Pages

Sunday, 23 August 2015

FF SHINee : Pixie Rain [Part 4]



Selamat hari Minggu!
di hari minggu yang cerah ceria ini author kembali dengan membawa paket ayam spesial dengan saus sambal khas kota jogja dengan dua es teh manis! hehehe
ayo ngaku siapa yang udah lupa sama part sebelumnya!!
boleh intip disini :)
 di part 4 kali ini akan (kembali) ada cameo. banyak malahan wkwk
langsung aja ya!




Tittle                    : Pixie Rain [Part 4]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “BRAK!!”
                Suara gaduh terdengar dari arah belakang panggung gedung theater.
                “Akk… aww... sakit huh?” Yunbi mengusap lengannya yang terkena rak property setelah didorong oleh salah satu geng iljin.
                Mereka tertawa keras, “Kenapa teriakanmu seperti yeoja huh? Tunjukkan pada kami kemampuanmu!” tantang salah satu dari mereka yang memiliki name tag bertuliskan Hoya.
                “Apa yang sebenarnya kalian inginkan?” Yunbi enggan meladeni. Dari sorot matanya, namja itu sama sekali tidak terlihat takut. Di sekolah yang lama Yunbi memiliki begitu banyak ‘penggemar’ yang siap membantunya, belum lagi ayah Yunbi merupakan orang yang cukup berpengaruh. Yunbi tidak pernah memiliki perasaan takut pada siapapun yang berdiri dihadapannya.
                “Kami hanya ingin bersenang-senang.” Jawab siswa lain yang hanya memiliki satu huruf dalam name tag nya, L.
                “Kalau begitu pergilah ke ruang karaoke. Bukankah disana lebih menyenangkan?”
                Mereka terlihat tidak suka dengan jawaban Yunbi.
                “Berani-beraninya kau… Bugh!” sebuah pukulan mendarat di pipi Yunbi tanpa ba-bi-bu.
                “AAAWWW… aku bilang sakiiiit!” Yunbi menjerit sambil memegangi pipi kanannya. Seumur-umur baru sekali ini Yunbi mendapatkan pukulan. Bahkan ayahnya tidak berani melakukan itu. Dan sekarang justru namja tengik seperti mereka yang semena-mena memukul Yunbi padahal ia tidak melakukan kesalahan.
                “Kalian! Apa kalian tidak memiliki sopan santun?” omel Yunbi kesal. “Berani-beraninya kalian memukul seorang…” yeoja seperti ini. Yunbi tidak meneruskan kata-katanya. Ia hampir lupa dengan keadaan ia sekarang.
                Mereka kembali tertawa. “Kau benar-benar cerewet seperti yeoja huh? Lama-lama mulutmu akan bungkam sampai kau tidak bisa berbicara lagi. Apa kau mau?” kali ini seseorang bernama Woohyun yang maju.
                “Jika kau berani melakukannya aku akan…”
                “Akan apa?” Woohyun mendorong keras bahu Yunbi kebelakang. “Apa yang akan kau lakukan?!?”
                ‘Aku akan melaporkanmu pada… semua penggemarku!’ Yunbi hanya bisa mengatakannya dalam hati. ‘Ah tidak… tapi akan melaporkanmu pada ayahku!’ sekali lagi niat yang ada dalam hati Yunbi tidak bisa ia lontarkan dari bibirnya. Yunbi tahu ia tidak bisa melakukan semua itu. Yunbi tahu kalaupun ia mengatakannya, semua hanya akan berakhir menjadi lelucon.
                “KATAKAN!” Woohyun semakin kesal. “Apa yang akan kau lakukan!!!”
                “Tok! Tok! Tok!” sebuah ketukan dari luar pintu membuat semua yang ada di backstage seketika mematung. “Apa ada orang didalam? Cepat buka pintunya!”
                 Mereka semua terjebak. Pintu itu adalah satu-satunya akses untuk keluar.
                “Ce…cepat buka!” Woohyun menyuruh Hoya untuk maju. Dengan tangan yang bergetar akhirnya Hoya membuka pintu backstage dan saat itulah Mr Kim bersama dengan Mr Yoo masuk.
                “Apa yang kalian lakukan disini?” Mr Kim mencium sesuatu yang tidak beres.
                “Ka…kami hanya…”
                “Latihan! Haha… iya kami hanya latihan drama seongsaenim.” Sahut yang lain mencari-cari alasan.
                “Apa itu benar?”
                “Tentu saja! Benar kan Hyung?”
                Semua pandangan tertuju pada Sunggyu yang sejak tadi diam. Hanya dia satu-satunya namja yang belum menyentuh Yunbi sama sekali. Diantara semua siswa disana, Sunggyu lah yang paling senior karena dia merupakan siswa kelas dua belas. Karena itu pula ini pertama kalinya Sunggyu bertemu dengan Yunbi.
                “Ne.” Jawab namja itu singkat. Mata sipitnya menatap kea rah Yunbi datar.
                Namun Mr. Yoo masih belum bisa percaya, ia melihat kea rah Yunbi yang berdiri tertunduk di pojokan.
                “Apa yang sebenarnya terjadi, Bi? Apakah yang mereka katakan benar?”
                Yunbi mengusap sudut bibirnya yang berdarah kemudian mendongak. Sepintas ia melihat tatapan para geng iljin yang tampak tegang. Jika Yunbi mengatakan semuanya sekarang, habislah mereka semua.
                “Tidak pa-pa, kau bisa mengatakan semuanya pada kami.” Mr. Yoo membujuk Yunbi sekali lagi. Ia tahu ada yang tidak beres. Apalagi wajah Yunbi tampak babak belur seperti sekarang.
                “Ani seongsaenim, itu semua benar.” Jawab Yunbi. “Kami hanya sedang bersenang-senang.”
***
                Sekitar pukul 1 siang, pintu ruang konsultasi yang terletak di ujung lorong akhirnya terbuka. Mr Kim selaku wali kelas yang baru saja menanyakan hal terkait kejadian tadi tampak keluar dengan membawa sebuah map. Disusul dengan kepergian Yunbi yang meninggalkan ruang itu menuju kelas. Namun tepat di belokan koridor, ternyata sudah ada beberapa orang yang menunggunya dengan tidak sabar.
                “Apa yang kau katakan? Kau tidak mengatakan yang sebenarnya kan?” Woohyun yang bertanya dengan penasaran masih meninggikan nadanya agar terdengar sedikit angkuh dihadapan Yunbi.
                Yunbi menyeringai. “Kalian berhutang satu kali padaku.” Jawabnya mengisyaratkan bahwa ia telah menyelamatkan ‘nyawa’ para geng iljin itu kali ini.
                Mereka terlihat menghela nafas lega, namun kembali menatap Yunbi dengan garang. “Kau… urusan kami denganmu belum selesai.”
                Yunbi pun menanggapinya dengan santai. “Silakan lakukan semau kalian.” Ia tersenyum licik. “Jika kalian melakukannya sekali lagi maka hutang kalian padaku akan menjadi dua kali lipat.” Jawabnya kemudian membalik badan dan berjalan menuju kelas sambil bersiul riang.
Namun belum juga Yunbi sampai kelas, seorang namja dengan telapak tangan yang berkeringat sudah menghadangnya didepan pintu. Sorot mata namja itu tampak panik. Ia langsung meraih kedua lengan Yunbi untuk memastikan bahwa tak ada luka di tubuh namja itu.
                “Bi-yah! Apa kau tidak apa-apa kan?”
                Yunbi sempat kaget tapi justru balik bertanya, “Kau tidak mengikuti pelajaran?”
                “Tidak… Mr Kim tidak mengajar karena harus mengintrogasimu terkait kasus pengeroyokan tadi.” Itu terdengar seperti Yunbi baru saja menemui seorang detektif. Taemin selalu mengungkapkan sesuatu secara berlebihan. “Ah bibirmu… Apa woohyun memukulmu begitu keras?”
                “Aku tidak apa-apa.”
                “Aniya! Itu tampak parah. Kita harus ke UKS sekarang juga!” Taemin langsung menyeret Yunbi tanpa ba-bi-bu.
                “YA! Aku bilang aku tidak pa-pa Taemin!” protes Yunbi mencoba melepaskan pegangan tangan namja itu. Tapi Taemin tetap bersikeras ingin pergi ke UKS. Belakangan Yunbi baru menyadari kalau tujuan namja itu membawa Yunbi ke UKS bukan karena ingin mengobati luka Yunbi, tapi karena ada maksud lain.
***
                Bell pulang sekolah berbunyi. Yunbi tidak menyangka hari pertamanya di sekolah ini berjalan lebih sulit dari yang ia bayangkan. Mulai dari jadwal pelajaran yang padat hingga urusan dengan geng iljin. Bisa mendengar bunyi bell pulang sekolah rasanya seperti baru saja menemukan sebuah oasis di padang pasir, sangat melegakan.
Yunbi sedikit mengusap luka di wajahnya yang mulai membiru sambil berjalan lambat menuju ke asrama. Tidak ketinggalan, disampingnya berdiri sosok Taemin yang seharian mengikutinya dengan setia seperti seorang sasaeng fan. Secara sukarela bahkan namja itu menawarkan diri untuk membawakan semua barang milik Yunbi karena khawatir dengan tubuh Yunbi yang baru saja terkena pukulan.
                “Kau menyukainya?” Tanya Yunbi tiba-tiba sambil menaiki tangga asrama menuju lantai dua.
                “Ye?” Taemin menaikkan kedua alisnya.
                “Gadis yang tadi…” Yunbi menoleh ke belakang, “KAU MENYUKAI ‘GADIS UKS’ TADI KAN?”
                “Ya! Ya! Ya!” Cepat-cepat Taemin naik dua anak tangga untuk menyamakan langkahnya dengan Yunbi. “Jangan keras-keras huh? Nanti ada yang mendengar!” ucap namja itu sambil menempelkan jari telunjuk didepan bibirnya yang tebal.
                Yunbi justru terkekeh melihat Taemin yang kelabakan.
                “Kau… bagaimana kau bisa tahu?”
“Itu bahkan seperti tertulis dengan jelas di jidatmu huh!” Yunbi menepuk jidat Taemin pelan. “Jadi seperti itu tipe yeoja idamanmu?” diam-diam Yunbi membandingkan yeoja tadi dengan dirinya sebelum menjadi namja. Jika saja Taemin lebih dulu bertemu dengan Yunbi pasti ia akan jatuh cinta pada Yunbi. Itu yang ada dalam pikirannya.
                “Siapa namanya tadi?” Tanya Yunbi lagi. “Na…na..”
                “Naeun. Nama yeoja itu Naeun.”
***
                Selepas makan malam beberapa hari kemudian, tiba-tiba terdengar teriakan keras yang berasal dari asrama nomor 305. Bukan karena ada ular di kamar mandi, melainkan karena Taemin yang terlampau girang setelah mendapatkan hadiah kecil dari Yunbi. Berulang kali ia menciumi ponselnya seakan-akan itu adalah kupon undian senilai 500 juta won yang baru saja ia menangkan.
                “Malam ini pesan apa yang harus aku kirimkan, Bi? ‘Selamat malam?’ ‘Apakah kau sudah tidur?’ atau….. ‘Hai sayang?’ ‘Apa kau merindukanku?’ whuaaaa!” Ia tampak begitu senang bahkan ketika kata-kata itu masih ada dalam bayangannya.
                Meski sering sekali memalukan, tapi ada kalanya kelakuan polos Taemin membuat Yunbi tertawa seperti sekarang.
                “Tapi… bagaimana caranya kau bisa mendapatkan nomor telpon Naeun? Apakah kau melakukan sesuatu untuknya?” Tanya Taemin penasaran. “Atau kau merayunya?”
                Yunbi membuang muka, berlagak misterius.
                “Seolma….” Ekspresi bahagia namja itu langsung berubah dengan sebuah tatapan curiga. “Kau tidak menyukainya bukan?”
                “Mwo?” Yunbi reflek memukul wajah Taemin dengan bantal, membuat namja itu terjatuh ke tempat tidur. “Yang benar saja! Seharusnya kau berterimakasih karena aku sudah memberikannya padamu huh?”
                Taemin kembali duduk lalu mencoba memegang kedua telapak tangan Yunbi yang langsung ia tangkis.
“Arraseo… arraseo… Gomawo Bi-nim!” Ucapnya sambil beraegyo. Yunbi mendadak ingin muntah. “Tapi dulu aku pernah meminta nomer hpya dan dia tidak mau memberikannya padaku. Jadi tolong ceritakan apa yang kau lakukan sampai dia dengan mudah member nomornya padamu Bi-yaahh. Jebal… hmm? Hhhmmm??” Taemin memohon dengan nada tinggi persis seperti suara dubber dalam tokoh kartun.
                “Ya! Ya! Ya! Geumanhae!” Yunbi mengacak rambut Taemin karena sebal. “Itu tidak penting! Yang penting sekarang kau sudah mendapatkannya bukan?” ucapan Yunbi dibalas dengan anggukan tidak ikhlas dari Taemin.
                Padahal itu sederhana. Hari ini adalah tepat 5 hari Yunbi masuk sekolah, dimana ia harus memutuskan ekstrakulikuler apa yang akan ia ikuti nantinya. Dan Yunbi memilih untuk masuk ke ekskul piano dan melukis. Secara kebetulan Naeun pun mengikuti ekskul yang sama. Ia tinggal menyimpan nomer yeoja itu dari yang tertera di buku biodata para anggota ekstrakulikuler. Jadilah, sekarang nomer itu tersimpan di dalam ponsen milik Taemin.
                “Ah iya, karena kau sudah memberikan nomer ponsel Naeun padaku, malam ini bagaimana kalau kau kutraktir makan?”
                Yunbi yang semula ingin bangkit ke kamar mandi lantas menoleh ke arah Taemin. Baru kali ini ada orang lain yang memberikan tawaran itu pada Yunbi selain Oppa nya saat beliau masih berada di korea. Selama ini selalu Yunbi yang menraktir teman-temannya, karena jika ia tidak melakukannya maka mereka akan kompak tidak membalas pesan dari Yunbi. Rasanya sedikit canggung ketika Yunbi mendengarkan tawaran itu dari orang yang baru dikenalnya.
                “Ini sudah malam. Setengah jam lagi gerbang asrama akan ditutup.” Jawab Yunbi. “Sebaiknya lain kali saja.”
                “Ani! Ani! Aku akan tetap menraktirmu!” Taemin bangkit sambil menggoyangkan tangannya menolak. “Jika kau takut tertangkap, biar aku yang keluar untuk membelikanmu makanan. Dibelakang area sekolah ada toko JOKBAL yang sangat enak! Kau harus mencobanya.”
                “Tidak perlu Taemin, lagipula aku sudah kenyang.”
                Taemin justru tersenyum sambil mengambil jaket dari gantungan belakang pintu asrama. “Tempatnya tidak jauh, dalam sepuluh menit pasti aku akan kembali. Tunggu ya!”
                “Tapi… Tae… hey!”
                “Cklek!” pintu tertutup.
                Yunbi membuang nafasnya keras-keras. Percuma melarang namja itu pergi karena dia memang tipe keras kepala yang sulit untuk mendengarkan ucapan orang lain. Meskipun beberapa hari ini Taemin selalu patuh dengan semua perintah yang Yunbi ucapkan, seperti membersihkan kamar misalnya, namun namja itu juga tidak jarang mengabaikan keinginan Yunbi ketika Yunbi merasa sesuatu hal tidak seharusnya dilakukan. Taemin selalu berfikir sebaliknya.
                “Cklek!”
                “Cepat sekali kau…”
                Itu Minho. Yunbi langsung mengalihkan pandangannya saat menyadari orang yang datang bukan Taemin. Hampir saja Yunbi melupakannya. Semenjak ia pindah ke kamar ini, ia sangat jarang bertemu dengan namja itu. Paling tidak hanya satu kali sehari.
                Pagi hari disaat Yunbi membuka matanya, biasanya Minho sudah siap dengan pakaian rapi kemudian berangkat sekolah. Namja itu akan pulang tepat sebelum, hampir atau melebihi beberapa menit pukul 10 malam. Setelah datang ia akan mandi lalu tidur. Tak ada satupun kata-kata yang pernah Yunbi dengar keluar dari mulutnya. Satupun.
                Dan sama seperti malam ini, Minho masuk ke dalam kamar kemudian mandi tanpa berkata apapun. Yunbi hanya menggerutu dalam hati karena ia selalu merasa diabaikan oleh namja arogan itu.
                Tuutt…. Tuuutt…. Tuuttt….
                Ponsel Minho yang ia letakkan diatas tempat tidur tiba-tiba berbunyi. Yunbi melirik sepintas tapi enggan memberitahu namja itu kalau ponselnya berdering. Lagipula itu urusan Minho, bukan dirinya.
                Tuutt…. Tuuutt…. Tuuttt….
                Sempat berhenti sebentar, ponsel itu kembali berdering. Yunbi mengacak rambutnya karena kesal mendengar suara itu.
                “Hy…hyu…Hyung! Ada telepon!” Yunbi sudah berusaha menurunkan egonya dengan memberitahu Minho akan dering telpon dari namja itu. Tapi tak ada reaksi apapun.
                Tuutt…. Tuuutt…. Tuuttt….
                Ini yang ketiga kalinya semenjak dering itu sempat berhenti. Kesabaran Yunbi sudah habis.
                “HYUUNGG! Ponselmu bordering!!” kali ini Yunbi sudah menggengam ponsel itu dan siap-siap menggedor pintu. Namun belum sempat Minho keluar, telpon itu kembali berhenti berdering.
                “Eh?” Yunbi melirik kea rah handphone Minho untuk memastikannya, namun justru ada sesuatu yang membuat ia tertarik.
                “Cklek!” Pintu kamar mandi terbuka. Yunbi yang tengah berdiri tepat didepannya sempat bertukar tatapan beberapa detik sampai Minho menyadari ponsel yang namja itu genggam adalah miliknya.
                “Apa yang kau lakukan?!” Tanya Minho langsung merebut handphone itu kasar.
                “I…itu….”
-To Be Continue-


 Tuh kan ada member infinite. ada naeun juga hahaha. aku ngga bermaksud bikin mereka pairing(?) tapi karena sulli udah keluar dari fx(?) jadinya ya... (apaan maksudnya wkwk)
gimana? nanggung kaan. iya emang hihihi
part berikutnya semoga ngga mengecewakan.
sedikit bocoran, besok mulai ada kejadian antara yunbi - minho, dan rahasia taemin yang terkuak!
apakah itu?
ditunggu ya!!
ppyong~

No comments:

Post a Comment