Pages

Tuesday, 26 April 2011

FF SHINee : I Wanna Be With You You (PART 2)

Tittle                : I Wanna Be With You (PART 2)
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Cast                 : Keysha (Echa), Key SHINee.
Genre              : Fantasy, Friendship, Tragedy, Romance.
Length             : Series (Chaptered)


            Pagi datang. Perlahan kubuka kelopak mataku yang terasa lengket dan enggan melihat dunia luar. Samar-samar kulihat cahaya matahari menyapa tirai kamarku dan menerobos hingga terbias di kakiku. Eh? Tapi siapa yang membuka jendela?
            Aku langsung terbangun saat menyadarinya.
Key! nama itulah yang dengan cepat menyelusup disela otakku. Saat aku menoleh ke samping kananku, Key tak ada disana. Bahkan kasur bawahku sudah masuk seperti semula. Kemudian aku menoleh kearah lain, ke arah poster itu. Disana tidak terlihat…
            “Hey! Are you looking for me?” itu suara key yang membuyarkan rasa cemasku. Dia tampak santai keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu bersih dan rambutnya tampak bebas turun ke samping karena basah.
            Demi Tuhan wajahnya terlihat begitu tampan sekarang. Lebih tampan dari semua fotonya yang pernah kulihat.
“Hahaha, pasti kau panik karena tak ingin kehilanganku, ya kan?”   tanyanya membuyarkan keterpesonaanku (?) padanya.
‘YA! YA YA YA!’ jawabku dalam hati.
Tentu saja aku tak ingin kehilanganmu Key.
Tapi aku gengsi untuk bicara demikian, dan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
“Apa kau sudah mandi?” tanyaku balik.
Tampaknya kini aku mulai terbiasa berkomunikasi menggunakan bahasa inggris.
            “Belum. Aku tadi hanya mencuci muka dan sedikit membasahi rambutku.” Ucapnya sambil bercermin. “Bagaimana aku bisa mandi kalau tidak punya baju ganti?”
            Kalimatnya membuatku berfikir sejenak. Sejurus kemudian aku baru menyadarinya.
            Astaga! Aku lupa kalau di hanya memiliki satu baju. Yaitu kostum “Hello” berwarna merah yang melekat ditubuhnya sekarang.
            Langsung saja aku beranjak keluar kamar lalu mengendap–endap menuju kamar tamu.
Sebenarnya aku tahu kalau aku tidak perlu mengendap-endap karena jam segini pasti orang tuaku sudah pergi. Otomatis rumah sepi. Namun entah kenapa aku tetap saja berjalan seperti maling dirumah sendiri yang sedang kosong. Terlihat begitu bodoh.
            Ternyata dugaanku benar, mama memang selalu menyiapkan pakaian lengkap untuk tamu yang menginap dari jauh. Disana aku menemukan beberapa lembar baju, celana santai, serta pakaian dalam yang masih baru.
            “Ini. Pakailah.” Ucapku sambil menyodorkan beberapa perangkat pakaian yang kutemukan. “Mungkin ini tak sebagus yang biasa kau pakai. Yang penting pakaian ini terjamin kebersihannya.” Ucapku kemudian.
            Entah kenapa tanpa protes dia menerimanya. Dia sempat membuka beberapa baju dari dalam plastik lalu bergegas kekamar mandi. 30 menit kemudian aku tertawa saat melihatnya keluar dari kamar mandi.
            Key yang sedang ada dihadapanku sekarang bukan seorang Key berjaket kulit ala Lucifer atau berbaju warna-warni ala Juliette. Tapi yang kulihat justru Key yang tengah memakai kaos oblong berwarna putih bertuliskan “JOGER JELEK” dan sebuah celana kolor batik selutut. Tak kusangka dia memilih kaos yang kubeli di Bali 2 bulan lalu sebagai kaos pertama yang ia pakai. Kaos itu kebesaran untukku, jadi kupikir lebih baik ‘menyumbangkannya’ untuk kamar tamu.
            “What do you think?” tanyanya.
            Aku menjawabnya dengan ledakan tawa.
            “Ah… aku pasti terlihat bodoh memakai baju ini.” Dia mencubit kaos bagian depannya.
            “Hahaha, Anio. Kau masih tampan!” ucapku sambil tertawa. “Hanya saja mungkin aku belum terbiasa melihatnya.” Lagi-lagi tawaku meledak.
“Ya! Kenapa tawamu begitu keras? Kau ini, berisik sekali.” bibirnya mulai manyun.
 “Hahaha, mian Key. sudah kubilang aku tidak terbiasa melihatmu memakai baju seperti ini.”
Aku mengakhiri ucapanku dengan ledak tawa. Sementara bibir bawah Key semakin manyun. Lucu sekali.
***
            “Sebenarnya kau ingin memberi tahu apa sih Sha? Tumben sekali kau mengajakku ke rumahmu.” tanya Rea  saat ia masuk kedalam rumah membuntuti langkahku.
            Aku berhenti lalu menoleh. “Aku ingin memperlihatkanmu sesuatu. Tapi kau harus berjanji untuk merahasiakannya.”
            “Ada apa sih? Jangan bikin penasaran ah. Beritahu aku sekarang atau aku akan pulang secepatnya.” Ancamnya.
            Aku menghela nafas lalu berhenti melangkah. “Oke. Tadi malam aku bertemu dengan Key SHINee. Dia tiba-tiba muncul dari dalam poster. Awalnya aku…”
            Perkataanku terhenti saat mendengar tawa Rea yang begitu keras. Sudah kuduga, dia tidak akan percaya. Aku jadi mendadak kesal melihat responnya.
            “Sini ikut aku!” tanpa menunggu persetujuan dari Rea, aku langsung menarik tangannya dan membawanya ke dalam kamar.
            “Where are you Key?” panggilku begitu tiba. Namun tak kutemukan dia disana.
            “Wah gila, baru kali ini aku melihat ada tembok yang isinya poster semua. Benar-benar sudah gila kau Sha.”
            Aku tak memperdulikan pendapat Rea saat pertama kali memasuki kamarku, justru sibuk mencari Key kalau-kalau dia ada di kamar mandi.
            “Key SHINee.” Gumam Rea membaca sesuatu. “Oh jadi ini yang kau maksud ‘Key’ tadi?” Rea meneruskan omongannya. “Hahaha, ternyata hanya sebuah poster! Tadi malam kau pasti sedang bermimpi. Hahaha.”
            Aku menoleh. Dan benar! Key sudah kembali ke dalam poster lengkap dengan baju merah dan sepatu boots besarnya.
            “Key?” aku mendadak panik lalu menyentuh permukaan poster itu. Tampak biasa, sama seperti poster-poster lain yang menempel di kamarku.
            “Jadi kau mengajakku membolos dan membawaku kesini hanya untuk memamerkan postermu yang  super besar ini?” tanya Rea melihat tingkahku. “Dasar aneh! Sudah tahu kalau aku tidak suka cowok-cowok bencong seperti mereka. Masih saja kau mencoba untuk membohongiku. Ck!” Rea mendengus kesal lalu pergi tanpa pamit.
            Kalimat yang keluar dari mulutnya tadi begitu sakit kudengar. Namun kini dadaku terasa lebih sakit menyadari sosok Key telah kembali ke tempat semula. Dia kembali terperangkap ke dalam poster yang hanya terbuat dari kertas.
Tak ada senyuman maupun omelannya. Yang ada hanya tatapan tajam dan kekakuan tubuh yang seperti patung.
            Kakiku tiba-tiba terasa lemas. Aku hanya mampu terduduk di lantai menyadari apa yang telah terjadi. Sebuah penyesalan yang luar biasa melandaku sekarang. Tak seharusnya aku bersikap bodoh dan bahkan begitu childish ingin memamerkan sosok Key ke satu-satunya temanku, Rea.
            Tak terasa air mataku mulai menggenang. Aku tak tahu pasti kenapa rasa sedih bisa begitu cepat menjalari hatiku. Yang jelas aku benar-benar merasa kehilangan sekarang.
            Semuanya terasa begitu singkat. Tadi malam baru saja aku melayang tinggi, namun kini tiba-tiba aku terjatuh kedalam jurang yang tak berujung.
Jika memang kejadian tadi malam adalah mimpi, tolong jangan biarkan aku terbangun. Aku mohon…
            “I’m hungry, Cha.” Ucap seseorang yang tiba-tiba berdiri dibelakangku.
            Aku menoleh cepat.
“Key!” pekikku kemudian menghambur ke arahnya dan (sekali lagi) memeluknya.
            Dia tampak kaget lalu melepaskan pelukanku dengan cepat, “Ya! Kau memelukku lagi. Membuatku kaget saja.”
            Aku mendongak menatapnya. Matanya seketika membola melihat mataku yang basah.
            “Mwo? Apa kau habis menangis?” tanyanya memajang tampang blo’on. “Wa…waeyo?”
            Aku langsung mengusap air mata yang mengalir dipipi dengan punggung tanganku.
            “Kenapa? Kenapa kau menghilang begitu saja seperti tadi Key?” teriakku meluapkan rasa cemasku. “Kau membuatku sangat takut…. Dan juga sedih.” Nada bicaraku terdengar semakin pelan di akhir kalimat. Membuat Key terlihat begitu menyesal.
            “Jeongmal mianheyo Cha.” Kali ini dia tampak serius. “Aku tidak bisa menjelaskannya secara detail. Yang jelas orang lain tidak boleh tahu kalau ada sosok ‘Key SHINee’ di sini. Cukup kau yang tahu. Arasso?”
            Aku menatap matanya dalam-dalam. Untuk kedua kalinya pertanyaanku tidak benar-benar ia jawab.
Tapi lagi-lagi itu tidak penting. Yang penting sekarang adalah dia ada disini bersamaku.
Kami sempat terdiam dan hanya saling bertukar pandang dalam beberapa waktu, memikirkan apa yang baru saja terjadi.
            “Baiklah.” Ucapku memecah keheningan. “Bagaimana kalau sekarang kita memasak? Kau bilang kau lapar kan? Lagipula sudah lama aku ingin mencicipi masakan ala Key Umma!” lanjutku bersemangat.
            Akhirnya dia tersenyum simpul mendengar tawaranku. “Oke. Tunggu apa lagi?”
***
            Seperti yang kubilang sebelumnya, hari itu rumah sepi. Mama dan papa sudah terbiasa pulang malam. Dan bahkan terkadang sama sekali tidak pulang. Tapi sudahlah. Aku juga malas membahasnya.
            “Kita mau masak apa Cha?” tanyanya padaku.
            Aku membuka kulkas lalu mencoba mengubek-ubek isinya. Ada wortel, jagung, kubis, ayam dan beberapa sayuran lain. Tumben hari ini kulkas penuh.
            “Bagaimana kalau kita membuat sup jagung? Kau tahu sup jagung kan?”
             “Iya aku tahu. Tapi aku jarang memakannya.” Dia berfikir sejenak. “Tapi okelah. Kita buat sup jagung saja!”
            Selama ada didapur aku tercengang melihat caranya memasak. Benar-benar terlihat professional. Semuanya dilakukan dengan cepat dan juga bersih.
            Tapi tak jarang pula kami berdebat. Ada beberapa porsi bumbu yang berbeda. Setahuku, membuat sup jagung hanya memerlukan beberapa bumbu seperti bawang putih, penyedap rasa, kaldu dan sedikit garam saja sudah cukup. Tapi dia tidak. Dia malah memasukkan minyak  wijen, jahe, dan juga saus cabai (dia sering menyebut saus cabai dengan gochujang).
            Itu benar-benar aneh dilihat. Namun ternyata rasanya tidak terlalu buruk, walau nyatanya aroma jehe terasa begitu menyengat.
            Bagaimanapun juga ini hasil masakan Key Umma. Sudah lama aku memimpikan untuk memakannya. Dan aku benar-benar memakannya sekarang.
Tak terasa satu panci sup jagung ala Key Umma habis juga olehku.
“Terimakasih Key..” Ucapku dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tentu saja membuat dia tidak mengerti.
“Mwo? English please!” ucapnya penasaran.
Aku tidak menjawab pertanyaan Key, justru tersenyum sambil mencubit kecil lengannya. Kapan lagi bisa memasak bersama Key seperti ini?!?
Kupikir aku memang benar-benar beruntung telah menemukannya!

-To Be Continue-

            Weleh2, beruntung banget ya jadi Kesha ini. Bisa masak bareng Key dan nyobain masakan Key pula! *author envy XD
            Kekeke, maybe di part-part awal ini belom keliatan konfliknya. Tapi eh tapi, part-part berikutnya bakal sedikit-demi sedikit nongol konfliknya. Hehehe
            Gomawo kalo masih ada yang mau baca FF jelekku ini. yang masih punya hati, jangan lupa komeeennn. Gamsahamnida!! *bow bow bow

18 comments:

  1. penasaran~ lanjut lanjut :D

    ReplyDelete
  2. bagus kok kak..
    cma rada aneh masa kluar dri poster.

    ~ saya sdh mninggalkan jejak lhoo ~

    ReplyDelete
  3. @anissa: sip sip
    @alyaa: makasih dek ^^

    ReplyDelete
  4. hi! FF yang bagus.. ayo upload di http://wattpad.com supaya gak bisa dibajak dan makin banyak yang baca :)

    ReplyDelete
  5. hahaha. thanks buta sarannya ^^b

    ReplyDelete
  6. siapa yang bilang FF ini jelek? BAGUS BAGUS BAGUS!

    #membayangkan itu aku~ #plaaak

    ReplyDelete
  7. *ngecap kaki (kan katanya harus meninggalkan jejak (?)

    ReplyDelete
  8. udah kedua kali aku baca ni ff tep aja masih terpesona (?) hmm aku ijin coment di part terakhir aja ya eon :p

    ReplyDelete
  9. Ngga jelek ko , bagussssss malaaaaahhhhhhhh ;)) (y)

    ReplyDelete