Selamat pagiiiii~
Udah lama ngga nongol yaa
Mianhe, karena ada satu dan lain hal(?) jadi baru bisa posting sekarang
Mau bawa lanjutan cerita yang kemareen
kali ini part 6 yaa
buat yang belum baca part 5 bisa dibaca DISINI
Hiyaaa~
Nanggung ya?
buat yang masih bingung kenapa yunbi bisa langsung berangkat sekolah lagi, tunggu lanjutannya yaa
muaah :*
Udah lama ngga nongol yaa
Mianhe, karena ada satu dan lain hal(?) jadi baru bisa posting sekarang
Mau bawa lanjutan cerita yang kemareen
kali ini part 6 yaa
buat yang belum baca part 5 bisa dibaca DISINI
Tittle : Pixie Rain
[Part 6]
Author :
Ichaa Ichez
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
“Hy…Hy…Hyung…” Taemin membuka
pintu kamar sambil tergagap. Kedua tangannya berkeringat.
“Kenapa kau mengunci pintunya
huh?” Minho terusik karena harus menunggu di luar pintu cukup lama. “Aku tadi
mendengar suara seseorang. Siapa itu?”
Yang ditanya lantas terkesiap.
“ANIYO HYUNG! Tidak ada siapa-siapa disini.” sanggahnya cepat.
Minho menyipitkan kedua matanya,
melayangkan tatapan curiga pada Taemin. Ia tidak langsung percaya pada namja
itu dan memilih berjalan menuju kamar mandi untuk memastikannya sendiri.
“Kau
tahu kan, aku paling tidak suka dengan orang asing.”
“Chakkamannyo, Hyung!”
Minho
hampir saja mencapai kamar mandi sebelum akhirnya dicegah Taemin dengan
tubuhnya yang merapat ke depan pintu. “Hyuuung~” rengek namja itu bercampur
aegyo.
“Wae?
Apa kau menyembunyikannya didalam?”
“Aniyo!
Aniyo! Aku tidak…”
Minho
yang tidak sabar langsung membuka pintu kamar mandi diikuti dengan tubuh Taemin
yang jatuh ke lantai karena berusaha mencegahnya.
‘Andwae…!’
Beruntung
tidak ada siapapun disana.
Jantung
Taemin hampir saja lepas dengan tindakan Minho yang tiba-tiba. Namun ia masih
tidak sanggup bernafas lega saat mengetahui bahwa Yunbi tengah bersembunyi
tepat di balik pintu kamar mandi. Yunbi tertunduk dengan telapak tangan yang
menutup mulutnya rapat-rapat. Yeoja itu melihat ke arah Taemin yang duduk di
lantai dengan tatapan memelas. Jika Minho maju satu langkah saja, mungkin hidup
Yujin habis saat ini juga.
“Lihat
Hyung!” Taemin langsung bangkit. “Tidak ada siapapun bukan?”
Minho
mengerutkan dahinya.
“Ah!
Ini sudah hampir jam 3 sore, bukankah kau harus mengikuti try out untuk
persiapan ujian?” coba Taemin mengalihkan perhatian. “Sebaiknya kau bergegas
Hyung, jika tidak kau akan mendapatkan masalah.”
Beruntung
Minho lantas teringat tujuannya kembali ke asrama untuk mengambil barangnya
yang tertinggal.
“Cepat
Hyung! Jangan sampai kau terlambat!”
Beberapa
menit kemudian terdengar suara pintu kamar yang ditutup.
Saat
itulah Taemin menurunkan bahunya karena sepuluh tahun kehidupan yang ia
lewati rasanya hampir saja terenggut. Ia
malah baru ingat kalau kamarnya bukanlah ruangan hampa udara karena sejak tadi
Taemin bahkan lupa untuk menarik nafas.
“Bi-ya!
Sekarang sudah aman!” bisik Taemin di balik pintu kamar mandi, meminta untuk
Yunbi keluar.
Perlahan
pintu kamar mandi pun bergerak ke depan diikuti dengan langkah seorang yeoja yang
muncul dari baliknya. Taemin yang semula panik seketika justru mematung tanpa
sepatah katapun.
“Gomawo
Taemin, kukira kau akan memberitahu Minho tentang keberadaanku.”
“A…a…ani.”
Ia melibaskan tangannya. “Aku tidak mungkin melakukan itu…”
Bahu
Yunbi menurun, sedikit tersenyum. Saat itulah jantung Taemin dag-dig-dug. Baru
kali ini ia melihat seorang yeoja yang lebih cantik daripada Naeun.
Taemin
yakin Yunbi sedang tidak menggunakan make up, tapi wajahnya tampak begitu cerah
dengan pipi yang merona kemerahan. Bibir yeoja itu tipis dan kedua mata
bulatnya bersinar memancarkan kepolosan. Tubuhnya terlihat sedikit pendek
dibandingkan Yunbi versi namja, hanya sedikit. Tapi terlihat sangat
proporsional jika di bandingkan dengan tubuh yeoja pada umumnya. Dan lagi,
suara Yunbi terdengar begitu merdu. Sebelas dua belas jika dibandingkan dengan
suara IU yang sering Taemin dengar lewat drama-drama romantisnya.
Taemin
tetap bisa menemukan kecantikan sosok Yunbi terlepas dari baju serta celana
Yunbi yang kedodoran dan rambutnya sedikit berantakan.
“Yu…
Yunbi… Kau…. Apa kau benar-benar yeoja?” Tanya Taemin pada akhirnya.
Bagaimanapun juga ia belum bisa percaya sepenuhnya bahwa yeoja yang berdiri
didepannya sekarang adalah namja yang selama ini jadi teman sekamarnya.
Yunbi
mengangguk pelan.
“Lalu
selama ini bagaimana kau bisa menjadi namja? Dulu… eh maksudku kemarin… eh
bukan, tapi tadi…” Taemin mendadak grogi. “Kau namja sungguhan kan? Ah… kita
bahkan sudah pernah mandi bersama!”
Yunbi
bergidik jika mengingat kejadian itu.
“…Dan
sekarang… kau yeoja sungguhan? Kenapa bisa terjadi seperti ini? Aku tidak bisa
mempercayainya. Apakah ini hanya trik sulap? Ataukah aku sedang dikerjain?
Apakah ini sebuah variety show? Dimana kamera tersembunyinya? Halo halo…”
Taemin malah bertingkah random. Ia mulai mengitari kamar untuk mencari
kalau-kalau ada kamera yang tersembunyi disana.
Tampaknya
kejadian ini sudah membuat Taemin hilang akal.
“Aku
juga tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti ini Taemin.”
Suara
Yunbi langsung menghentikan aktivitas Taemin saat itu juga. Ketika ia menoleh,
ia menemukan Yunbi hampir saja menangis. Tatapannya terlihat putus asa.
Sangat
tidak asing.
“Baiklah… anggap saja semua ini benar.”
Meskipun Taemin masih ingin bertanya lebih banyak lagi tapi ia menahannya.
“Jika memang sudah terlanjur seperti sekarang, apa yang akan kau lakukan?”
Yunbi
hanya membalas tatapan Taemin tanpa suara. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan
itu.
“Pertama-tama
sebaiknya aku membawamu keluar dari sini. Bagaimanapun juga ini asrama pria,
kau tidak aman berada didalam.” Ucap Taemin akhirnya.
Berbekal
sebuah topi, masker dan juga hoodie, Taemin membawa Yunbi keluar dari sana.
Kebetulan diluar sedang hujan deras, sebagian siswa memilih untuk tetap didalam
kelas, sementara sisanya memilih tidur didalam asrama. Tak ada yang melakukan
aktivitas diluar, memudahkan Taemin membawa Yunbi menjauhi sekolahnya.
“Kau
mau pesan apa?”
Yunbi
membuka topi dan maskernya. “Caramell macciatto.” Ia kemudian berbisik pada
Taemin. “Apa disini aman?”
Taemin
tersenyum tipis. “Tak ada yang mengenalimu Yunbi. Tenang saja.”
Mereka
memutuskan untuk berdiam sejenak di sebuah café dekat sekolah sambil menunggu
hujan reda. Kebetulan sore itu café tampak sepi. Lagipula jika ada yang melihat
Yunbi tidak akan menjadi masalah, karena Yunbi sepenuhnya sudah berubah menjadi
‘orang lain’.
“Kau
pasti sangat terkejut melihat sosokku yang sekarang.” Yunbi tampak menyesal
karena dia harus berubah dihadapan Taemin di tengah situasi yang tidak
mendukung.
“Gwenchana.
Bukankah kita teman? Eh… teman…” ia ragu-ragu mengatakannya.
“Tentu
saja. Tidak peduli Yunbi versi manapun, kau akan tetap menjadi temanku.”
Taemin
tersenyum girang.
“Sebaiknya
aku mencoba menelpon appaku dan memintanya untuk menjemputku kesini.”
Taemin
yang sedang menyeruput kopi langsung mengangguk cepat.
Tut….tut…tut…
nomor yang anda tuju….
Tidak
diangkat.
Yunbi
mencobanya lagi.
Tetap
tidak diangkat.
“Mungkin
appa sedang sibuk.”
Taemin
tidak berani berkomentar. “Apa kau dulu tinggal Seoul?” tanyanya mengalihkan perhatian.
Takut Yunbi sedih karena appanya tidak mengangkat telpon.
Yunbi
mengangguk. “Bagaimana kau tahu?”
“Ketara
dari dialekmu.” Jawabnya. “Bagaimana kau bisa masuk ke Seungri? Waktu itu kan
kau yeo… maksudku…”
“Aku
berubah tepat sebelum aku masuk. Itu terjadi begitu saja…”
Tentu
saja Taemin tidak bisa langsung percaya jawaban itu.
“Aku
tahu ini aneh. Tapi memang begitu kenyataanya Taemin.” Yunbi setengah frustasi.
“Saat itu ketika aku sampai sini aku sempat mencoba kabur. Tiba-tiba hujan
deras dan aku berlari ke depan sebuah toko untuk berteduh. Lalu tanpa kusadari
aku tertidur, dan saat aku terbangun…” ia mendadak menghentikan ucapannya.
Kedua matanya membola.
“Dan
saat kau terbangun…?” Taemin mengulang ucapan Yunbi karena penasaran.
“ASTAGA!
KALUNG!”
***
Rintik air hujan menyentuh
permukaan atap kemudian mengalir hingga jatuh ke atas tanah. Langit tak juga
kunjung cerah. Masih terlihat awan pekat keabu-abuan meski hari sudah mulai
berjalan lebih dari setengah putarannya. Burung-burung kembali ke dalam
sarangnya, berlomba-lomba dengan sinar yang perlahan berubah menjadi kegelapan.
Belum
ada tanda-tanda akan reda. Tapi waktu akan terbuang sia-sia jika tidak mulai
bergerak dari sekarang.
Yunbi
berjalan dengan langkah yang berat. Dengan bawaan ‘seadanya’ yang diambilkan
Taemin dari asrama, dia berniat untuk meninggalkan kota Busan menuju Seoul sore
itu juga.
“Apa
kau yakin?”
Itu
adalah pertanyaan kesekian kalinya yang dilontarkan Taemin pada Yunbi sejak
beberapa saat yang lalu. Tapi jawaban Yunbi tetap sama. Bahwa ia harus pulang
secepatnya.
Tidak
ada pilihan lain. Lagipula Yunbi sudah kembali ke bentuk ‘aslinya’.
Yunbi
sudah cukup putus asa dengan kalung yang tidak bisa lepas dari lehernya. Ia sempat
mencari toko yang sebelumnya menjual kalung itu, tapi tidak ada. Bahkan di
deretan pertokoan depan SMA Seungri memang tak pernah ada toko aksesoris sama
sekali. Semua hanyalah toko penjual makanan. Padahal Yunbi sangat yakin toko
itu berada tepat dibelakang halte tempat ia menunggu taksi sekarang. Dan kini
yang terlihat disana merupakan café yang baru saja ia dan Taemin masuki.
Penjualnya mengaku cafe itu sudah berdiri lebih dari 5 tahun.
Lalu
dimana sebenarnya toko aksesoris penjual kalung yang tengah dipakai Yunbi
sekarang?
Yunbi
hampir gila dengan semua ini. Ah tidak ia memang sudah gila sekarang. Bahkan
tenaganya sudah habis hanya untuk merutuki kenyataan aneh yang tengah terjadi.
Menangis?
Yunbi sudah melakukannya berulang kali, tapi kenyataan tetap tidak berubah.
“Yunbi
apa kau yakin?”
Yunbi
menatap ke arah Taemin. Matanya sembab. “Apa kau punya pilihan lain?” tanyanya
balik.
Taemin
menunduk. Yunbi tidak punya. Tapi yang Taemin rasakan sekarang adalah bahwa ia
tidak ingin Yunbi pergi secepat ini. Hanya dalam beberapa jam setelah melihat
Yunbi versi yeoja saja Taemin bisa memastikan bahwa ‘mereka’ berdua benar-benar
orang yang sama. Entah namja atau yeoja, ‘mereka’ tetap saja Yunbi.
Mereka
berdua sama-sama cengeng. Sama-sama sulit untuk mempercayai orang lain. Sama-sama
lebih suka memegang gelas dengan tangan kiri dibandingkan tangan kanan.
Sama-sama suka memainkan jari-jari ketika sedang gugup. Sama-sama sering
menyibakkan poni dalam dua puluh detik. Sama-sama suka membasahi bibir.
Sama-sama memiliki sorot mata yang bersinar. Sama-sama memiliki nada bicara
yang tinggi. Sama-sama… mereka berdua sama…
Seujujurnya
dari dulu Taemin sering menjadi sasaran bully. Disekolah manapun ia akan tetap
dijahili oleh teman sekolahnya. Bahkan ketika ia masuk ke SMA Seungri dimana
tidak ada seorangpun yang mengenalinya, Taemin tetap saja mendapatkan bully.
Jangankan mengharapkan seorang teman, bermimpi untuk menjadi ‘siswa normal’
saja Taemin tidak berani. Selama ini ia hanya bisa tersenyum untuk menutupi
semua ketakutan-ketakutannya.
Tapi
saat Yunbi datang, Taemin merasa mimpinya sedikit demi sedikit bisa tercapai.
Ia tidak butuh menjadi siswa yang disukai oleh semua teman sekelasnya, baginya
memiliki satu saja sudah lebih dari cukup. Meskipun pada awalnya Yunbi punya
sikap yang judes dan sarkatis, tapi Taemin tahu bahwa Yunbi memiliki hati yang
baik. Begitu juga dengan Minho. Dibalik sikap dinginnya, Minho merupakan
seseorang yang penuh perhatian. Karena itulah Taemin bisa menjadi fans beratnya
^^
Dan
sekarang jika Yunbi pergi begitu saja, Taemin akan kembali menjadi siswa korban
bully. Ah tidak, tapi siswa korban bully yang tidak memiliki teman sama sekali.
Taemin rela jika ia terus dibully sampai ia lulus nanti, tapi jika harus
kehilangan teman sampai lulus nanti… Taemin tidak sanggup membayangkannya.
Taemin tidak peduli entah Yunbi itu namja ataukah yeoja, dengan segala keanehan
yang dimilikinya, ia tetap ingin Yunbi menjadi temannya. Tidak hanya sekarang,
tidak hanya berhenti sampai disini, atau hanya sampai ia lulus nanti, tapi
selamanya…
“Jangan
pergi…”
Yunbi
menoleh, memastikan ia tidak salah dengar kalimat itu keluar dari bibir Taemin.
“Apa
kau bilang?”
“Jangan
pergi… Bi.” Taemin menggenggam pergelangan tangan yeoja itu. “Kumohon tetaplah
disini.” Ragu-ragu ia mengatakannya. “Menjadi temanku…”
***
“Kriiingggg~”
Bell masuk sekolah menggaung di
sepanjang sudut sekolah. Semua siswa berlarian menuju kelas, sebagian dari
mereka masih berada diluar sehingga harus bergegas sebelum para guru memasuki
ruangan. Beberapa siswa bahkan terpaksa berjingkat melewati lapangan karena
harus menghindari sisa kubangan air akibat hujan yang terjadi kemarin malam.
Mr. Kim selaku wali kelas
sebelas dua mulai keluar dari ruangannya. Begitu melihat ada beberapa siswa
yang masih berada di koridor, ia langsung mengeluarkan tongkat saktinya untuk
memukul beberapa dari mereka. Ia masih sempat memberikan hukuman sambil terus
berjalan mendekati kelas sebelas dua yang terletak di pojok gedung sekolah.
Begitu Mr. Kim masuk, aura-aura
aneh mulai menyelimuti kelas itu. Semua siswa langsung melipat kedua tangan
sambil menunduk, takut kalau bertemu tatapan dengan wali kelas mereka. Karena
biasanya Mr. Kim akan membahas hal yang tidak-tidak seperti…
“Woohyun, tumben sekali kau
sudah masuk.” Ucapnya saat melihat woohyun cs sudah menduduki kursinya.
“Kupikir hari ini kau sudah siap menerima hukumanku karena terlambat, tapi
sayang sekali aku harus memberikannya lain kali..”
Woohyun hanya membuang muka
sambil memajukan bibir tebalnya.
“Oke… selamat pagi anak-anak.”
Barulah Mr. Kim menyapa semua siswa. “Saya akan mulai mengabsen pagi ini…”
“Hong Jonghyun!”
“Hadir.”
“Song Joongki!”
“Hadir.”
“Kim Woobin!”
“Hadir.”
(Bias actor semua lolololol)
“Lee Taemin!”
Tak ada suara.
“Lee Taemin!”
“…. Hadir pak!” Jawabnya dengan
suara ngosh-ngosan. Taemin memegangi lututnya sambil menarik nafas dalam-dalam.
Dibelakangnya berdiri sosok Yunbi yang juga tak kalah capek karena baru saja
berlarian menuju kelas.
“Dari mana saja kalian?!?!”
Yunbi menata nafasnya. “Kami…
dari asrama pak!”
“Jam segini baru datang. Kalian
saya hukum!” Mr. Kim ber api-api. “Keliling lapangan olah raga 20 kali…
sekarang juga!”
Tapi anehnya mereka berdua
justru tampak bahagia. Taemin bahkan berlari sambil tertawa terbahak-bahak. Ia
berjanji akan mentraktir Yunbi jika ia sanggup lebih dulu menyelesaikan
hukuman. Taruhan yang aneh batin Yunbi, tentu saja ia iklas jika Taemin lebih
dulu menang. Karena ia tidak perlu capek-capek berkompetisi dengan namja itu.
Padahal baru kemarin Yunbi
merengek sambil menangis karena perubahan yang tidak ia duga. Tapi hari ini ia
justru tersenyum lebar. Yunbi pikir tak ada salahnya jika ia singgah sejenak
sambil menguak misteri yang tiba-tiba hadir dalam hidupnya. Selain bisa membuat
satu orang bahagia, sebenarnya juga karena Yunbi tidak memiliki pilihan lain.
Ah tidak, ia tetap memilikinya.
Antara mau menghadapi semua ini ataukah lari dari kenyataan.
Dan Yunbi memilih opsi yang
pertama…
Sambil
terus menyibakkan poni dalam dua puluh detik…ia akan menjalaninya.
-To
Be Continue-
Nanggung ya?
buat yang masih bingung kenapa yunbi bisa langsung berangkat sekolah lagi, tunggu lanjutannya yaa
muaah :*
jangan lama-lama postnya min
ReplyDeletemin part 7 jgn lma2
ReplyDeletemin part 7 jgn lma2
ReplyDelete