Author : Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance.
Rating : T
Cast : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length : Chaptered
Desclaimer : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Hye Mi menghela nafas panjang untuk melepaskan semua perasaan cemas, bimbang, serta takut yang menerpanya sekarang. Ia hanya harus berfikir positif agar penampilan pertamanya ini mendapatkan penilaian yang bagus dari ketiga juri. Dan tiga juri itu adalah Miss Young dari kelas vokal, Miss Hyun dari kelas koreo, dan Mr Cho pimpinan WM Entertaiment.
Hye Mi bisa merasakan jantungnya berdegup semakin kencang, sama seperti apa yang ia rasakan sewaktu audisi bulan lalu. Kedua tangannya mendingin dengan cepat. Tampaknya tingkat ke nerveousan Hye Mi benar-benar berada di puncak sekarang.
Begitu banyak pikiran yang beralalu lalang dalam otaknya. Meski telah sekuat tenaga ia membuang jauh-jauh pikiran buruk itu, namun Hye Mi masih saja merasa resah. Padahal ia tahu, bahkan ia tak memiliki cukup waktu untuk meladeni keresahan ini.
Tepat ketika music diputar, Hye Mi pun mulai menunjukan bakat dance yang dimilikinya. Bagian tubuh Hye Mi bergerak mengikuti bit lagu yang cepat. Hye Mi tak tahu apa gerakan ini benar atau salah. Ia juga tak ingin terlalu memikirkannya. Dia hanya berusaha tetap focus dan berkonsentrasi pada music sambil menyelaraskannya dengan gerakan-gerakan indah. Lama-lama ia mulai menemukan feel lagu dan menikmatinya sampai waktu beberapa menit waktu untuk tampil telah terlewat.
Terdengar tepuk tangan meski tak meriah. Hye Mi kembali mengatur nafas untuk mempersiapkan penampilan keduanya. Sepintas ia melihat kea rah 3 orang juri yang menilainya, namun ke tiga juri itu hanya menatap Hye Mi datar. Tak ada ekspresi apapun yang mampu Hye Mi baca dari mereka.
Setelah nafas Hye Mi mulai kembali normal, akhirnya gadis itu mulai menyanyi. Tentu saja Hye Mi akan menyanyikan lagu berbahasa inggris karena dia belum memiliki pronunciation yang baik dalam menyanyikan lagu korea. Dan siang itu lagu berjudul The Climb – Miley Cyrus adalah lagu yang ia pilih di penilaian pertamanya ini.
I can almost see it
That dream I’m dreaming but
There’s a voice inside my head sayin,
You’ll never reach it,
Every step I’m taking,
Every move I make feels
Lost with no direction
My faith is shaking but I
Got to keep trying
Got to keep my head held high
Hye Mi bisa melihat semua trainee yang duduk berjajar didepannya tertegun sejenak. Mungkin terperangah karena kehebatan Hye Mi bernyanyi atau justru merasa aneh dengan lagu yang terdengar asing di telinga mereka. Hye Mi tak tahu. ia lebih memilih untuk melanjutkan bernyanyinya, sebelum konsentrasi itu buyar karena memikirkan setiap tatapan yang mengarah padanya.
There’s always going to be another mountain
I’m always going to want to make it move
Always going to be an uphill battle,
Sometimes I'm going to have to lose,
Ain’t about how fast I get there,
Ain’t about what’s waiting on the other side
It’s the climb…
Selesai. Akhirnya penampilan Hye Mi hari itu selesai. Sekarang tinggal menunggu, apakah kritikan atau pujian yang akan diberikan oleh juri padanya. Hye Mi hanya bisa pasrah. Lagipula semua kemampuan yang ia miliki telah ia kerahkan.
“Aku ingin mendengarmu menyanyi lagu berbahasa korea.” Ucap Miss Young tiba-tiba.
“Ne?” Hye Mi terkejut. Begitu pula dengan semua trainee disana. Dengan cepat terdengar begitu banyak suara bisikan yang membahana di ruangan itu.
“Bukankah perintahku sudah jelas Nona Shin Hye Mi?” Ucapan Miss Young terdengar sinis dan ketara sekali ada penekanan di akhir kalimatnya.
Jantung Hye Mi seperti dihantam begitu keras, hingga dentumanya terasa begitu cepat dan jelas. Dia hanya mampu memandang ke arah Eun Sun sepintas, kemudian pandangannya beralih ke arah sudut ruangan dimana ada seseorang yang memberikan senyum disana. Demi Tuhan senyum orang itu dengan cepat mampu memudarkan segala keresahan yang sebelumnya Hye Mi rasakan.
Dengan sedikit keyakinan, akhirnya bait lagu kedua mulai terdengar dari bibir Hye Mi. Lagu dari IU – The Story Only I didn’t Know.
jeongmal neon da ijeotdeora
bangabge nal boneun neoui eolgul boni
geujeya eoryeompusi apaodeora
sae sal chaoreuji mothan…
“Cukup.”
Miss Young sudah menyuruh Hye Mi berhenti menyanyi bahkan disaat Hye Mi belum menyelesaikan bait pertamanya.
“Nona Shin Hye Mi.” lanjutnya sambil memandang tajam kea rah Hye Mi. “Aku tidak pernah melarang trainee untuk menyanyikan lagu dalam bahasa apapun. Tapi aku tidak percaya kau bisa menyanyikan lagu korea dengan baik.” ucap Miss Young sarkatis.
Hye Mi menggigit bibir bawahnya keras-keras. Namun Miss Young belum menyelesaikan ucapannya,
“Kuakui kau memiliki warna suara yang unik. Dan meski pronunciationmu mengalami sedikit peningkatan, namun masih ada masalah dalam pernafasan.” Lanjutnya lalu melihat ke arah catatan yang baru saja ia tulis. “Ada pula beberapa nada yang meleset. Untuk ekspresi dan penghayatan, kau juga masih harus memperbaikinya.” Miss Young mengakhiri ucapan itu tanpa memberi saran apapun seperti pada trainee lainnya. Tampaknya Hye Mi memang telah masuk black list Miss Young. Sebaik apapun ia menyanyi, akan tetap seperti itu dimata tentornya yang satu ini.
Namun Hye Mi sedikit beruntung karena dia memiliki suara yang unik. Dan yang paling penting ia jadi memiliki pronunciation yang baik karena Jinyoung. Perjanjiannya waktu itu tentu saja secara tidak langsung melatih Hye Mi dalam mengucapkan setiap kata dalam bahasa korea.
Hye Mi sempat mengucapkan “gomawo” sambil membungkuk sesaat setelah Miss Young menyelesaikan ucapannya. Dan kini pandangan Hye Mi beralih pada Mr Cho, berharap ada pujian yang terucap dari bibir lelaki paruh baya itu.
“Shin Hye Mi, aku masih ingat saat pertama kali aku mengaudisimu di Indonesia sebulan yang lalu.” kali ini Mr Cho yang mendapat kesempatan untuk berbicara. “Kau mengalami peningkatan.” Lanjutnya.
Hye Mi tersenyum cerah.
“Namun peningkatan itu hanya 1 persen.”
Tiba-tiba Hye Mi terdiam, tengkuknya terasa kaku dalam hitungan detik. Ucapan Mr Cho benar-benar diluar dugaan, Hye Mi bahkan belum sepenuhnya mampu mempercayai ucapan itu sampai Mr Cho melanjutkan kata-katanya.
“Dulu aku memilihmu karena kau memiliki kemampuan dance yang luar biasa. Powerfull, energic dan skill yang tinggi. Sayangnya aku harus melihat hal yang sama di panggung ini.” Ucap Mr Cho ringan. Namun kalimat itu terdengar begitu tajam di telinga Hye Mi, dengan cepat membuat harapannya seketika lenyap tak bersisa.
“Aku tahu kau telah memberikan penampilan terbaikmu. Dance yang powerfull… energic… skill yang tinggi… tapi itu semua belum cukup. Apa hanya itu saja yang bisa kau berikan?”
Hye Mi tak menjawab. Dia hanya mampu membalas tatapan Mr Cho ragu. Sekali lagi gadis itu harus dibuat kecewa. Bahkan berlipat-lipat lebih kecewa ketimbang sebelumnya. Ia sudah berusaha menampilkan apa yang ia punya. Namun tak pernah ia duga kalau semua masih belum cukup. Jika memang demikian, lalu dance seperti apa yang Mr Cho harapkan?
“Kurang ada variasi gerakan. Tak ada peningkatan yang signifikan. Kau harus bisa menciptakan sebuah gerakan baru yang mampu membuatku terpukau.” Ucap Mr Cho seakan mampu menjawab berbagai pertanyaan yang melintas di kepala Hye Mi. “Jika hanya ini yang kau miliki, aku tidak bisa menjajikan kau bisa debut secepatnya seperti apa yang kau harapkan.”
Bibir Hye Mi tercekat, kedua bahunya mendadak terasa berat. Kalimat terakhir yang Mr Cho ucapkan benar-benar dengan cepat meruntuhkan semangat yang dengan susah payah Hye Mi bangun. Seakan-akan apa yang ia pelajari selama ini hanya nol besar, tak berarti sedikitpun.
Hye Mi merasa begitu sakit saat harus mendapatkan semua celaan itu di bulan pertama penilaiannya. Lalu bagaimana dengan bulan-bulan selanjutnya yang akan Hye Mi lewati di tempat ini?
“Kau disini rupanya.” Ucap seseorang bersuara berat yang menemukan Hye Mi tengah terduduk diatas atap. Tanpa menoleh pun Hye Mi tahu kalau itu Jinyoung, seseorang yang telah memberinya semangat hanya dengan satu senyuman saat penilaian tadi.
Hye Mi tak menjawab, masih tertunduk dalam sambil memikirkan apa yang baru saja ia dapatkan. Sebuah kalimat pedas yang bahkan ia dengar setelah dengan sekuat tenaga ia memberikan penampilan terbaiknya.
“Aku tahu kau masih memikirkannya.” Ucap Jinyoung lalu duduk disebelah Hye Mi. “Semua trainee sudah pasti menghadapi masa yang sulit Hye Mi.”
Hye Mi lagi-lagi diam. Bukannya tak menghiraukan, namun gadis ini justru sedang memikirkan baik-baik kata yang baru saja terucap dari bibir Jinyoung.
‘Sulit memang. Namun kenapa sesulit ini?’
Rasanya Hye Mi tak sanggup jika harus mengingat apa saja yang sudah ia lakukan selama ini. Perjuangan itu sangat berat dan menyiksa. Namun kini semuanya tak berarti apapun. Kosong.
“Kau hanya harus ingat, Hye Mi… untuk siapa kau disini…” Jinyoung kembali memulai kalimatnya. “Untuk keluargamu… teman temanmu… dan untuk orang lain yang mendukungmu…”
Bibir Hye Mi bergetar sementara kedua matanya memanas. Pikirannya kembali melayang saat terakhir kali ia bertemu dengan orang-orang yang baru saja Jinyoung sebutkan itu dibandara sesaat sebelum ia terbang ke korea. Ia masih ingat kedua orang tuanya berpesan ‘Appa dan umma disini akan mendoakanmu. Kau hanya harus berusaha memberikan yang terbaik. Pasti semuanya akan baik-baik saja.’ Kemudian Renata juga memintanya untuk bisa mewujudkan mimpi mereka berdua… ‘Aku yakin kau pasti bisa Nay…’ ucapnya sambil tersenyum.
‘Appa, Umma, Renata… Mianhe, jeongmal mianhe…’
Hye Mi memeluk kedua kakinya dengan erat, air matanya sudah tak terbendung lagi. Hye Mi benar-benar tak percaya baru saja telah seakan-akan mengabaikan semua pesan mereka… padahal Hye Mi tak pernah ingin semua ini terjadi.
“Kau tak ingin membuat mereka kecewa bukan?” lanjut Jinyoung pelan. Namun pertanyaan sederhana itu seakan menusuk tepat ke ulu hati Hye Mi. Membuatnya semakin terasa sakit.
Bahu Hye Mi bergetar sekuat tenaga menahan tangis, namun air mata masih saja menggenang memenuhi isi kelopak matanya kemudian menetes satu persatu.
Jinyoung tahu benar orang yang berada tepat disisinya ini sedang menghadapi sesuatu yang sangat berat, sungguh ia ingin membelai kepala Hye Mi atau justru memeluknya. Namun tangan Jinyoung terhenti di udara. Ia tahu ia tak mampu melakukannya.
“Kau tidak usah bersedih Hye Mi.” Jinyoung mencoba tersenyum dan tidak terlarut pada kesedihan yang tengah Hye Mi rasakan. Disaat seperti ini harus ada seseorang yang menguatkan Hye Mi, pikir Jinyoung.
“Biarkan semuanya berlalu. Anggap semua yang terjadi sebagai sebuah pelajaran.” Lanjutnya menyemangati. “Yang perlu kau lakukan sekarang adalah membuktikan bahwa bulan depan kau bisa mendapatkan peningkatan tak hanya 1 %, melainkan 100%.”
Hye Mi tak langsung bereaksi, sampai akhinya yeoja itu mengeluarkan kepala diantara kedua kakinya. Ia langsung menangkap tatapan Jinyoung yang masih tampak cerah mengarah padanya. Akhirnya gadis itu ikut tersenyum.
“Kalau begitu kau harus melihatnya Jinyoung-shi.”
Jinyoung mengerutkan dahi tak mengerti.
“Kau harus melihat kalau penilaian berikutnya aku akan mendapatkan 99% yang sebelumnya telah kuhilangkan.” Lanjut Hye Mi meski suaranya masih terdengar parau.
Mendengar ucapan optimis dari bibir Hye Mi, Jinyoung lantas tersenyum. Tampaknya ucapan darinya telah berhasil memotivasi Hye Mi untuk lebih giat berlatih.
“Pasti.” Jawab Jinyoung mantap. “Aku tak sabar melewatkan saat itu tiba.”
Hye Mi langsung menghapus sisa air mata dipipinya lalu bangkit.
“Gamsahamnida Jinyoung-shi. Jeongmal gamsahamnida… aku tidak tahu apa yang harus aku katakan lagi… aku benar-benar berterimakasih padamu untuk hari ini…”
“Cheonmaneyo.” Jawab Jinyoung sambil tersenyum sekali lagi. Entah kenapa setiap senyuman yang Jinyoung perlihatkan selalu mampu membuat Hye Mi tenang dengan sekejap. Hye Mi sendiri tak mampu sepenuhnya mengerti. Tak ada yang mampu menjelaskan dengan pasti apa yang Hye Mi rasakan setiap kali senyum itu terkembang. Janggal… Namun menenangkan…
***
Hye Mi cepat sekali bangkit. Dia jadi rajin latihan sendiri setelah jam training usai. Bahkan tak jarang jam 12 malam ia baru sampai dorm dan harus melanjutkan training di pagi harinya. Namun gadis itu tak nampak terbebani dengan rutinitas ini. Ia hanya harus mengingat untuk apa dan untuk siapa dia disini, maka semangat itu akan secara otomatis muncul kembali.
Tak ubahnya dengan malam itu. Hye Mi sengaja menunggu semua trainee pulang agar ia bisa lebih leluasa berlatih.
Diawali dengan pemanasan beberapa menit, kemudian Hye Mi mulai menekan tombol play pada I-Pod yang ia dengar melalui headset. Saat itulah latihannya akan dimulai.
Tap…tap…tap…
Setiap gerakan Hye Mi lakukan dengan lentur namun berenergi. Dia juga memperhatikan gerakan apa saja yang telah ia lakukan, kemudian mencoba gerakan lain agar lebih bervariasi. Tak lupa ia perhatikan setiap bagian tubuhnya, mulai dari kaki, kepala hingga tangan agar setiap bagian tubuh bergerak dengan seimbang.
Satu lagu… dua lagu… sampai akhirnya semua playlist alam I-Pod Hye Mi telah habis ia putar. Dan bahkan batrainya pun sampai lowbet, namun ia tetap melanjutkan latihan itu dengan hitungan.
Hye Mi terus menghitung dalam hati sambil melangkahkan kakinya serta mengayunkan tangannya menguasai ruangan. Dia bergerak kesana kemari tanpa mempedulikan apapun yang terjadi di sekitarnya. Nampaknya yeoja itu terlalu konsentrasi berlatih, sampai-sampai tak menyadari ada sepasang mata yang mengintainya di sela daun pintu.
Namun tanpa sengaja Hye Mi melihat sosok itu dari kaca ruang koreo yang ada tepat didepannya. Dengan cepat Hye Mi menoleh sambil berusaha tetap waspada.
“Siapa disana?”
-To Be Continue-
Huweee akhirnya penilaian pertamanya kelar juga. Sayangnya Hye Mi dapet penilaian jelek yaa? Hiks hiks… terus siapa ya yang diam2 ngintipin Hye Mi lagi latihan? Apa dia orang jahat? Atau pencuri? Atau penculik? Atau tukang parkir? *oke mulai ngaco.
Tunggu next part yaa~ gomawo yang udah mau setia baca FF ini. Jangan lupa tinggalkan komennn~ muaaachhh *poppo readers satu-satu.
No comments:
Post a Comment