
Kemudian Minho mengeluarkan sebuah kartu kredit dari dalam dompetnya. Saat itulah tanpa sengaja Yunbi melirik ada sebuah foto Minho sedang bersama seorang yeoja. Wajah yeoja itu tidak asing, kalau tidak salah ia adalah yeoja yang sama dengan yang ada di wallpaper hp milik Minho.
‘Hm?’
“Kenapa diam saja? Kau tidak akan memasak semua itu?” Tanya Minho melihat Yunbi yang melamun sambil berjalan menuju meja depan minimarket.
“Ah ini…” Yunbi menggaruk kepalanya. “Sebenarnya, aku tidak yakin bagaimana cara memasak ini semua. Aku hanya pernah melihatnya di… drama.”
Minho melirik tajam. ‘Cobaan apa lagi ini?’ pikirnya.
Aneh sekali. Yunbi sudah sering membeli bermacam-macam makanan yang mahal, tapi kali ini hanya dengan 17 ribu won ia tidak menyangka bisa menemukan citarasa seenak ini. Entah Minho itu keturunan koki atau tidak, yang jelas ramen beserta semua bahan tadi bisa disulapnya menjadi hidangan sekelas bintang lima. Yah… padahal itu hanyalah ramen.
“Ah… aku kenyang sekali!” Yunbi mengusap perutnya. “Gomawoyo Hyung! Sekarang kita bisa pulang!”
“Tunggu sebentar!” Minho menyuruh Yunbi duduk dengan gerakan dagunya.
Yunbi sempat bingung, dan hanya menuruti saran Minho. Tapi selanjutnya namja itu dibuat terkejut ketika minho mulai melipat celana trainingnya dan memasangkan sebuah plester di lututnya. Ah… hampir saja Yunbi lupa kalau ia tadi terjatuh di dalam bus.
“Gomawo~ng.” Ucap Yunbi campur aegyo.
Minho hanya bangkit tanpa menghiraukan ucapan namja itu. Ia hampir menyentuh bibir jalan sampai ada sebuah mobil mewah berwarna hitam metalik yang berhenti didepannya. Hanya beberapa detik setelah berhenti, kedua pintu bagian belakangnya terbuka. Disusul dengan orang-orang berbaju rapi yang keluar dari sana dan menuju ke arah Minho.
                Kejadian itu begitu cepat, sampai Yunbi tidak bisa mengingatnya dengan jelas. Ia hanya merasa bahwa telah mencegah Minho untuk dibawa pergi oleh mobil itu tapi…
                “Lepaskan! Lepaskan aku!” kedua tangan Yunbi dipegang dengan kuat. Ia memberontak. Dan tiba-tiba ada sesuatu yang menutup hidungnya, dan selanjutnya… semua tiba-tiba berubah menjadi gelap.
-To Be Continue-

 Weel, ternyata Taemin bisa menerima Yunbi dengan baik dan Yunbi bisa mengatasi permasalahannnya dengan baik hehehe
dan sekarang muncul problem baru lagi, Minho dan Yunbi diculik!
penasaran dengan kelanjutannya?
jangan lupakan FF ini ya readers!
Ya? ya? ya???
#aegyo

6 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. Wahh jd gk sbar nunggu part selanjutnya. Jgn lama" ya Eonnie.Oh iya salam kenal ya Eon, aku reader baru di sni, Acha imnida, 16 y.o *bow*

    ReplyDelete
    Replies
    1. wahhh yaampun ngga nyangka ternyata masih ada yang mau baca ihi

      part selanjutnya udah di post ya!
      gomawooo

      Delete
    2. iya eon, barusan aku udh bca part selanjutnya dan ff nya keren bgt & bikin penasaran, semangat yaa eon ngelanjutin ff nyaaa *^_^*

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
    4. waah iyaa makasih yaa
      part selanjutnya ditunggu yaa

      Delete