Pages

Saturday, 2 July 2011

FF B1A4 : Victory [part 1]



Tittle                : Victory [Part 1]
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Friendship, Romance.
Rating             : T
Cast                : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Cameo            : Renata.
Length             : Chaptered
Desclaimer      : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the cast character is not real. Enjoy reading!

            “HAH? Korea? Kau akan pergi ke korea? Untuk apa?” pertanyaan itulah yang pertama kali terdengar saat Naya berpamitan dengan teman-teman satu kelasnya.
            “Kemarin aku mengikuti audisi dan lolos. Kemudian aku akan menjalani training dalam beberapa waktu di Korea.” Jelas Naya mencoba tenang. “Kupikir aku akan cukup lama disana. Jadi aku berpamitan dengan kalian semua.”
            Sejenak seisi kelas Naya langsung terdiam dan saling pandang. Naya sempat melirik ke salah satu temannya yang terlihat begitu shock mendengar penjelasan Naya.
            Sebelumnya, teman Naya yang satu ini sering memberikan kritik yang pedas akan hobi Naya yang menyukai sesuatu yang berbau korea. Naya yang bukan teman satu jurusan dengan Renata hanya bisa diam karena hanya dia satu-satunya pecinta k-pop di kelas.
            Tapi sekarang semuanya berbalik. Naya justru bisa membuktikan kalau ia memiliki sesuatu yang sanggup ia banggakan. Ia akan menjadi trainer, dan selanjutnya menjadi member Girl Band korea. Lihat saja apa yang bisa Naya raih sebagai salah satu member Girl Band korea yang sebelumnya dicemooh. Dibandingkan dengan teman Naya yang hanya akan menjadi salah satu penonton dari balik layar kaca.
            Naya merasa sangat puas ketika ia bisa membuktikannya.
            “Maafkan aku jika aku pernah berbuat salah pada kalian semua.” Ucap Naya melanjutkan kalimat di hadapan teman-temannya. “Dan terimakasih juga untuk semua teman yang selama ini sudah menyakitiku dengan komentar kalian akan mimpi dan obsesiku. Ternyata ada kalanya komentar itu berguna.”
            Teman Naya yang merasa dirinya disinggung langsung melengos.
            “Terakhir, aku minta doa dari semua teman-teman yang ada disini. Dan terimakasih atas perhatian kalian selama ini. Senang bisa mengenal kalian semua.” Naya mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Tentu saja hatinya benar-benar senang. Tapi disisi lain ia harus merasa sedih karena harus meninggalkan teman-temannya, termasuk teman terbaiknya, Renata.
***
            Flashback…
            Pagi itu, baik Naya maupun Renata sudah benar-benar  siap mengikuti audisi tahap kedua yang diselenggarakan di Jakarta.
            Berkat semangat Naya untuk kembali mengirimkan video ke sebuah perusahaan yang sedang mengadakan audisi, akhirnya Renata tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Dan ternyata usaha mereka kali ini membuahkan hasil.
            Audisi ini tak hanya diikuti peserta dari Indonesia, namun juga ada beberapa peserta dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Setiap peserta diharapkan untuk menampilkan bakat mereka dengan sebaik-baiknya. Termasuk Naya yang menampilkan kemampuan dance-nya dan Renata yang memperlihatkan bakat menyanyinya.
            Selain memperlihatkan bakat, juga ada tes wawancara untuk mengetahui potensi calon trainee yang bisa dilihat dari sisi psikologis. Dari sinilah perusahaan akan tahu bagaimana karakter calon trainee sebenarnya.
            Setelah seluruhnya ada sekitar 30 peserta yang selesai mengikuti dua tahap audisi, akhirnya tiba saat untuk pengumuman. Pengumuman akan diberitahukan hari itu juga setelah makan siang.
            “Nomor 16, 17, 18, 19, 20!” teriak seorang panitia pada seluruh peserta yang hadir.
            Renata langsung berdiri karena 20 adalah nomor pesertanya. Sedangkan 21 adalah milik Naya.
            5 orang peserta yang dipanggil langsung masuk ke sebuah ruangan yang ditunjuk.
            Ini adalah pengumuman di kelompok yang keempat, setelah sebelumnya kelompok 1 dari nomor 1-5, kelompok dua dari nomor 6-10 dan kelompok ketiga dari nomor 11-15 sudah mendapatkan hasil. Dan dari amplop yang mereka semua terima, sejauh ini baru ada 2 orang yang lolos dan berhak menjadi trainer di korea.
            Naya tahu audisi ini benar-benar ketat! Mungkin tak akan sampai 5 nama yang berhasil keluar.
            Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya Renata datang membawa amplop ditangannya. Amplop itu sudah tersobek.
            Dari wajah Renata yang benar-benar sedih, Naya sudah bisa menduga kalau sahabatnya yang satu ini belum mendapatkan kesempatan.
            “Yang sabar ya Ren, mungkin lain kali.” Ucapnya mencoba menenangkan.
            Awalnya Renata hanya diam dan menunduk, tapi lama-lama tangisnya pecah juga. Naya jadi tidak enak.
            Namun samar-samar Naya mendengar panitia audisi itu menyebutkan nomor peserta 22-25 untuk masuk ke dalam rangan.
            Eh? Tapi nomor 21 belum dipanggil. Naya yakin benar nomor pesertanya belum disebutkan. Apakah ada kesalahan?
            Naya sempat panik dan ingin protes secepatnya, namun disisi lain ia tak sanggup meninggalkan sahabatnya yang sedang terpukul karena tidak lolos.
            Akhirnya Naya memilih diam. Dia pasrah kalau ternyata dia tidak lolos, setidaknya dia sudah mencoba sejauh ini. Ini sudah lebih dari cukup pikir Naya.
            Beberapa menit berlalu, hingga kini tiba peserta yang terakhir keluar ruangan. Rupanya semua peserta sudah menerima hasil pengumuman, kecuali Naya.
            “Ayo Ren kita pulang. Audisinya sudah selesai.”
            “Lalu kau?” tanya Renata menyadari kalau sahabatnya belum mendapatkan hasil audisi.
            “Sudahlah, mungkin harusnya tadi aku dipanggil. Tapi aku tidak mendengarnya.” Ucap Naya putus asa. “Lagipula sudah ada 3 orang trainee yang lolos untuk mewakili masing-masing negara. Aku tidak mungkin jadi yang ke empat.”
            “Maaf, apa anda peserta nomor 21?” sela seorang panitia yang tiba-tiba menghampiri Naya.
            “Ehh..” Spontan Naya terkejut. “Iya saya peserta nomor 21. Ada apa?”
            “Mari ikut saya.”
            Naya sempat terdiam dan hanya saling pandang dengan Renata, namun dengan cepat Renata mendorong bahu Naya untuk segera mengikuti langkah panitia itu menuju sebuah ruangan.
            Begitu pintu ruangan itu terbuka, Naya bisa menemukan ada sekitar 6 orang didalamnya. Dengan 4 orang yang tampak memperdebatkan sesuatu, dan yang 2 lagi hanya diam, termasuk panitia yang mengantarkan Naya tadi.
            Naya jadi canggung. Dia tak tahu apa yang harus ia perbuat. Dia tahu benar 4 orang yang sedang berdebat di balik meja itu adalah juri yang sebelumnya memberikan penilaian padanya pada waktu audisi yang baru saja selesai dilaksanakan. Satu diantara mereka adalah orang Indonesia. Orang Indonesia itu lah yang bertugas melakukan tes wawancara tadi.
            “Dengan saudara Khanaya Lestari?” tanya juri dari Indonesia itu.
            Naya mengangguk.
            “Maaf jika kami harus memanggil anda kembali karena ada sesuatu yang harus disampaikan.” Lanjutnya dengan sopan.
            Tiba-tiba seorang juri yang menggunakan jas abu-abu mulai berbicara. Dia tampak serius mengucapkan kata-kata dengan bahasa korea.
            Naya tahu benar orang itu sedang membahas sesuatu tentang dirinya. Namun sayangnya Naya sama sekali tak memahami apa yang sebenarnya ia sampaikan.
            Setelah juri dari korea itu selesai berbicara, kini giliran seseorang yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan mulai angkat bicara.
            “Saya sebagai translator akan mencoba mengartikannya.” Ucap orang itu pada Naya.
            Fiuhhh… Naya bisa bernafas lega. Karena bahkan jika orang korea itu berbicara menggunakan bahasa inggris, Naya masih tidak benar-benar mampu memahami apa yang ia sampaikan.
            “Kami dari pihak juri sejak tadi masih memperdebatkan kemampuan yang tadi sudah anda tampilkan. Kami benar-benar terpukau dengan bakat dance yang anda miliki. Namun masih ada beberapa poin yang membuat kami ragu untuk meloloskan anda.” Ucap translator itu datar. Ekspresinya sungguh berbeda dengan juri dari korea yang tadi juga sempat mengucapkan kalimat yang sama namun dengan bahasa yang berbeda.
            Setelah translator itu menyelesaikan kalimatnya, lagi-lagi juri dari korea mulai berbicara. Kali ini dengan bahasa inggris. Meskipun demikian, Naya hanya mampu menangkap beberapa kata saja yang mampu ia cerna.
            “Intinya kami hanya ingin melihat penampilanmu sekali lagi.” ucap juri dari Indonesia mengartikannya. “Berikan bakat terbaikmu untuk meyakinkan kami bahwa kau pantas menjadi trainee di perusahaan ini.
            Deg!
            Jantung Naya tiba-tiba berdenyut lebih cepat. Ini benar-benar diluar dugaannya. Dan bahkan ia tak memiliki persiapan apapun untuk audisi dadakan ini.
            Dance lagi? itu tidak mungkin. Tadi saja Naya sudah berusaha mengeluarkan semaksimal mungkin, juri masih belum mampu meloloskan Naya dengan bakat itu.
            Menyanyi? Ah Naya memang sedikit bisa menyanyi, tapi jelas tidak sebagus bakat nyanyi yang Renata miliki.
            Naya benar-benar bingung sekarang. Ditatapnya satu-satu juri yang menunggunya sedari tadi. Namun Naya masih belum mampu mengetahui apa yang harus ia lakukan sekarang.
            “Jika kau ragu,” juri dari Indonesia kembali angkat bicara.” Kusarankan kau menampilkan bakat lain selain dance mu tadi.”
            Oke. Berarti tak ada pilihan lain. Mau tidak mau Naya harus menyanyi.
            Sejenak Naya menghela nafas panjang untuk menenangkan pikirannya, kemudian ia mencoba menutup mata dan merasakan udara mulai memasuki rongga paru-parunya.
            Sampai akhirnya bait pertama sebuah lagu mulai terdengar. Lagu ini adalah lagu yang sering Naya nyanyikan bersama Renata di waktu senggang. Only Hope dari Mandy Moore.

            There’s a song that’s inside of my soul
            It’s the one that I’ve tried to write over and over again
            Im awake in the infinite cold
            But you sing to me over and over and over again

            Naya tak mampu berfikir apapun lagi. Daripada memikirkan nasib yang diterimanya nanti, lebih baik ia membuang jauh-jauh semua fikiran itu dan memilih focus menyanyikan lagu ini.

            So I lay may head back down
            And I lift my hand and pray
            To be only yours, I pray, to be only yours
            I know now you’re my only hope

            Ini adalah mimpinya. Harapan terakhirnya. Tak ada yang tersisa kecuali harapan yang akan memberikan 2 kemungkinan.
            Apakah mimpi ini bisa terjawab? Atau justru hilang sama sekali.

            I give you my destiny
            I’m giving you all of me
            I want your simphon, singing in all that I am
            At the top of my lungs, I giving it back…

            Namun tampaknya dewi fortuna sedang berpihak pada Naya hari itu. akhirnya mimpi Naya terjawab juga. Mimpi untuk menjadi seorang bintang dan bisa tampil sepanggung dengan SHINee kini sudah benar-benar dalam genggaman.
            Flashback  end…
***
            “Apakah masih jauh ahjussi?” tanya teman trainee yang duduk disamping Naya.
            “Ani. Tempatnya sudah dekat.” Jawab ahjussi itu sambil berusaha tetap waspada mengendarai mobilnya.
            Kini Naya tengah berada didalam mobil dari bandara menuju ke perusahaan tempat ia akan memulai trainee. Tentu saja Naya sudah sampai di korea satu jam yang lalu. Namun bahkan gadis ini belum sepenuhnya percaya bahwa di negara inilah ia akan menghabiskan waktunya.
            Naya tak henti-hentinya menebar pandang ke penjuru jalan yang dilewatinya. Terasa sedikit asing melihat beberapa plakat marka jalan bertuliskan huruf hangul. Karena tak bisa membaca semua marka jalan itu, Naya justru terkekeh pelan.
            Entah kenapa ia jadi teringat akan sahabatnya di Indonesia, Renata. Jika mereka berdua bisa lolos bersama, pasti akan terasa lebih menyenangkan.
            “Finally we arrive!” teriak seorang namja asal Malaysia yang duduk di depan Naya. Dia tampak sangat bersemangat membuka pintu mobil dan menghirup udara Seoul yang lebih dingin daripada udara di negara tropis. Sedangkan Naya justru bingung sedang berada dimanakah mereka sekarang.
            Ragu-ragu ia keluar  mobil dan hanya berdiri mematung menghadap ke sebuah gedung tinggi dengan tangga yang tepat persis berada di ujung kakinya.
            WM Entertaiment.
            Di tempat inilah Naya akan memulai perjuangannya. Dan dari sinilah semuanya akan dimulai!
-To Be Countinue-

wahh akhirnya Naya bisa lolos juga ya jadi trainee di korea. tapi mian kalo belum bisa menelorkan (?) para cast B1A4 disini.
dan gimana ya perjuangan naya selanjutnya menjadi trainer? lalu dengan cara apa ya dia bisa ketemu salah satu member B1A4 yang juga menjadi trainer disana?
tunggu jawabannya di part 2. jangan lupa tinggalkan komentar. gomawo!

5 comments:

  1. Ijin g Comment Sampe Part terakhir abisnya ribet pake' buktikan bahwa anda bukan robot :/ fiuuh, oya eoon kalo Buktikan Anda Bukan Robot itu bisa diilangin g sih? kalo bisa diilangin aja eon... Klo FB Pasti Aku Comment Soalnya G ribet tinggal Enter Aja u,u *Cuma Saran.
    Mohon Tanggapannya ya eon :)
    Bales Ya EON
    *berharap ada tanggapan sambil Monkey Eyes mode On

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa langsung sebenernya kalo sama2 punya blog. ga perlu pake langkah yang ribet ._.v

      Delete