Aku tidak melupakannya! aku bersumpah tidak melupakannya! wkwk ini pengakuan....
mungkin pada ngira aku masih inget ngga sama ff ini. au inget bangeet. cuma ya itu, mau ngepost ngga ada waktu semenjak cari kerja kemudian dapet kerjaan jadinya ya....
mianheyo yeorobeun....
lanjut part 2, disini aku bakalan pake kata gantinya 'namja itu' yaa, soalnya gimana2 si Yunbi sudah jadi namja tulen!
buat yang udah lupa sama part 1, bisa intip disini.
langsunga aja cekidot!
Tittle : Pixie Rain
[Part 2]
Author :
Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee
Taemin.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is
originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is
not real. Enjoy reading!
Sebuah
koper berwarna silver dengan tepian merah muda cerah tergeletak begitu saja
tepat disamping wastafel sebuah toilet umum. Satu demi satu orang yang
menggunakan fasilitas umum itu bergantian datang dan pergi tanpa ada yang
menghiraukan siapa pemilik koper silver yang sudah hampir satu jam berada
disana. Tak ada… sampai seorang petugas kebersihan mengetuk pintu toilet milik
Yunbi karena menebak masih ada seseorang yang berada didalam.
“Tuk…tuk…Tuk…” Ia mengetuk
dengan pelan. “Maaf apakah koper ini milik anda?”
Yunbi yang sejak tadi terduduk
diatas closet mendongakan kepala menatap pintu yang ada didepannya. Terdiam.
Berusaha menutup mulut demi menyembunyikan isak tangis disana. Yunbi tahu pasti
akan terdengar aneh jika seorang namja menangis. Tapi ia bukan namja. Ia tidak
ingin menjadi namja bahkan semua terlanjur seperti sekarang.
Yunbi
tidak tahu mengapa disaat ia membuka mata semua takdir begitu jahat padanya.
Apakah ini hanya mimpi? Tapi Yunbi sudah menunggu lebih dari satu jam untuk
terbangun, sayangnya ia justru harus dihadapkan oleh kenyataan pahit. Apakah
ini karena Yunbi sudah marah dengan ayahnya? Tapi seingat Yunbi, ayahnya tidak
memiliki teman seorang supranatural yang bisa merubah Yunbi seperti sekarang.
Yunbi sudah berulang kali menghubungi nomor keluarganya sampai ia bosan, sampai
ponselnya pun ikut bosan dengan batrai yang akhirnya mati. Yunbi terfikir untuk
menghubungi temannya, namun ia tak tahu harus bercerita dari mana. Malah Yunbi
baru menyadari temannya jarang sekali mau mengangkat telpon Yunbi kecuali
mereka yang memiliki permintaan.
Yunbi menghadapi jalan buntu.
Jangankan untuk pergi mencari jalan keluar, untuk membuka pintu saja ia tak
berani. Mana mungkin Yunbi harus pergi dengan dandanan seperti ini? Bisa
dipastikan semua isi koper Yunbi hanya baju-baju kesayangannya yang sebagian
besar dress atau kaos ketat berpasangan dengan hotpants. Kalaupun Yunbi
berhasil keluar, kemana ia harus pergi? Rumah? Yunbi tidak yakin orang tuanya
akan percaya dengan ceritanya hari ini. Malahan bisa-bisa Yunbi diusir mentah
mentah.
Begitu lama berfikir, Yunbi
bahkan sempat ingin bunuh diri. Tapi apa yang bisa ia lakukan jika disekitarnya
hanya ada sebuah closet dengan tissue gulung yang tinggal sedikit. Haruskah
Yunbi gantung diri dengan tissue toilet?
“Ya! Apa kau yakin rencana itu akan berhasil?” suara seorang namja
yang baru saja masuk ke dalam ruangan membuat Yunbi terkesiap. Ia kembali
menutup mulutnya.
“Tentu saja! Pasti akan menyenangkan. Hahaha.” Suara lain menyahut.
“Aku tidak sabar melihat bagaimana
ekspresinya.”
“Baiklah, jangan lupa beritahu aku kapan tanggal mainnya.” Mereka
tampak asik berdiskusi sesuatu yang tidak Yunbi ketahui. “Aku akan pastikan gudang belakang asrama sekolah kosong saat kau
melakukannya.”
Yunbi mengedipkan matanya dua
kali. Ia menyadari sesuatu.
“Kalau begitu sebaiknya kita kembali ke asrama sekarang juga. Aku tidak
ingin mendapatkan hukuman dari Mr. Yoo.”
Yang terdengar selanjutnya
adalah derap langkah yang berjalan menjauhi toilet itu. Meninggalkan Yunbi yang
tanpa sengaja mendapatkan sebuah ide gila yang tidak terfikir sebelumnya.
Yeoja
itu perlahan bangkit dan membuka pintu toilet. Dengan hati-hati ia mengintip
sekeliling ruangan toilet dan memastikan tak ada siapa-siapa disana. Langkah
selanjutnya cepat-cepat Yunbi menuju kea rah koper yang berada di sudut ruangan
dan membawanya masuk ke dalam bilik toilet. Yunbi sampai harus berjongkok
diatas closet karena bilik toilet itu sangat sempit untuk membuka koper. Meski
Yunbi yakin tidak ada satu bajupun yang akan cocok dengan dandannya sekarang,
tapi siapa tahu? Lagipula ia belum pernah membuka isi koper itu karena bibi
yang sudah menyiapkan semuanya.
Dalamnya
cukup lengkap, mulai dari beberapa lembar pakaian (yang ternyata sama seperti
apa yang Yunbi bayangkan), alat mandi, laptop, charger, boneka kesayangan
Yunbi, make up, sepatu, tas dan seragam sekolah (versi yeoja tentu saja). Untuk
hal-hal lain seperti buku, Yunbi yakin akan ia dapatkan dari sekolah. Namun
ternyata ada sebuah barang yang bisa menyelamatkan Yunbi, yaitu seragam olah
raga! Sebuah training, kaos dan jaket dengan warna sepadan yang biasa dipakai
untuk olah raga di musim dingin.
Yunbi
langsung mencobanya. Agak kekecilan tapi tidak terlalu ketat. Yunbi hanya perlu
menarik lengan dan celana trainingnya keatas agar penampilannya terlihat
sedikit wajar. Untuk alas kaki, Yunbi menggunakan sepatu kets dengan bagian
belakang yang ia injak. Akhirnya namja itu menarik gagang pintu dan berjalan
keluar.
Sebuah
cermin besar yang berada tepat didepan tempat Yunbi bersembunyi sejak tadi
menyambutnya dengan hangat. Yunbi mendekat dan mengamati wajahnya sekali lagi
dengan perasaan yang kembali bercampur jadi satu. Kedua tangannya ia tumpukan
diatas wastafel kemudian mengambil nafas panjang. Kini sudah saatnya Yunbi
mengambil keputusan gila yang bisa ia dapatkan. Yaitu menjadi siswa laki-laki
Seungri sampai ia benar-benar bisa menemukan alasan mengapa ia menjadi seperti
sekarang dan mencari cara bagaimana ia bisa kembali seperti dulu lagi.
Yunbi
tidak memiliki pilihan lain. Setelah mendengar percakapan dua siswa seungri
yang sebelumnya datang dan membahas ‘asrama’ sekolah itu, akhirnya Yunbi
memilih langkah ini. Bukan seperti dalam drama yang biasa ia tonton, Yunbi
secara fisik sepenuhnya adalah laki-laki. Kalaupun ia harus tinggal atau bahkan
melakukan pemeriksaan kesehatan, ia pasti akan bisa dengan mudah melewatinya.
Satu-satunya yang harus ia sembunyikan sekarang hanyalah… perasaannya.
Yunbi
membuang sebagian besar barang-barang dalam kopernya kecuali sesuatu yang
‘tidak menunjukkan identitas aslinya’ kemudian berjalan menuju Seungri High
School yang berada tepat diseberang toilet umum tempat ia bersembunyi. Pantas
saja salah satu siswa mereka sempat mampir disana sebelum akhirnya kembali ke
sekolah.
Jam
tangan miliknya sudah Yunbi buang, ia tidak tahu pasti jam berapa sekarang.
Yang jelas langit sudah mulai berubah jingga. Selangkah demi selangkah Yunbi
memasuki gerbang dan melewati taman depan sekolah yang begitu panjang. Jika
orang-orang berfikir akan langsung menemukan sekolah setelah melalui taman,
mereka salah. Karena kenyataannya Yunbi masih harus melewati gerbang yang kedua,
air mancur depan sekolah, baru kemudian area sekolah yang sangat luas.
Yunbi
tidak pernah mengetahui ada sekolah yang begitu mewah di tempat seperti ini.
Bahkan ini bukan ibu kota korea, melainkan Busan, kota pertama yang paling
banyak ditinggalkan para generasi muda untuk mencari nasib di ibukota. Sekolah
ini jauh lebih bagus ketimbang sekolah Yunbi sebelumnya. Apakah mereka sengaja
membangun sekolah di tempat ini untuk menghindari pengaruh negative dari
‘luar’?
“Annyeonghaseo…”
seorang guru dengan rambut yang digelung ke atas menyambut ramah kedatangan
Yunbi di teras gedung depan. Yunbi membungkuk.
“Perkenalkan
saya Song Jihyo, guru fisika di sekolah ini.” Yeoja berumur 30an yang nantinya
akan menjadi guru Yunbi itu terus berbicara sambil mempersilakan Yunbi berjalan
masuk. “Aku dengar dari security yang menjaga diluar, kau adalah siswa pindahan
dari SMA Taeyang (Sun). Siapa namamu?”
“Yu…
Yunbi. Kang Yunbi.”
“Ah
iya Yunbi. Aku sudah menerima berkas-berkasmu kemarin…”
DEG!
“…Tapi
mendengar namamu aku kira kau adalah yeoja, tidak kusangka kau seorang namja.”
Ia tersenyum. “Maafkan aku belum sempat membaca berkasmu karena sedang sibuk
mengurus akreditasi sekolah.”
Yunbi
bisa sedikit bernafas lega karena Miss Song belum membacanya. Jika iya, mungkin
rencana Yunbi akan gagal bahkan disaat ia belum sempat menginjakkan kakinya di
sekolah ini.
Mereka
berdua berjalan memasuki gedung depan dimana terdapat ruang guru, ruang kepala
sekolah beserta ruang administrasi lainnya. Yunbi tidak menyangka meski hari
sudah gelap masih banyak para pengajar yang duduk di ruang guru dengan tatapan
tertuju pada layar laptop dimeja mereka masing-masing.
“Tunggu
sebentar…” Miss Song menuju meja kerjanya dan mulai membuka beberapa map.
Tampaknya ia mencari berkas milik Yunbi, membuat namja itu seketika berkeringat
dingin.
“Dimana
ya… seingatku kemarin aku taruh disini…” Miss Song kelabakan memilah kertas
demi kertas diatas mejanya yang bertumpukan. Saat itu pulalah tiba-tiba angin
bertiup dari arah jendela yang berada tepat disamping meja Miss Song dan
membuat semua berkas miliknya berhamburan. “Aigooo…Aigoo…”
Yunbi
bangkit kemudian ikut memunguti kertas yang berserakan dilantai. Saat itulah ia
mengenali sebuah amplop berwarna coklat dengan lambang sekolah SMA lamanya.
Diatas amplop itu tertera subject: Surat perpindahan Siswa Kang Yunbi.
Cepat-cepat Yunbi mengambilnya dan menyembunyikan di balik jaketnya.
“Aduh
bagaimana ini semuanya jadi berantakan.” Miss Song mengusap dagunya kemudian
menatap Yunbi. “Kalau begitu kau langsung masuk ke asrama saja. Aku akan
mencarinya nanti.”
Dalam
hati Yunbi bisa menebak gurunya yang satu ini memiliki kepribadian yang ceroboh
dan juga pelupa. Beruntung beliau yang terpilih untuk mengurus perpindahan
Yunbi kemari.
“Mr.
Yoo!” panggil Miss Song pada seorang guru yang sedang berdiskusi dengan guru
lain disudut ruangan. “Ini adalah siswa pindahan dari Seoul. Bisakah kau
mengantarnya menuju asrama? Sepertinya dia sudah melewati perjalanan yang
begitu lama, jadi sebaiknya ia beristirahat sekarang.”
Mr.
Yoo mengangkat tangannya, meminta untuk menunggu sejenak sementara ia
membereskan semua berkas-berkasnya.
“Mr.
Yoo adalah guru olah raga sekaligus ketua asrama pria. Jika kau membutuhkan
bantuan, kau bisa meminta padanya.” Jelas Miss Song singkat. “Dan satu lagi,
besok jika kepala sekolah Mr. Ji sudah kembali dari Amerika, kau harus
menemuinya. Arraseo?
Yunbi
mengangguk.
“Aigoo….
Siapa siswa tampan ini?” sapa Mr Yoo menghampiri Yunbi sesaat setelah ia
membereskan semua berkas diatas meja kerjanya. Beliau menggunakan sebuah topi
dan memiliki sorot mata yang begitu ramah dibalik kacamata tebalnya. Sepertinya
orang ini yang sempat dibicarakan para siswa di toilet umum tadi.
“Kang…Yunbi.”
Jawab Yunbi.
“Yunbi?
Orang tuamu pasti mengharapkanmu seorang wanita saat kau masih dalam kandungan.”
Candanya sambil tertawa. “Kalau begitu aku akan memanggilmu ‘Bi’ saja.
Terdengar keren bukan? Kau jadi tampak seperti artis.” *Bi=Rain (Pemain Full
House).
Yunbi
tertawa kecil namun menyukai nama panggilan barunya.
“Eum…
di asrama 1, 2 dan 3 sudah penuh. Asrama 4 besok pagi akan ditempati siswa baru
dari New Zealand.” Mr Yoo berfikir sendiri sambil menuntun langkah Yunbi
meninggalkan gedung depan menuju gedung utama tempat proses belajar mengajar
dilakukan. “Biar kulihat…” Beliau mulai membuka sebuah map berisi nama siswa di
masing-masing kamar yang sejak tadi dibawanya.
“…Asrama
3 masih ada dua tempat kosong, ah tidak… satu tempat kosong sebenarnya. Tapi
apakah kau bisa bertahan?”
Yunbi
tidak yakin apakah itu pertanyaan yang dilontarkan padanya ataukah kebimbangan
Mr Yoo sendiri, yang jelas Yunbi bisa menebak kalau Mr Yoo adalah seseorang
yang sangat suka berbicara. Sejak mereka meninggalkan ruang guru, Mr Yoo sama
sekali belum menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutnya.
“Lewat
sini…”
Yunbi
pikir perjalanannya akan berhenti saat ia memasuki gedung utama, ternyata
tidak.
Di
ujung lorong gedung utama Yunbi kembali menemukan sebuah area yang begitu luas,
yang cukup membuatnya terperangah. Dibagian tengah terlihat taman dengan
lintasan pejalan kaki berbentuk plus (+) yang menghubungkan empat tempat
sekaligus. Disebelah kiri gedung utama, berdiri sebuah gedung empat lantai yang
tidak kalah besar dari gedung yang Yunbi lihat sebelumnya. Gedung itu memiliki
begitu banyak jendela tanpa balkon dengan cat berwarna biru cerah. Sementara di
sebelah kanan gedung utama, terdapat gedung yang tampak sama persis dengan
gedung diseberangnya. Hanya saja gedung itu berwarna pink cerah.
Mr. Yoo menunjuk ke arah kiri. “Itu adalah
asrama pria.” Ia beralih ke arah kanan. “Sedangkan ini asrama wanita.” Kemudian
melangkahkan kakinya ke koridor sebelah kiri. “Disebelah sana adalah gedung
olah raga, aula sekolah dan lapangan sepak bola. Kau bisa melihatnya nanti.”
Lanjut beliau menujuk ke seberang gedung utama, tepat di sisi luar antara kedua
asrama.
“….Kami
melaksanakan jam pelajaran mulai dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Kemudian
kegiatan dilanjutkan dengan ekstrakulikuler sampai antara jam 5 atau jam 6
sore. Setelahnya jam bebas. Namun gerbang asrama akan ditutup pukul 10 malam.”
Langkah Mr. Yoo kemudian berhenti di satu gerbang. “Ini adalah gerbang menuju ke
jalan pintu luar. Jadi kau bisa langsung masuk kemari tanpa melalui gedung
depan. Tapi ingat, tidak setelah pukul 10 malam.”
Yunbi
mengangguk.
Perjalanan
dilanjutkan memasuki gedung asrama. Yang dimaksud Mr. Yoo dengan asrama 1
sampai 4 adalah asrama lantai satu sampai 4. Baru kali ini Yunbi memasuki
asrama, apalagi asrama pria. Dari ujung lorong pintu masuk sampai tangga menuju
lantai 3 banyak sekali siswa berlalu lalang. Mereka semua menggunakan pakaian
santai, tapi juga ada beberapa yang bahkan hanya memakai kaos dalam.
Tidak
hanya dari sisi visual asrama yang membuat Yunbi sedikit terkejut, namun ia
juga mencium bau-bau aneh khas ‘kamar seorang pria’ disana. Yunbi sempat
melirik ke arah pintu kamar yang terbuka, didalamnya benar-benar tampak seperti
kapal pecah yang sudah lama karam(?). Sangat berantakan dan juga… bau. Mr Yoo
sempat menjelaskan jika para siswa hanya mendapatkan fasilitas laundry,
sedangkan kebersihan kamar dilakukan oleh masing-masing penghuni untuk menjaga
privasi.
Karena
penuh, Yunbi tak ada pilihan selain memasuki asrama 3 dengan kamar nomor 305.
Mr. Yoo sempat menjelaskan secara sepintas siapa yang akan menjadi teman
sekamar Yunbi, yaitu siswa di kelas 2 yang nantinya akan satu kelas dengan
Yunbi, dan juga siswa kelas 3 yang otomatis akan menjadi senior Yunbi nantinya.
Yunbi sangat penasaran seperti apa mereka, karena bagaimanapun juga ini
pertamakalinya Yunbi tidur bersama pria lainnya meski sekarang ia pun adalah
seorang pria.
Kamar
305 terletak di ujung lorong lantai tiga. Hampir saja Mr. Yoo membuka pintu,
tapi tangannya berhenti kemudian menatap Yunbi lagi. Ia tersenyum. “Apapun yang
terjadi kau harus bertahan di kamar ini, Bi. Kami tidak memiliki pilihan lain.
Kau sangat beruntung bisa diterima di sekolah ini karena kualifikasinya sangat
sulit….”
Yunbi
menaikan alisnya.
“…Dan
sekarang…silakan masuk…”
Begitu
pintu dibuka, sebuah teriakan keras membuat Yunbi terkejut dan reflek menutup
matanya.
“OMO!
Annyeonghaseo seongsaenim!” Sapa seorang namja berambut lebat dengan hanya
sehelai handuk menutupi bagian bawah tubuhnya menyambut Yunbi dan Mr. Yoo tanpa
persiapan.
“Aigoo…
Taemin-ah… Cepat pakai bajumu.”
Namja
bernama Taemin itu tidak sempat menyambar baju yang ia gantungkan di dinding
dan langsung berlari memasuki kamar mandi sambil protes tidak jelas.
“Seongsaenim seharusnya mengetuk pintu dulu sebelum masuk….!”
***
Sebuah
kamar dengan luas kurang lebih 5x5 meter, didalamnya terdapat pintu lain menuju
kamar mandi, tiga buah bed yang dua diantaranya merupakan tempat tidur
bertingkat, dua buah lemari, dua buah rak, dua buah meja belajar dan sebuah
jendela di sisi luar tanpa balkon. Sebelumnya Yunbi bisa membayangkan bagaimana
keadaan sebuah kamar namja di dalam asrama, namun ia tidak menyangka jika kamar
yang harus ia tempati keadaannya seperti ini.
Bagai
langit dan bumi, hanya kalimat itu yang paling pantas untuk menggambarkan
keadaan didalamnya. Tepat ditengah ruangan, terbentang lurus dari pintu masuk sampai
jendela, terdapat sebuah garis yang dibuat dengan plester berwarna merah.
Masing-masing di sisi kanan dan kiri batas plester itu keadaannya sangat
berlawanan.
Dari
penempatan barang-barang yang Yunbi lihat, pemilik si sisi kiri merupakan
seorang yang perfeksionis. Buku-buku pelajaran tertata dengan rapi, spray yang
terpasang di tempat tidur tampak kencang dan licin, rak yang berisi berbagai
macam barang pun terorganisir dengan baik dan tentu saja memudahkan sang
pemilik menemukan apa yang ia cari, tak ada sedikitpun noda yang terlihat di
lantai, sepatu yang beraneka ragam juga ditata dengan baik. Yunbi bisa menebak
sang pemilik merupakan penggemar olah raga, terlihat dari berbagai jenis sepatu
dan beberapa medali yang ia letakkan disana.
Berbeda
dengan sisi kiri, sisi kanan bahkan lebih parah dari kamar pria yang Yunbi
sebut sebagai ‘kapal pecah’ sebelumnya. Ini lebih cocok seperti
kandang-sapi-yang-sudah-lama-tidak-dibersihkan-kemudian-dihuni-oleh-kuda-binal-yang-kelaparan(?).
Jauh dari kata layak untuk ditempati. Tidak hanya bungkus makanan yang
berserakan, namun juga kulit kacang, kaos dalam, seragam, buku, charger, alat
elektronik, tissue yang sudah dipakai dan kotak makanan yang Yunbi tidak yakin
masih layak dikonsumsi atau tidak. Semuanya berserakan di seluruh sudut sisi
kanan mulai dari lantai, meja belajar, sampai tempat tidur. Tak hanya itu,
dinding kamar pun penuh dengan poster-poster yang ditata tidak beraturan mulai
dari poster Michael Jackson, beberapa girl band sampai poster para actor
seperti Kim Woobin dan Lee Minho.
‘Apakah
benar tempat ini masih dihuni oleh manusia?’ pikir Yunbi heran.
Tapi
anehnya, tidak seperti kamar-kamar lain yang memiliki kapasitas 4 orang, kamar
ini hanya berkapasitas 3 orang. Disisi kiri hanya terdapat satu bed tanpa
tingkat, sedangkan di sisi kanan terlihat 2 bed tingkat seperti yang lainnya.
Yunbi tidak berani menebak dimana nantinya ia harus tidur.
“Akk!!” sebuah lengkingan datang
dari pintu kamar mandi yang baru saja terbuka. Ia tampak kesakitan setelah
menendang sebuah kursi yang entah kenapa bisa berada disana. “Oh… apakah Mr.
Yoo sudah pergi?”
Yunbi tidak menjawab, hanya
memperhatikan namja itu dari atas sampai bawah. Meski telah menggunakan baju
yang sedikit kusut dan sebuah boxer bergambar sponge bob, rupanya tidak membawa
perubahan yang besar pada penampilan namja itu ketimbang sebelumnya.
Melihat Yunbi diam, namja itu justru
berlari ke arah Yunbi dengan penuh semangat kemudian memeluknya erat.
“KYAA!!!” keduanya berteriak hampir
bersamaan. Namun teriakan Yunbi bukan seperti teriakan namja pemilik kamar itu,
melainkan ia risih karena tiba-tiba dipeluk oleh seorang NAMJA.
“APA YANG KAU LAKUKAN?!?” Yunbi
mendorongnya kemudian menyilangkan tangan didepan dadanya.
Namja itu oleng kebelakang, tapi
justru tersenyum pada Yunbi begitu mereka bertatapan.
“Akhirnya aku punya teman baru di
kamar ini! Kya…kya! Kau akan menjadi teman baikku mulai sekarang!” dia melompat
girang sambil tertawa. Yunbi hampir saja gubrak(?) melihatnya.
“Ah iya, aku belum memperkenalkan
namaku.” Lanjutnya tiba-tiba berhenti lalu sedikit membetulkan poninya meski (lagi-lagi)
tidak membawa perubahan besar. “Annyeong! Aku Lee Taemin. Aku adalah salah satu
penghuni kamar ini. Sekarang aku duduk di kelas sebelas-dua. Hobiku makan,
tidur, menonton video, menonton drama dan bermain. Kau bisa memanggilku Taemin,
Tae, Min, atau Si Tampan.” Taemin memperkenalkan diri secara lengkap dan
mengakhirinya dengan aegyo.
Kali ini Yunbi bukan hanya hampir
saja gubrak, tapi ia mendadak mual melihatnya.
“…dan kau? Siapa namamu?”
Yunbi membuang nafas keras-keras dan
meletakan kopernya dilantai dengan terpaksa. “Aku Yunbi. Kau bisa memanggilku
dengan ‘Bi’.”
-To
Be Continue-
Hahaha udah ketebak kan siapa penghuni satunya dari kamar itu?? YAP! siapa lagi kalau bukan Minhow. tapi minho belum nongol di part ini hehe. mohon sabar...
untuk part selanjutnya aku ngga bisa janji. tapi kalau ada waktu bakalan langsung aku posting.
terimakasih untuk yang bersedia meninggalkan komentar. ppyong!
ff nya keren eon :),, kalo ada waktu jgn lupa part selanjutnya cpt2 diposting ya... ^.^ makasih :)
ReplyDeleteOh, jadi kalo hujan dia berubah jadi namja gitu? terus kalo hujan lagi gimana? berubah jadi yeoja lagi? bisa gawat dong kalo gitu..
ReplyDeletekeren jjang si yunbi apakah bakal jadi cowok selamanya ? :)
ReplyDeleteMr. Yoo ini pasti yoo jaesuk ya >< oiya kak btw pas si yunbi jadi cowok rambutnya langsung jadi style cowok gitu? Muka dia berubah juga ga? Entahlah pertanyaan itu tau2 terlintas :v fighting ayok lanjut lagiii hohoho
ReplyDelete