Pages

Wednesday, 22 December 2010

Funfiction : Promise (Minho)

Annyeong semuah muah muah muah!
*deep kiss
love you all. bye~
*gubrak. belom apa2 woy!
oke. jayus. lanjut.

kali ini mau ngelanjutin FF ku yang udah aku posting sebelumnya. bukan ngelanjutin sih, tapi aku sengaja bikin FF tentang semua personil shinee, kemaren udah taemin, onew, key, dan sekarang minhoo. judulnya promise. menurutku sih sedih banget., ngga tau menurut kalian. hoho

*notes yang selalu aku tulis dan harus dibaca
perlu diketahui juga kalaaauuuuuuu FANFICTION INI SUDAH PERNAH DITERBITKAN DI PAGE SHINEE (nama page disamarkan, yang pasti pembacanya udah banyak *lol) dan juga DITERBITKAN DI FB AKUU. Jadi jangan coba2 mengcopy atau menyadur.
*plak, siapaa juga yang mau ngopy FF jelek kaya gini. hehehe


Promise



Title                      : Promise
Cast                      : Choi Minho, Shin Ha Ra
Genre                   : Tragedy, romance.

                Siang itu udara kota Seoul terasa panas. Tidak terlalu berbeda dengan keadaan di dalam bus yang ditumpangi seorang namja tampan bernama Minho. Dia tampak Enjoy mendengarkan music dari sebuah headphone yang terpasang di kepalanya. Padahal saat itu sangat pebuh sampai-sampai Minho terpaksa berdiri menggantung.
                “Permisi” ucap seorang yeoja dibelakangnya. Yeoja itu melintas dan berhenti tepat di sisi kiri Minho.
                Sepintas, yeoja itu terlihat berantakan dengan celana belel, sepatu kets dan juga jumper hitamnya. Dan satu lagi, ada sebuah topi yang melingkar diatas kepalanya.
                “Ciiiiit.” Tiba-tiba supir mengerem bus mendadak. Membuat semua penumpang bergerak ke depan.
                Saat itu juga Minho melihat yeoja disampingnya tadi mengambil sebuah dompet milik lelaki paruh baja yang berjas rapi di depannya. Lelaki paruh baya itu tidak menyadari jika sedang dicopet.
                Tapi anehnya, Minho hanya tersenyum lalu melangkah untuk turun dari bus.
                Tanpa ia sangka, yeoja pencopet itu juga turun di halte yang sama. Dengan tenang yeoja itu turun lalu berjalan melewati trotoar dan berhenti disebuah toko untuk membeli es krim.
                “Berapa?”tanyanya pada penjual es krim.
                “Lima ribu.”
                “Ini.” Ucap Minho yang tiba-tiba datang lalu membayar es krim milik yeoja itu.
                “Hey, siapa kau? Kenapa kau tiba-tiba membayar es krim ku, ha? Kau pikir aku tidak punya uang?” tanyanya kasar.
                Minho tersenyum, matanya yang bulat dan senyumnya yang manis itu menghipnotis sang yeoja dengan cepat.
                “aku hanya tidak ingin kau memakan es krim dari uang haram.” Ujar Minho ketika mereka sudah agak jauh dari toko es krim.
                “Apa kau bilang?”
                “Aku tadi tidak sengaja melihatmu mengambil dompet orang itu.” Ucap Minho dengan tenang.
                “Kau?” yeoja itu terkejut setengah mati. “Kau sungguh melihatnya? Sial!”
                “Tenang saja, aku tidak akan mengatakannya pada siapapun. Tapi aku hanya ingin kau mengembalikan dompet itu dalam keadaan utuh.”
                “ck!” yeoja itu melengos. “Itu tidak mungkin. Lagipula dia orang kaya. Dia tidak mungkin bangkrut jika aku hanya mengambil dompetnya ini.”
                Minho menghela nafas sambil menatap yeoja yang ada didepannya. Yeoja itu jadi salah tingkah. “Kenapa kau tidak mencoba mencari pekerjan?” kata Minho kemudian.
                “Huuhft…” bahu yeoja itu menurun. “Jika aku bisa mendapatkan pekerjaan, mana mungkin aku bekerja seperti ini?”
                Minho diam. Ia tampak berfikir sejenak sambil (lagi-lagi) menatap yeoja yang berdiri didepannya.
                “Aku akan memberimu pekerjaan, tapi kau harus berjanji untuk tidak mencopet seperti ini lagi.”
                “Benarkah?” tanyanya semangat.
                Minho mengangguk. “Janji?”
                Yeoja itu mengangguk semangat.
                “Oke, siapa namamu?”
                “Shin Ha Ra.”
                Setelah mendengar nama yeoja itu, minho mengeluarkan ponsel lalu tampak menelpon seseorang dan berbicara sejenak.
                “Mulai besok kau bisa bekerja di restoran ahjussiku. Tapi aku ingin kau pegang janjimu.” Ucap Minho seraya menyerahkan sebuah kertas. “Ini alamatnya.” Kemudian ia melangkah pergi.
                Dari balik punggung minho yang lebar dan tubuhnya yang tinggi, Ha Ra tertegun menatapnya, “Apakah dia seorang malaikat?” ucap Ha Ra dalam hati.
***
                “Annyeong!” sapa Ha Ra ketika melihat Minho melintas masuk melewati pintu restoran.
                Minho tersenyum. “Annyeong. Bagaimana pekerjaanmu?” sapanya ramah.
                “Menyenangkan!”
                “Syukurlah. Mana ahjussi?”
                “Dia sedang menemui seorang pelanggan yang memesan cathering untuk sebuah acara. Mau pesan apa?”
                “Haha, aku tidak bermaksud untuk makan disini. Tapi okelah jika kau menawarkan.” Minho melihat daftar menu. “Milkshake cappucino satu.”
                “Segera datang!”
                Minho duduk disebuah meja disudut ruangan. Dia menatap pelanggan lain yang kini duduk seruangan dengannya. Siang-siang seperti ini sudah pasti restoran penuh, beruntung dia masih mendapatkan kursi untuk duduk.
                “Pesanan datang!”
                Minho tersenyum menyambut kedatangan Ha Ra. “Gomawo.”
                “Milkshake cappuccino special untuk minho!”
                Lagi-lagi minho tersenyum. Tampaknya namja ini lebih suka menjawab sesuatu dengan senyuman.
                “Minho, sabtu sore besok apakah kau ada acara?”
                Minho tidak langsung menjawab, lalu kemudian menggeleng.
                “Kalau begitu, maukah kau pergi denganku? Aku ingin memberimu sesuatu. Sebagai tanda terimakasihku.”
                Minho tersenyum lebar sambil mengaduk milkshakenya. “Sebenarnya itu tidak perlu Ha Ra. Anggap saja ini semua kado dariku.”
                “Tapi aku tetap ingin memberimu sesuatu. Kau mau menerimanya kan?”
                Minho menatap Ha Ra sebentar lalu akhirnya mengangguk.
***
                Pandangan Minho menyapu keadaan disekelilingnya. Kini ia ada disebuah lapangan basket yang terletak di tengah perkampungan, didekat gedung-gedung tengah kota. Disana sangat ramai orang berlalu lalang. Namun di tengah lapangan itu, kini hanya ada Minho dan Ha Ra seorang.
                “Jadi, kenapa kau membawaku kemari?”
                “Kau suka basket bukan?” Ha Ra mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. “ini untukmu.” Sembari menyerahkan sebuah bola basket berwarna hitam untuk Minho.
                “Untukku?”
                “Ye, sebagai tanda terimakasihku.”
                “Woaahh, gomawo.” Minho menerima bola itu dengan senang lalu melakukan beberapa dribble dan akhirnya bola itu berakhir melewati bundaran ring dalam satu kali tembakan.
                “Waw!” Ha Ra terkesima.
                “Mau mencobanya?” tawar Minho.
                “Siapa takut?”
                Akhirnya mereka berdua bermain bersama. Mereka begitu asik sampai sesuatu terjatuh dari saku jumper Ha Ra.
                “Ini milikmu?”
                “Eh? Iya!” ucap Ha Ra, panic. Ia ingin merebut dompet itu, namun Minho mencegahnya. Minho mendadak curiga.
                Dan kecurigaan Minho terjawab setelah menemukan ID yang bukan milik Ha Ra, melainkan milik orang lain. Ha Ra kembali mencopet.
                “Kau berbohong padaku Ha Ra?” Raut wajah Minho mendadak berubah. Rahangnya mengeras, matanya tajam menghujam ke arah Ha Ra. “Aku tidak ingin menerima bola haram ini.”
                “Tidak Minho. Bola ini hasil kerjaku selama ini. Aku tidak berbohong.”
                “Tapi kau sudah berjanji padaku Ha Ra!” teriak Minho keras. Suaranya menggema di udara, membuat Ha Ra terperanjat. Air matanya seketika merebak.
                Minho meraih jaket dan tas yang ia letakkan di tepi lapangan lalu beranjak pergi.
                “Minho, tunggu!” Ha Ra meraih lengan Minho kemudian memeluk minho dari belakang. “Mianhe… jeongmal mianhe Minho. Aku tidak bermaksud menghancurkan kepercayaanmu. Tapi aku benar-benar sedang butuh uang.” Ucapnya dibalik punggung Minho.
                Minho tertunduk dalam, menutup matanya menahan tangis. Lalu ia melepaskan pelukan Ha Ra tanpa suara.
                “Minho…” ucap Ha Ra bergetar.
                Tepat setelah itu ada segerombolan orang yang mendatangi Ha Ra dengan wajah penuh curiga. “Hey kau? Bukankah kau yang mencopet dompetku waktu itu?” tanya orang itu begitu keras, sampai-sampai Minho yang berjarak beberapa meter dari mereka mendengarnya.
                Ha Ra terkejut, ia tak menyangka salah satu korbannya mengenalinya.
                “Lari Ha Ra!” dengan cepat minho berbalik dan meraik tangan Ha Ra. Mereka berdua berlari melintasi perkampungan itu, menerjang banyak orang yang menghalangi langkah mereka.
                Ha Ra tidak bisa berfikir apapun, yang ia tahu kini ada segerombolan preman bertampang sangar berbadan besar yang sedang mengejarnya. Demikian juga Minho, ini bukan saatnya untuk marah, tapi ia harus menyelamatkan seseorang yang sedang ia genggam tangannya sekarang.
                Sialnya mereka memilih belokan yang salah. Tak ada lagi jalan. Hanya ada 3 gedung bertingkat di ketiga sisinya. Membuat keduanya mati langkah!
                “Masuklah kesini Ha Ra!” ucap minho sambil membukakan sebuah bak sampah besar yuang kosong.
                “Lalu kau?”
                “Cepatlah! Tidak ada waktu lagi!”
                Disaat yang bersamaan, munculah segerombolan preman itu di ujung jalan. Untung saja minho sudah menutup tempat persembunyian Ha Ra sebelumnya.
                “Mau lari kemana lagi kau, ha?” ujar preman itu. “Mana yeoja busuk itu? Bisa-bisanya dia mengambil duitku. Cuih!” di meludah tepat di ujung sepatu minho.
                “Jika kau ingin menemukannya, kau harus menghadapiku dulu. “ ucap minho tegas. Padahal hatinyapun sedang takut. Tapi ia akan melakukan apapun untuk Ha Ra yang sedang mengintip di balik tempat persembunyiannya.
                “Tunggu apa lagi? Habisi dia!”
                Tanpa bekal beladiri, perlawanan Minho tidak berarti. Dalam hitungan detik, dia tumbang. Mereka memukul wajah Minho, menendang perut Minho dan bahkan menggunakan benda tumpul untuk menghajar Minho.
                Ha Ra menutup mulutnya dengan tangan dan menggigit lidahnya kuat-kuat agar tidak berteriak. Air matanya tidak terbendung melihat minho mencoba bertahan sampai tenaga Minho habis.
                Setelah puas menghajar minho, preman itu merampas uang yang minho punya. Lalu akhirnya pergi meninggalkan minho yang terkapar tak berdaya di tanah.
                Ha Ra keluar lalu meraih kepala Minho dan meletakkan di pangkuannya. Dadanya terasa begitu sesak. Matanya memanas lalu akhirnya air mata mengaburkan pandangannya.
                Di pangkuannya kini terlihat sosok Minho yang tak berdaya dan berlumuran darah. Ha Ra tidak mampu merasakan apa yang sedang Minho rasakan. Namun yang pasti, terasa sangat sakit.
                “Je…jeongmal mianhe” ucap Ha Ra terdengar sangat pelan.
                “Jangan menangis Ha Ra.” Ucap minho tertahan sambil mengusap air mata yang mengalir dan menorehkan darah yang berasal dari tangan minho dipipi Ha Ra.
                Ha Ra ingin mengatakan sesuatu. Tapi tiba-tiba tenggorokannya tercekat. Ia hanya mampu memeluk Minho dengan erat.
                “Setelah melihatku seperti ini, apakah kau kini mau berjanji untuk tidak melakukan hal itu lagi?” ucap minho disela pelukan Ha ra.
                Ha ra tak sanggup menjawab. Ia menyadari betapa besar rasa bersalahnya hingga tak terbendung lagi. Dalam hati ia berjanji tidak akan melakukan hal itu lagi, dalam keadaan apapun. Sungguh! Demi seseorang yang ada dalam pelukannya sekarang.
-the end-

please comment!

18 comments:

  1. waaa~ chingu udah baca ff ku ya?
    gomawo udah baca :D

    ReplyDelete
  2. alyaslaluloveshinee10 May 2011 at 12:03

    bkin lagii yang lebihh lebihh seru yaa eonni.

    ReplyDelete
  3. Wah keren, tapi ceritanya terlalu singkat. Coba dibikin two shoot gitu hehe :)

    ReplyDelete
  4. Bagus kok.. coba i panjangin lagi eon...
    Pasti bukan keren lagi.. tapi DAEBAK!,.. aku aja nangis baca yg "I Wanna be with You" itu... :'(

    ReplyDelete
  5. Terharu bgt..
    Bkin FF Suju donkz *numpang request hehehe

    ReplyDelete
  6. haha mian, aku bisanya bikin shinee b1a4 ^^v

    ReplyDelete
  7. eon, minho ga mati kan??? #pasang tampang polos

    ReplyDelete
  8. *plaaak nampar preman *duug week ditonjok preman + mati kemuadan hahhahah wkwkwkkw seru-seru

    ReplyDelete
  9. duh, hara kenapa nyopet lagi coba? smpe2 bikin minho babak belur kaya gitu..aigoo~ untung minhony ga smpe mati..

    ReplyDelete