Pages

Sunday, 14 June 2015

FF SHINee : Pixie Rain [Part 2]



 Aku tidak melupakannya! aku bersumpah tidak melupakannya! wkwk ini pengakuan....
mungkin pada ngira aku masih inget ngga sama ff ini. au inget bangeet. cuma ya itu, mau ngepost ngga ada waktu semenjak cari kerja kemudian dapet kerjaan jadinya ya.... 
mianheyo yeorobeun....

lanjut part 2, disini aku bakalan pake kata gantinya 'namja itu' yaa, soalnya gimana2 si Yunbi sudah jadi namja tulen!
buat yang udah lupa sama part 1, bisa intip disini.
langsunga aja cekidot!



Tittle                    : Pixie Rain [Part 2]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Kang Yunbi, Choi Minho, Lee Taemin.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Sebuah koper berwarna silver dengan tepian merah muda cerah tergeletak begitu saja tepat disamping wastafel sebuah toilet umum. Satu demi satu orang yang menggunakan fasilitas umum itu bergantian datang dan pergi tanpa ada yang menghiraukan siapa pemilik koper silver yang sudah hampir satu jam berada disana. Tak ada… sampai seorang petugas kebersihan mengetuk pintu toilet milik Yunbi karena menebak masih ada seseorang yang berada didalam.
                “Tuk…tuk…Tuk…” Ia mengetuk dengan pelan. “Maaf apakah koper ini milik anda?”
                Yunbi yang sejak tadi terduduk diatas closet mendongakan kepala menatap pintu yang ada didepannya. Terdiam. Berusaha menutup mulut demi menyembunyikan isak tangis disana. Yunbi tahu pasti akan terdengar aneh jika seorang namja menangis. Tapi ia bukan namja. Ia tidak ingin menjadi namja bahkan semua terlanjur seperti sekarang.
Yunbi tidak tahu mengapa disaat ia membuka mata semua takdir begitu jahat padanya. Apakah ini hanya mimpi? Tapi Yunbi sudah menunggu lebih dari satu jam untuk terbangun, sayangnya ia justru harus dihadapkan oleh kenyataan pahit. Apakah ini karena Yunbi sudah marah dengan ayahnya? Tapi seingat Yunbi, ayahnya tidak memiliki teman seorang supranatural yang bisa merubah Yunbi seperti sekarang. Yunbi sudah berulang kali menghubungi nomor keluarganya sampai ia bosan, sampai ponselnya pun ikut bosan dengan batrai yang akhirnya mati. Yunbi terfikir untuk menghubungi temannya, namun ia tak tahu harus bercerita dari mana. Malah Yunbi baru menyadari temannya jarang sekali mau mengangkat telpon Yunbi kecuali mereka yang memiliki permintaan.
                Yunbi menghadapi jalan buntu. Jangankan untuk pergi mencari jalan keluar, untuk membuka pintu saja ia tak berani. Mana mungkin Yunbi harus pergi dengan dandanan seperti ini? Bisa dipastikan semua isi koper Yunbi hanya baju-baju kesayangannya yang sebagian besar dress atau kaos ketat berpasangan dengan hotpants. Kalaupun Yunbi berhasil keluar, kemana ia harus pergi? Rumah? Yunbi tidak yakin orang tuanya akan percaya dengan ceritanya hari ini. Malahan bisa-bisa Yunbi diusir mentah mentah.
                Begitu lama berfikir, Yunbi bahkan sempat ingin bunuh diri. Tapi apa yang bisa ia lakukan jika disekitarnya hanya ada sebuah closet dengan tissue gulung yang tinggal sedikit. Haruskah Yunbi gantung diri dengan tissue toilet?
                “Ya! Apa kau yakin rencana itu akan berhasil?” suara seorang namja yang baru saja masuk ke dalam ruangan membuat Yunbi terkesiap. Ia kembali menutup mulutnya.
                “Tentu saja! Pasti akan menyenangkan. Hahaha.” Suara lain menyahut. “Aku tidak sabar melihat bagaimana ekspresinya.”
                “Baiklah, jangan lupa beritahu aku kapan tanggal mainnya.” Mereka tampak asik berdiskusi sesuatu yang tidak Yunbi ketahui. “Aku akan pastikan gudang belakang asrama sekolah kosong saat kau melakukannya.”
                Yunbi mengedipkan matanya dua kali. Ia menyadari sesuatu.
                “Kalau begitu sebaiknya kita kembali ke asrama sekarang juga. Aku tidak ingin mendapatkan hukuman dari Mr. Yoo.”
                Yang terdengar selanjutnya adalah derap langkah yang berjalan menjauhi toilet itu. Meninggalkan Yunbi yang tanpa sengaja mendapatkan sebuah ide gila yang tidak terfikir sebelumnya.
Yeoja itu perlahan bangkit dan membuka pintu toilet. Dengan hati-hati ia mengintip sekeliling ruangan toilet dan memastikan tak ada siapa-siapa disana. Langkah selanjutnya cepat-cepat Yunbi menuju kea rah koper yang berada di sudut ruangan dan membawanya masuk ke dalam bilik toilet. Yunbi sampai harus berjongkok diatas closet karena bilik toilet itu sangat sempit untuk membuka koper. Meski Yunbi yakin tidak ada satu bajupun yang akan cocok dengan dandannya sekarang, tapi siapa tahu? Lagipula ia belum pernah membuka isi koper itu karena bibi yang sudah menyiapkan semuanya.
Dalamnya cukup lengkap, mulai dari beberapa lembar pakaian (yang ternyata sama seperti apa yang Yunbi bayangkan), alat mandi, laptop, charger, boneka kesayangan Yunbi, make up, sepatu, tas dan seragam sekolah (versi yeoja tentu saja). Untuk hal-hal lain seperti buku, Yunbi yakin akan ia dapatkan dari sekolah. Namun ternyata ada sebuah barang yang bisa menyelamatkan Yunbi, yaitu seragam olah raga! Sebuah training, kaos dan jaket dengan warna sepadan yang biasa dipakai untuk olah raga di musim dingin.
Yunbi langsung mencobanya. Agak kekecilan tapi tidak terlalu ketat. Yunbi hanya perlu menarik lengan dan celana trainingnya keatas agar penampilannya terlihat sedikit wajar. Untuk alas kaki, Yunbi menggunakan sepatu kets dengan bagian belakang yang ia injak. Akhirnya namja itu menarik gagang pintu dan berjalan keluar.
Sebuah cermin besar yang berada tepat didepan tempat Yunbi bersembunyi sejak tadi menyambutnya dengan hangat. Yunbi mendekat dan mengamati wajahnya sekali lagi dengan perasaan yang kembali bercampur jadi satu. Kedua tangannya ia tumpukan diatas wastafel kemudian mengambil nafas panjang. Kini sudah saatnya Yunbi mengambil keputusan gila yang bisa ia dapatkan. Yaitu menjadi siswa laki-laki Seungri sampai ia benar-benar bisa menemukan alasan mengapa ia menjadi seperti sekarang dan mencari cara bagaimana ia bisa kembali seperti dulu lagi.
Yunbi tidak memiliki pilihan lain. Setelah mendengar percakapan dua siswa seungri yang sebelumnya datang dan membahas ‘asrama’ sekolah itu, akhirnya Yunbi memilih langkah ini. Bukan seperti dalam drama yang biasa ia tonton, Yunbi secara fisik sepenuhnya adalah laki-laki. Kalaupun ia harus tinggal atau bahkan melakukan pemeriksaan kesehatan, ia pasti akan bisa dengan mudah melewatinya. Satu-satunya yang harus ia sembunyikan sekarang hanyalah… perasaannya.
Yunbi membuang sebagian besar barang-barang dalam kopernya kecuali sesuatu yang ‘tidak menunjukkan identitas aslinya’ kemudian berjalan menuju Seungri High School yang berada tepat diseberang toilet umum tempat ia bersembunyi. Pantas saja salah satu siswa mereka sempat mampir disana sebelum akhirnya kembali ke sekolah.
Jam tangan miliknya sudah Yunbi buang, ia tidak tahu pasti jam berapa sekarang. Yang jelas langit sudah mulai berubah jingga. Selangkah demi selangkah Yunbi memasuki gerbang dan melewati taman depan sekolah yang begitu panjang. Jika orang-orang berfikir akan langsung menemukan sekolah setelah melalui taman, mereka salah. Karena kenyataannya Yunbi masih harus melewati gerbang yang kedua, air mancur depan sekolah, baru kemudian area sekolah yang sangat luas.
Yunbi tidak pernah mengetahui ada sekolah yang begitu mewah di tempat seperti ini. Bahkan ini bukan ibu kota korea, melainkan Busan, kota pertama yang paling banyak ditinggalkan para generasi muda untuk mencari nasib di ibukota. Sekolah ini jauh lebih bagus ketimbang sekolah Yunbi sebelumnya. Apakah mereka sengaja membangun sekolah di tempat ini untuk menghindari pengaruh negative dari ‘luar’?
“Annyeonghaseo…” seorang guru dengan rambut yang digelung ke atas menyambut ramah kedatangan Yunbi di teras gedung depan. Yunbi membungkuk.
“Perkenalkan saya Song Jihyo, guru fisika di sekolah ini.” Yeoja berumur 30an yang nantinya akan menjadi guru Yunbi itu terus berbicara sambil mempersilakan Yunbi berjalan masuk. “Aku dengar dari security yang menjaga diluar, kau adalah siswa pindahan dari SMA Taeyang (Sun). Siapa namamu?”
“Yu… Yunbi. Kang Yunbi.”
“Ah iya Yunbi. Aku sudah menerima berkas-berkasmu kemarin…”
DEG!
“…Tapi mendengar namamu aku kira kau adalah yeoja, tidak kusangka kau seorang namja.” Ia tersenyum. “Maafkan aku belum sempat membaca berkasmu karena sedang sibuk mengurus akreditasi sekolah.”
Yunbi bisa sedikit bernafas lega karena Miss Song belum membacanya. Jika iya, mungkin rencana Yunbi akan gagal bahkan disaat ia belum sempat menginjakkan kakinya di sekolah ini.
Mereka berdua berjalan memasuki gedung depan dimana terdapat ruang guru, ruang kepala sekolah beserta ruang administrasi lainnya. Yunbi tidak menyangka meski hari sudah gelap masih banyak para pengajar yang duduk di ruang guru dengan tatapan tertuju pada layar laptop dimeja mereka masing-masing.
“Tunggu sebentar…” Miss Song menuju meja kerjanya dan mulai membuka beberapa map. Tampaknya ia mencari berkas milik Yunbi, membuat namja itu seketika berkeringat dingin.
“Dimana ya… seingatku kemarin aku taruh disini…” Miss Song kelabakan memilah kertas demi kertas diatas mejanya yang bertumpukan. Saat itu pulalah tiba-tiba angin bertiup dari arah jendela yang berada tepat disamping meja Miss Song dan membuat semua berkas miliknya berhamburan. “Aigooo…Aigoo…”
Yunbi bangkit kemudian ikut memunguti kertas yang berserakan dilantai. Saat itulah ia mengenali sebuah amplop berwarna coklat dengan lambang sekolah SMA lamanya. Diatas amplop itu tertera subject: Surat perpindahan Siswa Kang Yunbi. Cepat-cepat Yunbi mengambilnya dan menyembunyikan di balik jaketnya.
“Aduh bagaimana ini semuanya jadi berantakan.” Miss Song mengusap dagunya kemudian menatap Yunbi. “Kalau begitu kau langsung masuk ke asrama saja. Aku akan mencarinya nanti.”
Dalam hati Yunbi bisa menebak gurunya yang satu ini memiliki kepribadian yang ceroboh dan juga pelupa. Beruntung beliau yang terpilih untuk mengurus perpindahan Yunbi kemari.
“Mr. Yoo!” panggil Miss Song pada seorang guru yang sedang berdiskusi dengan guru lain disudut ruangan. “Ini adalah siswa pindahan dari Seoul. Bisakah kau mengantarnya menuju asrama? Sepertinya dia sudah melewati perjalanan yang begitu lama, jadi sebaiknya ia beristirahat sekarang.”
Mr. Yoo mengangkat tangannya, meminta untuk menunggu sejenak sementara ia membereskan semua berkas-berkasnya.
“Mr. Yoo adalah guru olah raga sekaligus ketua asrama pria. Jika kau membutuhkan bantuan, kau bisa meminta padanya.” Jelas Miss Song singkat. “Dan satu lagi, besok jika kepala sekolah Mr. Ji sudah kembali dari Amerika, kau harus menemuinya. Arraseo?
Yunbi mengangguk.
“Aigoo…. Siapa siswa tampan ini?” sapa Mr Yoo menghampiri Yunbi sesaat setelah ia membereskan semua berkas diatas meja kerjanya. Beliau menggunakan sebuah topi dan memiliki sorot mata yang begitu ramah dibalik kacamata tebalnya. Sepertinya orang ini yang sempat dibicarakan para siswa di toilet umum tadi.
“Kang…Yunbi.” Jawab Yunbi.
“Yunbi? Orang tuamu pasti mengharapkanmu seorang wanita saat kau masih dalam kandungan.” Candanya sambil tertawa. “Kalau begitu aku akan memanggilmu ‘Bi’ saja. Terdengar keren bukan? Kau jadi tampak seperti artis.” *Bi=Rain (Pemain Full House).
Yunbi tertawa kecil namun menyukai nama panggilan barunya.
“Eum… di asrama 1, 2 dan 3 sudah penuh. Asrama 4 besok pagi akan ditempati siswa baru dari New Zealand.” Mr Yoo berfikir sendiri sambil menuntun langkah Yunbi meninggalkan gedung depan menuju gedung utama tempat proses belajar mengajar dilakukan. “Biar kulihat…” Beliau mulai membuka sebuah map berisi nama siswa di masing-masing kamar yang sejak tadi dibawanya.
“…Asrama 3 masih ada dua tempat kosong, ah tidak… satu tempat kosong sebenarnya. Tapi apakah kau bisa bertahan?”
Yunbi tidak yakin apakah itu pertanyaan yang dilontarkan padanya ataukah kebimbangan Mr Yoo sendiri, yang jelas Yunbi bisa menebak kalau Mr Yoo adalah seseorang yang sangat suka berbicara. Sejak mereka meninggalkan ruang guru, Mr Yoo sama sekali belum menghentikan kata-kata yang keluar dari mulutnya.
“Lewat sini…”
Yunbi pikir perjalanannya akan berhenti saat ia memasuki gedung utama, ternyata tidak.
Di ujung lorong gedung utama Yunbi kembali menemukan sebuah area yang begitu luas, yang cukup membuatnya terperangah. Dibagian tengah terlihat taman dengan lintasan pejalan kaki berbentuk plus (+) yang menghubungkan empat tempat sekaligus. Disebelah kiri gedung utama, berdiri sebuah gedung empat lantai yang tidak kalah besar dari gedung yang Yunbi lihat sebelumnya. Gedung itu memiliki begitu banyak jendela tanpa balkon dengan cat berwarna biru cerah. Sementara di sebelah kanan gedung utama, terdapat gedung yang tampak sama persis dengan gedung diseberangnya. Hanya saja gedung itu berwarna pink cerah.
 Mr. Yoo menunjuk ke arah kiri. “Itu adalah asrama pria.” Ia beralih ke arah kanan. “Sedangkan ini asrama wanita.” Kemudian melangkahkan kakinya ke koridor sebelah kiri. “Disebelah sana adalah gedung olah raga, aula sekolah dan lapangan sepak bola. Kau bisa melihatnya nanti.” Lanjut beliau menujuk ke seberang gedung utama, tepat di sisi luar antara kedua asrama.
“….Kami melaksanakan jam pelajaran mulai dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ekstrakulikuler sampai antara jam 5 atau jam 6 sore. Setelahnya jam bebas. Namun gerbang asrama akan ditutup pukul 10 malam.” Langkah Mr. Yoo kemudian berhenti di satu gerbang. “Ini adalah gerbang menuju ke jalan pintu luar. Jadi kau bisa langsung masuk kemari tanpa melalui gedung depan. Tapi ingat, tidak setelah pukul 10 malam.”
Yunbi mengangguk.
Perjalanan dilanjutkan memasuki gedung asrama. Yang dimaksud Mr. Yoo dengan asrama 1 sampai 4 adalah asrama lantai satu sampai 4. Baru kali ini Yunbi memasuki asrama, apalagi asrama pria. Dari ujung lorong pintu masuk sampai tangga menuju lantai 3 banyak sekali siswa berlalu lalang. Mereka semua menggunakan pakaian santai, tapi juga ada beberapa yang bahkan hanya memakai kaos dalam.
Tidak hanya dari sisi visual asrama yang membuat Yunbi sedikit terkejut, namun ia juga mencium bau-bau aneh khas ‘kamar seorang pria’ disana. Yunbi sempat melirik ke arah pintu kamar yang terbuka, didalamnya benar-benar tampak seperti kapal pecah yang sudah lama karam(?). Sangat berantakan dan juga… bau. Mr Yoo sempat menjelaskan jika para siswa hanya mendapatkan fasilitas laundry, sedangkan kebersihan kamar dilakukan oleh masing-masing penghuni untuk menjaga privasi.
Karena penuh, Yunbi tak ada pilihan selain memasuki asrama 3 dengan kamar nomor 305. Mr. Yoo sempat menjelaskan secara sepintas siapa yang akan menjadi teman sekamar Yunbi, yaitu siswa di kelas 2 yang nantinya akan satu kelas dengan Yunbi, dan juga siswa kelas 3 yang otomatis akan menjadi senior Yunbi nantinya. Yunbi sangat penasaran seperti apa mereka, karena bagaimanapun juga ini pertamakalinya Yunbi tidur bersama pria lainnya meski sekarang ia pun adalah seorang pria.
Kamar 305 terletak di ujung lorong lantai tiga. Hampir saja Mr. Yoo membuka pintu, tapi tangannya berhenti kemudian menatap Yunbi lagi. Ia tersenyum. “Apapun yang terjadi kau harus bertahan di kamar ini, Bi. Kami tidak memiliki pilihan lain. Kau sangat beruntung bisa diterima di sekolah ini karena kualifikasinya sangat sulit….”
Yunbi menaikan alisnya.
“…Dan sekarang…silakan masuk…”
Begitu pintu dibuka, sebuah teriakan keras membuat Yunbi terkejut dan reflek menutup matanya.
“OMO! Annyeonghaseo seongsaenim!” Sapa seorang namja berambut lebat dengan hanya sehelai handuk menutupi bagian bawah tubuhnya menyambut Yunbi dan Mr. Yoo tanpa persiapan.
“Aigoo… Taemin-ah… Cepat pakai bajumu.”
Namja bernama Taemin itu tidak sempat menyambar baju yang ia gantungkan di dinding dan langsung berlari memasuki kamar mandi sambil protes tidak jelas. “Seongsaenim seharusnya mengetuk pintu dulu sebelum masuk….!”
***
Sebuah kamar dengan luas kurang lebih 5x5 meter, didalamnya terdapat pintu lain menuju kamar mandi, tiga buah bed yang dua diantaranya merupakan tempat tidur bertingkat, dua buah lemari, dua buah rak, dua buah meja belajar dan sebuah jendela di sisi luar tanpa balkon. Sebelumnya Yunbi bisa membayangkan bagaimana keadaan sebuah kamar namja di dalam asrama, namun ia tidak menyangka jika kamar yang harus ia tempati keadaannya seperti ini.
Bagai langit dan bumi, hanya kalimat itu yang paling pantas untuk menggambarkan keadaan didalamnya. Tepat ditengah ruangan, terbentang lurus dari pintu masuk sampai jendela, terdapat sebuah garis yang dibuat dengan plester berwarna merah. Masing-masing di sisi kanan dan kiri batas plester itu keadaannya sangat berlawanan.
Dari penempatan barang-barang yang Yunbi lihat, pemilik si sisi kiri merupakan seorang yang perfeksionis. Buku-buku pelajaran tertata dengan rapi, spray yang terpasang di tempat tidur tampak kencang dan licin, rak yang berisi berbagai macam barang pun terorganisir dengan baik dan tentu saja memudahkan sang pemilik menemukan apa yang ia cari, tak ada sedikitpun noda yang terlihat di lantai, sepatu yang beraneka ragam juga ditata dengan baik. Yunbi bisa menebak sang pemilik merupakan penggemar olah raga, terlihat dari berbagai jenis sepatu dan beberapa medali yang ia letakkan disana.
Berbeda dengan sisi kiri, sisi kanan bahkan lebih parah dari kamar pria yang Yunbi sebut sebagai ‘kapal pecah’ sebelumnya. Ini lebih cocok seperti kandang-sapi-yang-sudah-lama-tidak-dibersihkan-kemudian-dihuni-oleh-kuda-binal-yang-kelaparan(?). Jauh dari kata layak untuk ditempati. Tidak hanya bungkus makanan yang berserakan, namun juga kulit kacang, kaos dalam, seragam, buku, charger, alat elektronik, tissue yang sudah dipakai dan kotak makanan yang Yunbi tidak yakin masih layak dikonsumsi atau tidak. Semuanya berserakan di seluruh sudut sisi kanan mulai dari lantai, meja belajar, sampai tempat tidur. Tak hanya itu, dinding kamar pun penuh dengan poster-poster yang ditata tidak beraturan mulai dari poster Michael Jackson, beberapa girl band sampai poster para actor seperti Kim Woobin dan Lee Minho.
‘Apakah benar tempat ini masih dihuni oleh manusia?’ pikir Yunbi heran.
Tapi anehnya, tidak seperti kamar-kamar lain yang memiliki kapasitas 4 orang, kamar ini hanya berkapasitas 3 orang. Disisi kiri hanya terdapat satu bed tanpa tingkat, sedangkan di sisi kanan terlihat 2 bed tingkat seperti yang lainnya. Yunbi tidak berani menebak dimana nantinya ia harus tidur.
“Akk!!” sebuah lengkingan datang dari pintu kamar mandi yang baru saja terbuka. Ia tampak kesakitan setelah menendang sebuah kursi yang entah kenapa bisa berada disana. “Oh… apakah Mr. Yoo sudah pergi?”
Yunbi tidak menjawab, hanya memperhatikan namja itu dari atas sampai bawah. Meski telah menggunakan baju yang sedikit kusut dan sebuah boxer bergambar sponge bob, rupanya tidak membawa perubahan yang besar pada penampilan namja itu ketimbang sebelumnya.
Melihat Yunbi diam, namja itu justru berlari ke arah Yunbi dengan penuh semangat kemudian memeluknya erat.
“KYAA!!!” keduanya berteriak hampir bersamaan. Namun teriakan Yunbi bukan seperti teriakan namja pemilik kamar itu, melainkan ia risih karena tiba-tiba dipeluk oleh seorang NAMJA.
“APA YANG KAU LAKUKAN?!?” Yunbi mendorongnya kemudian menyilangkan tangan didepan dadanya.
Namja itu oleng kebelakang, tapi justru tersenyum pada Yunbi begitu mereka bertatapan.
“Akhirnya aku punya teman baru di kamar ini! Kya…kya! Kau akan menjadi teman baikku mulai sekarang!” dia melompat girang sambil tertawa. Yunbi hampir saja gubrak(?) melihatnya.
“Ah iya, aku belum memperkenalkan namaku.” Lanjutnya tiba-tiba berhenti lalu sedikit membetulkan poninya meski (lagi-lagi) tidak membawa perubahan besar. “Annyeong! Aku Lee Taemin. Aku adalah salah satu penghuni kamar ini. Sekarang aku duduk di kelas sebelas-dua. Hobiku makan, tidur, menonton video, menonton drama dan bermain. Kau bisa memanggilku Taemin, Tae, Min, atau Si Tampan.” Taemin memperkenalkan diri secara lengkap dan mengakhirinya dengan aegyo.
Kali ini Yunbi bukan hanya hampir saja gubrak, tapi ia mendadak mual melihatnya.
“…dan kau? Siapa namamu?”
Yunbi membuang nafas keras-keras dan meletakan kopernya dilantai dengan terpaksa. “Aku Yunbi. Kau bisa memanggilku dengan ‘Bi’.”
-To Be Continue-


 Hahaha udah ketebak kan siapa penghuni satunya dari kamar itu?? YAP! siapa lagi kalau bukan Minhow. tapi minho belum nongol di part ini hehe. mohon sabar...
untuk part selanjutnya aku ngga bisa janji. tapi kalau ada waktu bakalan langsung aku posting.
terimakasih untuk yang bersedia meninggalkan komentar. ppyong!




4 comments:

  1. ff nya keren eon :),, kalo ada waktu jgn lupa part selanjutnya cpt2 diposting ya... ^.^ makasih :)

    ReplyDelete
  2. Oh, jadi kalo hujan dia berubah jadi namja gitu? terus kalo hujan lagi gimana? berubah jadi yeoja lagi? bisa gawat dong kalo gitu..

    ReplyDelete
  3. keren jjang si yunbi apakah bakal jadi cowok selamanya ? :)

    ReplyDelete
  4. Mr. Yoo ini pasti yoo jaesuk ya >< oiya kak btw pas si yunbi jadi cowok rambutnya langsung jadi style cowok gitu? Muka dia berubah juga ga? Entahlah pertanyaan itu tau2 terlintas :v fighting ayok lanjut lagiii hohoho

    ReplyDelete