Pages

Thursday, 11 January 2018

FF OngNiel Wanna One : Serenity [Part 13]

Annyeonghaseyooonggg~
aduh maap banget lama ga posting.
semenjak *sesuatu yang aku bahas di postingan sebelumnya* aku beneran blank mau bikin FF lagi :(
Jadi maaf kalo part ini ada beberapa bahasa yang masih 'mentah'. 
Eh bentar, tapi ong lagi dimana ya....

*Di Salon*
Author : "Ong-ah! Kamu cukurnya lama amat sih!"
Ong         : "Sabar nuna, aku lagi pengen punya rambut yang antimainstream nih."
Author  : "Buruan, Serenity part 14 udah mau tayang. kalo kamu cukur, entar terus siapa yang main -_-"
Ong        : "Jinjja? Jeongmal? Real? Kalo gitu udahan deh bang cukurnya!" *ngomong ke abang tukang cukur yang ada dibawah pohon samping perempatan*
Author : *geret ong* "Yah, kamu belum kelar yah? kog hasilnya jadi gini?"
Ong          : "Gapapa lah nun, aku diapain aja tetep ganteng kog."
Author   : "Okedeh readers, langsung aja yah! cekidot!"


Tittle                    : Serenity [Part 13]
Author                                : Ichaa Ichez
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-15
Cast                      : Shin Jihyun, Ong Seongwoo, Kang Daniel, Hwang Minhyun. Choi Yena
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Umma, dimana Seongwoo?” Jihyun yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung bertanya pada ummanya dimana keberadaan Seongwoo. Kepala yeoja itu masih terbalut dengan handuk basah, sementara bajunya belum dipakai dengan benar karena ia terburu-buru.
                Bukannya menjawab pertanyaan Jihyun, umma Jihyun justru mengomentari dandanan anak semata wayangnya itu. Membuat suasana rumah yang beberapa bulan ini sepi seketika kembali menjadi ramai.
                “Dia pergi keluar tadi.” Suara berat yang terdengar dari ruang tengah melenyapkan perdebatan antara ibu dan anak itu dengan cepat.
                “Kemana? Kemana?” Jihyun langsung menghambur ke arah appanya yang sedang menyesap kopi sambil menikmati acara TV. “Seongwoo pergi kemana appa?”
                Pertanyaan beruntun itu hanya dijawab dengan gerakan bahu yang naik ke atas, membuat Jihyun kesal lalu melempar handuknya ke sembarang tempat dan menghilang dari balik pintu.
                “Jihyun-ah!! Rapikan dulu rambutmu!!” Umma Jihyun berusaha mengejar namun langkahnya berhenti tepat ketika suara pintu yang ditutup terdengar keras. “Jihyun-ah!! Ya~~!!”
                Suasana diluar rupanya sudah berubah jauh ketimbang disaat Jihyun baru datang dari Seoul beberapa jam yang lalu. Matahari sudah mulai condong ke timur, meninggalkan semburat kuning ke emasan yang menghiasi langit.
               Hanya menggunakan sebuah kaos longgar berwarna putih dan celana training lengkap  dengan sandal jepit, perlahan lahan Jihyun mulai menyusuri jalanan di desanya yang sudah sangat ia kenal. Sore itu suasana hangat seolah menyambut kedatangannya. Bahkan tidak jarang Jihyun harus membalas sapaan dari tetangga desa yang sudah cukup lama tidak ditemuinya.
                Sampai Jihyun berhenti di tepian kebun jagung yang tidak ditanami. Dari kejauhan dia bisa melihat siluet seorang pria yang tengah duduk diatas bangku persegi beratapkan sebuah pohon rindang yang tidak terlalu tinggi. Setelah memastikan bahwa namja itu adalah Seongwoo, tanpa pikir panjang Jihyun lantas berjalan ke arahnya.
                Namun ketika ia berjarak kurang lebih 3 meter dari Seongwoo, yeoja itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia melihat sesuatu yang aneh.
                Awalnya Seongwoo menebarkan pandangannya ke sekeliling. Tapi lama kelamaan kepalanya semakin menurun. Kemudian menunduk. Menyembunyikan wajahnya diantara punggung yang bisa Jihyun lihat dari jauh. Dan ketika Jihyun mendekat, ia baru menyadari bahwa bahu namja itu bergetar hebat.
                Seongwoo menangis disana. Sendirian.
                Jihyun merasa tiba-tiba ada sebuah gemuruh menyerang dadanya. Ini pertama kalinya ia melihat Seongwoo dalam keadaan yang begitu rapuh. Dalam situasi apapun, namja itu selalu memberikan kekuatan untuk Jihyun meskipun sendirinya tengah kalut. Ia tidak pernah mengeluh. Tidak sama sekali. Bahkan disaat sisa hidupnya hanya untuk melunasi hutang-hutang orang tuanya pun, Seongwoo tidak pernah mengeluh.
                Iya… Hari ini baru Jihyun mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sepuluh tahun yang lalu. Bagaimana kehidupan Seongwoo setelah pergi dari Jeonju, sampai kabar orang tuanya yang sama sekali tak pernah ia ungkit bahkan ketika bersama Daniel sekalipun.
                Setelah bertemu dengan orang tua Jihyun tadi siang, Seongwoo meluapkan segala kekhawatiran yang selama ini ia pendam. Akhirnya namja itu menceritakan semuanya, hanya ketika ia sudah bertemu dengan orang tua keduanya, Appa dan Umma Jihyun.
                Dari sana Jihyun mengetahui bahwa kehidupan Seongwoo yang ia lanjutkan di Incheon tidak berjalan dengan baik. Selama beberapa tahun, keluarganya harus menumpang di rumah saudara mereka karena tidak memiliki tempat tinggal. Appanya bekerja serabutan, sementara ummanya berjualan seadanya.
                Dan yang terjadi setelah itu justru semakin buruk. Hutang keluarga Seongwoo begitu banyak, ummanya mulai sakit-sakitan dan appanya kehilangan pekerjaan. Tidak cukup sampai disitu, mereka pun telah ditipu. Seongwoo bahkan terpaksa bekerja paruh waktu dari bangku sekolah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga.
                Ketika Seongwoo lulus SMA, hal yang paling mengerikan pun terjadi. Appanya meninggal karena kecelakaan, dan ummanya menyusul dua tahun kemudian. Seongwoo yang sebatang kara tidak mungkin menghabiskan sisa hidupnya dengan bergantung pada saudaranya.
                Dari sana ia memutuskan untuk tinggal di Seoul untuk mencari pekerjaan yang lebih layak dan melunasi hutang yang tersisa. Sampai akhirnya ia bertemu dengan Daniel dan Jihyun hingga menjalani kehidupan seperti sekarang.
                Tak ada sedikipun kenangan manis yang pantas diceritakan. Semua masa lalunya terlalu pahit untuk ia ingat. Lebih baik Seongwoo menyimpannya seorang diri dan bersikap seolah-olah tak ada apapun yang terjadi. Sudah semenjak ia tinggal di Seoul, Seongwoo berjanji untuk tidak mengungkit sedikitpun kejadian itu dan berusaha menjadi sosok yang baru. Ya… semua kejadian itu memang seharusnya dilupakan. Seongwoo harus menyimpannya begitu rapat sehingga tidak ada seorangpun yang tahu.
Sampai hari ini datang…
Dan Seongwoo memilih untuk membuka kotak pandora itu…
***
                “Silyehamnida!”
                “Oh.. Seongwoo-ya! Kemari… kita makan malam bersama.” Ajak umma Jihyun sambil membawa mangkuk berisi hidangan. Sementara di samping meja makan sudah terlihat Appa Jihyun yang langsung tersenyum disaat Seongwoo datang.
                “Malam ini kami masak agak banyak.” Ucap umma Jihyun ikut duduk disamping suaminya. “Jangan ragu-ragu untuk menambah porsi ya?”
                “Ne!” Jawab Seongwoo sambil tertawa. “Jihyun nuna dimana Ommoni?”
                Umma Jihyun sibuk mengambilkan sup untuk suaminya, “Entahlah… sejak sore tadi ia keluar. Bukankah ia pergi untuk mencarimu?”
                Alis Seongwoo terangkat, “Aku… tidak bertemu dengannya Ommoni.”
                “Duduklah.” Cegah appa Jihyun menyadari Seongwoo hampir saja bangkit. “Jihyun tahu benar area sini. Orang-orang pun sudah mengenalnya. Tidak mungkin hal buruk terjadi.”
                Umma Jihyun mengangguk, “Palingan anak itu mampir ke kedai topokki yang ada didepan gang. Ia lebih sering menghabiskan makan malam disana ketimbang dirumah.”
                Seongwoo memandangi Umma dan Appa Jihyun bergantian. Pikirannya masih belum tenang. Tapi dengan makanan yang sudah terhidang diatas meja dan kalimat yang mereka ucapkan, tidak mungkin jika Seongwoo harus pergi meninggalkannya sekarang.
                Setidaknya setelah Seongwoo selesai makan malam.
                “Annyeonghaseyo ahjumma, apa tadi ada seorang yeoja berambut panjang dengan tinggi kira-kira 165 cm yang kebetulan mampir ke kedai ini?” tanya Seongwoo pada pemilik kedai toppokki yang disebutkan Umma Jihyun. Namja itu langsung mengecek kesana sesaat setelah ia selesai makan malam.
                Ahjumma dengan rambut keriting yang dipotong pendek itu mengerutkan dahinya. Beliau sedikit bingung karena penjelasan Seongwoo masih terlalu abstrak. Pembeli wanita dengan tinggi 165 cm? Sayangnya ia tidak pernah menanyakan satupun berapa tinggi badan para pembeli di kedai itu, oleh karenanya ia tidak tahu.
                “Ji.. jihyun. Apa ahjumma mengenal jihyun?”
                “Ah!” Barulah beliau memahami maksud Seongwoo. “Maksud anda nona Jihyun?” ia mengibaskan tangannya yang dibalut oleh sarung tangan plastik. “Tadi sore ia sempat kemari untuk menyapaku. Tapi tidak lama kemudian ia pergi entah kemana.”
                Seongwoo tampak kecewa. Meskipun masa kecil Seongwoo dihabiskan di desa ini, namun namja itu tidak mengetahui jalanan-jalanan kecil yang kini lebih banyak memiliki cabang. Ia berusaha untuk mengenali bangunan yang dulu sering ia lewati, tapi bahkan rute untuk kembali ke rumah Jihyun saja hampir membuat Seongwoo tersesat.
                Sudah hampir pukul 10 malam. Seongwoo masih berusaha untuk mengitari sudut kota Jenju yang sempit dan mencari dimana kemungkinan Jihyun berada. Meskipun satu jam lebih sudah terlewat, namun tanda-tanda keberadaan yeoja itu belum juga terlihat.
                Setelah cukup lama mencari dan tidak menemukan hasil, akhirnya Seongwoo memilih untuk kembali pulang. Namun tepat di depan rumah Jihyun tiba-tiba siluet seseorang terlihat dari kejauhan Orang itu tidak sendirian, melainkan tengah menggendong orang lain yang berada di punggungnya.
                “Nuna!” Seongwoo berseru saat ia memastikan bahwa salah satu dari mereka adalah Jihyun. “Apa yang terjadi?! Nuna kenapa!?” tanyanya panik melihat Jihyun tidak sadarkan diri.
                “Tidak perlu bertanya, bukakan saja pintunya!”
                Sosok pria yang tengah menggendong Jihyun itu tampak sedikit tidak ramah. Karena tak hanya mengabaikan pertanyaan Seongwoo, ia bahkan langsung masuk ke dalam rumah tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu sesaat setelah pintu terbuka.
                “Nuna~ nuna~” Seongwoo menggoyang-goyangkan lengan Jihyun yang telah terbaring di kamarnya. Seongwoo berjanji dalam hati kecilnya, kalau terjadi hal buruk menimpa Jihyun, ia tidak akan memaafkan orang yang baru saja membawa yeoja itu pulang.
                “Dia sedang mabuk.” Sebuah suara muncul dari depan pintu kamar Jihyun. “Apa kau tidak bisa mencium bau alkohol huh?”
                Seongwoo menoleh. Namja itu masih disana ternyata.
                “Kau pasti penasaran siapa aku sebenarnya.”
Mata Seongwoo menyipit. Tidak langsung menjawab. Diam-diam ia mengamati lawan bicaranya itu dengan detail sembari memberi penilaian dengan versinya sendiri.
Setelah dilihat lebih lama ternyata ia jauh lebih pendek dari yang Seongwoo kira. Mungkin setara dengan tinggi badan Jihyun. Wajahnya cukup tampan dengan kulit putih  bersinar untuk ukuran pria. Meskipun cuaca diluar terasa dingin, namja itu masih terlihat santai dengan kaos oblong dan celana pendek berwarna hijau army.
Dari sana Seongwoo menyimpulkan, bahwa namja itu bukan style Jihyun. Tapi cukup jelas bahwa Jihyun dan ia sudah saling kenal, terbukti oleh umma Jihyun yang memberikan akses masuk ke dalam rumah dengan mudah untuk namja itu.
“Perkenalkan, aku Ha Sungwoon.” Ia menyodorkan tangannya, mengajak Seongwoo bersalaman. “Mungkin kau sudah pernah mendengar namaku sebelumnya. Aku adalah namjachingu Jihyun.”
-To Be Continue-
                Ada apa ini? Ada apa ini?
                Kenapa tau-tau Sungwoon nongol dan ngaku2 kalo dia cowonya Jihyun???
                Kira2 gimana ya respon Seongwoo pas tau kalo Jihyun udah punya cowo?
                Bagi yang penasaran, jangan lupa baca part selanjutnya.

                See u next time!

2 comments:

  1. Gpp kx kak walaupun hrus menunggu sampai 14 purnama ak tetap setia hahahahha #modelebay
    G disangka ada hasung,...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha udah kaya rangga sama cinta yaa wkwk
      Iya iya ada hasungg. Nantikan kejutan di part selanjutnya yaa

      Delete