Aaaakkkkhirnyaaa...akhirnyaaaa...akhirnya
sampai juga kita di part terakhir ff-yang-udah-lama-banget-ga-kelar-kelar ini.
akhirnya.
Di part sebelumnya
udah dijelasin misteri(?) dibalik semua ini kan? Nah masih nggantung tuh gimana
keadaan jonghyun ama yujin abis digebukin ama preman2 ahjussi. Di part ini
mulai deh penyelesaiannya. Gimana nasib yujin jonghyun dan orang2 disekitar
mereka(?)
Part ini super
panjang yaaa, jadi bersiaplah(?) kkkk
Sedikit cuplikan part
sebelumnya...
- Roda motor yang ditumpangi Jonghyun dan Yujin terus berputar tanpa henti. Terus dan terus saja berputar. Yujin sampai tidak yakin ada dimana ia sekarang. Yang jelas sudah beberapa jam yang lalu mereka melewati perbatasan kota seoul.
- Yong Wook sudah lama menunggu saat-saat seperti ini untuk balas dendam karena Jonghyun telah memasukkannya ke dalam penjara. Ia tidak hanya mengintai kehidupan pribadi Jonghyun, tapi juga menjadikan Yujin sebagai ancaman jika Jonghyun berbuat macam-macam.
- Yujin tidak tahu jelas ia sedang berada dimana. Yang terlihat hanya sebuah gedung tua dengan tembok yang belum di cat dan ruang pengap tanpa sirkulasi udara. Yujin bisa mencium bau menyengat di ruangan yang lembab ini.
- “Jika kau bisa mengalahkanku sekali lagi, maka aku akan melepaskanmu. Sederhana bukan?”
- Kini Jonghyun baru mengerti apa sesungguhnya maksud dari permainan ini. Ternyata Yongwook menjadikan Yujin sebagai tumbal setiap kali Jonghyun menyakitinya. Perlakuan apapun yang Yongwook dapatkan dari Jonghyun, maka Yujin pun akan mendapatkannya dari anak buah Yongwook. Dan jika Jonghyun berusaha memberontak, tak segan-segan sebuah pistol mengarah ke kepala yeoja itu.
- DOR!!! Sebuah peluru yang sebelumnya tertahan di ujung senapan itu akhirnya benar-benar meluncur. Disusul dengan lelehan darah yang terus menerus mengalir membasahi lantai.
Tittle : Lucid Dream [Part 17/END]
Author : Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew),
Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter.
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Di salah satu ruangan VIP sebuah
rumah sakit terdengar suara dari alat penunjuk detak jantung yang berbunyi di
setiap detiknya. Seorang yeoja dengan pakaian biru bergaris khas pasien tampak
tertidur sementara selang oksigen tertancap di dua lubang hidungnya. Tepat
disamping yeoja itu duduk seorang ahjumma berumur sekitar 40 tahunan yang setia
menemaninya siang dan malam selama 2 hari ini. Beliau tampak begitu cemas dan
khawatir menunggu setiap perkembangan yang terjadi pada anak sulungnya.
Yeoja itu, Yujin, sempat tidak
sadarkan diri selama dua hari, dan setelah terbangun ia mendapatkan beberapa
proses pemeriksaan kesehatan. Sebelumnya diberitahukan bahwa akibat dari
penculikan dan pemukulan yang dilakukan oleh anak buah Yong wook, Yujin
mendapatkan beberapa luka memar di sekujur tubuhnya. Di bagian perut terdapat
lebam yang cukup parah namun beruntung tidak melukai organ dalamnya. Terjadi
pula sedikit pembengkakan di wajah dan lengan kanan Yujin. Namun dari semua
luka yang Yujin terima, justru kondisi psikologisnya lah yang membutuhkan
penanganan. Kejadian mengerikan yang Yujin alami meninggalkan rasa trauma dalam
diri yeoja itu. Ia tidak boleh stress
jika ingin kondisinya pulih dengan cepat.
Sejak kemarin Yujin mendapatkan
kunjungan dari Hana, member SHINee dan bahkan Taejoon yang datang menemani
Yujin seharian. Mereka semua sangat khawatir namun sama sekali tidak
memperlihatkan kekhawatiran itu karena tidak ingin Yujin berfikiran buruk
dengan kondisinya.
Yujin ingat betul yang terjadi pada
malam itu adalah ia melihat dengan sangat jelas Yongwook melepaskan tembakan ke
dada Jonghyun. Benar-benar menembus kulit namja itu sampai lelehan darah
mengalir dari balik kaos putihnya. Yujin menjerit histeris ingin mendekati
Jonghyun namun sebuah pukulan pada bahu belakangnya membuat ia seketika
pingsan. Selebihnya Yujin tidak tahu apa yang terjadi. Namun mereka mengatakan
bahwa ada warga yang mendengar suara tembakan itu kemudian memeriksa keberadaan
Yujin dan Jonghyun sampai akhirnya ia berakhir di tempat ini.
Yujin sangat ingin bertemu
dengan Jonghyun. Ia begitu penasaran dengan keadaan namja itu. Tapi bahkan saat
meminta ijin untuk keluar kamar saja, ia tidak diijinkan. Tak satupun yang
membahas soal Jonghyun meski berulang kali Yujin bertanya mengenai keadaan
namja itu. Semakin mereka mengatakan bahwa Jonghyun baik-baik saja semakin
Yujin tidak bisa menenangkan pikirannya.
Sampai akhirnya malam keempat
Yujin berada di rumah sakit, Umma Yujin berhasil dibujuk untuk pulang. Yumi
serta Appa Yujin pun turut mengantarkan Umma dan berjanji untuk kembali besok
pagi. Sekarang tersisa Hana yang menawarkan diri untuk menjaga Yujin. Tampaknya
yeoja itu ingin menebus kesalahannya setelah bertengkar dengan Yujin beberapa
minggu lalu.
Jam dinding menunjukkan pukul
01.00 p.m. Yujin menoleh ke arah sofa di sudut ruangan tempat Hana sedang
tidur. Semenjak Yujin siuman dua hari lalu, ia bahkan sama sekali tidak bisa
melakukan seperti apa yang Hana lakukan sekarang. Hanya terkadang Yujin menutup
matanya agar tidak membuat Ummanya khawatir.
Saat itu pula tiba-tiba pintu
kamarnya terbuka perlahan. Orang yang baru saja masuk terkejut mendapati Yujin
masih terjaga di tengah malam seperti sekarang.
“Yujin kau belum tidur?”
Yujin menggeleng, “Oppa sendiri?
Tidak menjaga Jonghyun?”
Onew berjalan ke mendekati Yujin
setelah menutup pintunya perlahan karena tak ingin membuat Hana terbangun. “Ada
Taejoon.” Jawabnya singkat.
Yujin hanya ber-oh.
“Bagaimana kabarmu?”
Tak ada jawaban.
“Kau pasti mengkhawatirkan
Jonghyun.” Onew sedikit tersenyum menebak isi pikiran Yujin. “Dia tidak
apa-apa. Seperti yang kubilang sejak kemarin.”
Yujin membuang nafasnya
keras-keras. Ia sedang tidak mau berdebat sekarang. Mana mungkin Jonghyun
baik-baik saja setelah semua kejadian buruk yang jelas-jelas Yujin lihat dengan
mata kepalanya sendiri?
“Geurae. Arrasseo...” Lagipula
keadaan Yujin sudah membaik sejak kemarin, tidak ada salahnya memberi tahu apa
yang sebenarnya terjadi, pikir Onew.
“....Saat
ini Jonghyun masih menerima perawatan intensif di ruang ICU. Dia mengalami
gegar otak ringan, tulang rusuk bagian kirinya retak, sekujur tubuhnya dipenuhi
memar, dan dada sebelah kanannya terkena tembakan peluru.”
Yujin yang semula menatap
langit-langit kamar langsung menoleh ke arah Onew. Ia tidak mengira luka
Jonghyun separah itu.
“Beruntung peluru tidak mengenai
jantungnya, jika tidak...” Onew menghentikan ucapannya. Tanpa dilanjutkan pun
Yujin mengerti benar apa yang namja itu maksud.
Jika
mengingat kejadian kemarin, Yongwook tampak terburu-buru menembakkan pistolnya
ke arah Jonghyun. Mungkin karena itulah pelurunya meleset. Betapa beruntungnya.
“Uhm... Apakah umma mu sudah
menyampaikan padamu jika besok pagi interogasi dari pihak polisi akan segera
dimulai?” Ucap Onew mengalihkan pembicaraan.
Yujin masih diam. Ia hanya
melihat ke arah Onew dengan tatapan kosong.
“Jika belum, kuharap kau
bersiap-siap. Polisi sudah memberikan waktu 2 hari semenjak kau sadar, mereka
tidak akan menunggu lebih lama lagi untuk mencari tahu siapa pelakunya.” Onew
menjelaskan dengan rinci, Yujin hampir saja lupa kalau namja satu ini berasal
dari jurusan Hukum. “Kau hanya perlu menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.
Jika kau tidak tahu kau bisa....”
“Akulah penyebab semua ini
Oppa...” Potong Yujin tiba-tiba, membuat Onew menghentikan kalimatnya kemudian
menatap Yujin tidak mengerti.
“...Akulah yang menyebabkan semua
kejadian ini menimpa Jonghyun.” Yujin menarik nafas, mencoba menahan air mata
yang hendak bergulir di pipinya. “Aku yang menyebabkan umma Jonghyun meninggal.
Aku yang menyebabkan Jonghyun hidup tanpa harapan. Aku pula yang menyebabkan
Jonghyun hampir kehilangan nyawanya... Aku... orang itu aku...”
Ekspresi Onew berubah serius
saat menyadari tubuh Yujin bergetar sambil terus berbicara.
“Oppa pasti tahu yeoja itu...
Yeoja yang Jonghyun selamatkan dari para pemabuk dua tahun lalu, dia adalah
aku.” Mata Yujin memerah. Akhirnya ia meluapkan rasa bersalah yang selama ini
ia pendam. “Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Tapi sekarang semuanya
sudah terlambat.”
Onew sampai kehilangan kata-kata
mendengar pengakuan Yujin. Setiap kejadian dalam kehidupan Jonghyun bagaikan
setumpuk coretan yang ia simpan dalam pikirannya. Onew tak mungkin melupakan
kejadian itu. Namun baru sekarang ia tahu bahwa yeoja yang Jonghyun selamatkan
2 tahun lalu adalah Yujin. Pantas saja selama ini Jonghyun selalu menghindar.
Apakah
ini alasan Jonghyun berbohong pada Onew untuk yang pertama kalinya? Apa
Jonghyun tahu suatu saat kejadian ini akan terjadi dan tidak ingin melibatkan
siapapun termasuk dirinya dan Yujin?
“Eottokkhae Oppa? Apa yang harus
aku lakukan sekarang?” tanya Yujin frustasi.
Onew bisa membayangkan bagaimana
perasaan Yujin sekarang. Bahkan ia yang mendengar semua itu saja hanya bisa
terduduk lemas.
Sebelumnya Yujin menyalahkan
Umma Jonghyun bahwa beliau sudah meninggalkan Jonghyun sendirian? Tapi apa
bedanya beliau dengan dirinya sekarang? Bahkan Yujin berkali lipat lebih buruk.
Ia sudah menghancurkan kehidupan Jonghyun, mengambil nyawa orang yang Jonghyun
cintai, membuat namja itu hampir meregang nyawa, dan selama ini seperti orang
bodoh Yujin terus saja berusaha mendekati Jonghyun meski berulang kali namja
itu mengusirnya.
Jonghyun tidak hanya menolongnya
dari ancaman perkosaan, namja itupun rela melindunginya dari serangan
penggemar, para pemabuk, dan bahkan selalu datang disaat Yujin membutuhkan
kehadirannya. Jonghyun selalu memberikan yang terbaik bagi Yujin tanpa sepatah
katapun. Namun Yujin tidak pernah mengucapkan kata terimakasih dan justru
membalas kebaikan Jonghyun dengan segala penderitaan.
“Uljima... ini bukan kesalahanmu
Yujin.” Ucap Onew mencoba menenangkan. “Apa yang ada dalam kehidupan Jonghyun terjadi
diluar kehendakmu. Jonghyun pun tidak akan pernah menyalahkanmu atas semua,
percayalah padaku.”
Yujin menutup wajahnya dengan
kedua tangan. Tangisnya masih bersembunyi disana.
“Yujin?” Tanya Hana tiba-tiba
terbangun. “Yujin kenapa kau menangis?”
***
Kenapa rasa menyesal selalu
datang setelah semua terlewati? Jika Yujin menyadarinya lebih awal mungkin kehidupan
yang Jonghyun tidak akan berakhir seperti sekarang.
Perasaan itu terus saja
menghantui pikirannya sampai pada hari terakhir ia dirawat di rumah sakit.
Besok pagi Yujin sudah diijinkan pulang. Sedangkan Jonghyun sendiri yang
sebelumnya memerlukan perawatan intensif di ruang ICU selama 5 hari, kini
menunjukkan kemajuan yang baik. Sayangnya Yujin belum pernah memastikan secara
langsung.
Dan tepat pagi ini yeoja itu
akhirnya bisa kembali melihat kamar kesayangannya yang bernuansa warna putih
dan dipenuhi novel khas sang pemimpi. Yujin sangat merindukan suasana ini,
namun tentu saja tidak sebesar rasa rindu yang ia tahan pada Jonghyun sekarang.
Dengan hati-hati, Yujin duduk di
pinggiran tempat tidur kemudian berbaring. Ia tersenyum ke arah Hana, Onew dan
Minho yang mengantarnya pagi ini.
“Gomawo.” Ucap Yujin pelan. “Aku
berjanji akan cepat sembuh.” Lanjutnya diikuti dengan anggukan para member.
“Untuk tugas kuliah dan semua
catatan, serahkan saja padaku Yujin. Aku akan melakukannya untukmu.” Tawar Hana
yang dibalas dengan ucapan terimakasih dari Yujin.
“Kalau begitu, kami mohon
pamit.” Onew buru-buru mengajak yang lain pergi karena tak ingin mengganggu
waktu istirahat Yujin. “Jika kau perlu sesuatu, kau bisa menelfon kami Yujin.”
Yujin mengangguk.
Detik berikutnya, pintu kamar
Yujin terutup. Meninggalkan Yujin yang terbaring di tempat tidur dan Umma yang
duduk disebelahnya.
“Bagaimana perasaanmu? Apa lebih
baik?”
“Hm.”
“Apa kau lapar? Biar umma
ambilkan...”
“Umma...” Yujin berusaha duduk
sambil menahan lengan ummanya yang hendak bangkit. “Bolehkah aku meminta
sesuatu?”
Umma Yujin tersenyum sambil
membuat sandaran pada punggung Yujin dengan bantal. “Mwohae?” ucapnya lembut.
“Aku ingin pergi.”
Dibutuhkan waktu beberapa detik
sampai umma Yujin mempercayai apa yang baru saja didengarnya.
“Aku merasa aku tidak sanggup
bertahan lebih lama lagi umma...” bola mata Yujin mulai memerah.
“Apa maksudmu Yujin? Apakah
masih ada luka yang belum diobati?” Umma Yujin mengecek tangan dan tubuh Yujin
kalau-kalau ada luka bekas pukulan yang terlewat dari pemeriksaan dokter.
Yujin menggeleng keras.
“Aniya...”
Ia tidak bisa mengatakannya.
Yujin sangat ingin meluapkan semua rasa sesal, takut, khawatir dan kecewa yang
dirasakannya sekarang, namun ia tidak tahu harus mulai dari mana. Yujin hanya
bisa menunduk dan mencoba menelan kesedihan yang menguasainya sekarang.
“Yujin...” Umma Yujin meraih
dagunya dan melihat ke arah Yujin lekat. “Maafkan umma... Seharusnya umma
memberitahumu sejak awal. Maafkan umma, Yujin.”
Alis Yujin berkerut.
“Umma tahu namja itu adalah
Jonghyun. Orang yang menolongmu dua tahun lalu.”
DEG!
“Sebelum ia meninggalkanmu di
rumah sakit, umma sempat mengucapkan terimakasih padanya. Hanya sebuah ucapan
terimakasih, umma tidak sempat bertanya siapa namanya dan dimana ia tinggal.”
Kenang umma Yujin. “Waktu itu ia bahkan meminta agar tidak menceritakan padamu
soal ini. Maafkan umma...”
Mendengar cerita yang umma
sampaikan, rasanya Yujin tidak sanggup menahan air matanya lagi.
“Umma tidak tahu bahwa selama
ini kau kembali bertemu dengannya. Umma hanya mengetahui kalau kau dekat dengan
Minho, Key, Onew dan Taemin karena mereka pernah kemari...”
‘Karena inikah Jonghyun selalu
menolak mengantarku sampai depan rumah?’, batin Yujin.
“Tapi setelah mendengar kau
diculik...”
Yujin bisa memaklumi kenapa
Jonghyun mendapat tuduhan telah menculik Yujin, karena bagaimanapun juga saat
itu Yujin tengah dalam bahaya. Sayang sekali pemberitaan mengetahuinya dengan
terlambat.
“Karena itu umma...” potong
Yujin. “Semenjak kejadian dua tahun lalu itulah kehidupan Jonghyun hancur
karena aku. Bahkan untuk menemuinya lagi pun aku tidak sanggup umma. Jadi
kumohon... ijinkan aku pergi secepatnya.”
Umma Yujin mengelus puncak
kepala anak sulungnya. Ia menatapnya iba. Tapi kemudian yeoja yang selama ini
sering memarahi Yujin itu akhirnya bangkit. Beliau meninggalkan Yujin sambil
diam-diam mengusap air mata dengan punggung tangannya. Saat ia kembali, sebuah
buku kecil yang tengah ia bawa langsung ia sodorkan pada Yujin.
“Apa ini?” Yujin menerimanya
penuh tanda tanya.
“Itu milikmu. Semuanya umma
dapatkan dari ‘sisa’ uang jajanmu yang selama ini umma tabung.” Ucap ummanya
menahan tangis. “Sebelumnya umma berencana untuk memberimu semua itu saat kau
menikah nanti, tapi sepertinya kau membutuhkan itu sekarang.”
Yujin langsung membola menatap
ummanya sesaat setelah ia menemukan beberapa angka dalam buku itu.
“...Selama ini umma sudah
membuat banyak kesalahan padamu Yujin.” Sesal umma Yujin. “Sejak kau kecil umma
mengharapkan ekspetasi yang terlalu tinggi darimu hingga kau harus kehilangan
masa remajamu. Kau tidak memiliki banyak teman, kau tidak diijinkan memilih
apapun yang kau inginkan, setiap hari kau harus menghabiskan waktumu dengan
belajar, dan kau harus menjalani bidang yang bahkan tidak kau sukai
sekarang...”
Semua yang umma Yujin katakan
benar, namun Yujin tidak pernah menganggapnya sebagai suatu paksaan meski
kenyataanya tak ada satupun dari semua itu yang merupakan keinginan Yujin.
“Kau sudah dewasa sekarang. Umma
percaya kau bisa menentukan pilihan dengan bijak.”
Yujin tak sanggup berbicara. Ia
tidak menyangka dibalik semua sifat ummanya yang keras, yang selama ini membuat
Yujin kesal, ternyata tersimpan kelembutan yang tidak pernah Yujin bayangkan. Ummanya
bahkan mengenal Yujin lebih dari dirinya sendiri. Karena bagaimanapun juga,
disaat tidak ada siapapun yang sanggup berdiri dan menahanmu disaat kau
terjatuh. Kau masih memiliki seorang umma yang tidak hanya memberikanmu
kekuatan, tapi juga seluruh kehidupannya tanpa kurang sedikitpun.
“Gomawoyo umma.” Ucap Yujin
memeluk ummanya erat. “Saranghaeyo...”
***
Bandara Incheon pagi hari tampak
lengang dengan beberapa orang yang sibuk melihat ke jadwal penerbangan sambil
menggeret koper. Salah satunya Yujin. Gadis yang sudah pulih sejak beberapa
hari itu berjalan lambat melintasi lobi bandara sendirian. Ia sengaja meminta
keluarganya untuk tidak mengantarkan sampai bandara karena tidak ingin terlarut
dalam kesedihan. Tekad Yujin sudah bulat, ia akan pergi dan memulai kehidupan
barunya secara mandiri. Yujin sudah menyiapkan semua yang ia butuhkan.
Kebetulan Yujin datang lebih
awal. Pesawat yang akan ia tumpangi masih belum melakukan panggilan. Dengan
sebuah americano di tangan sebelah kirinya, Yujin tampak sibuk mengutak atik
hpnya sambil duduk di pinggiran lobi. Dia baru saja mengganti nomer
handphonenya dan hanya keluarga yang mengetahui nomor barunya. Baik semua teman
maupun member tak ada yang mengetahui kepergian Yujin hari ini. Yujin akan
benar-benar meninggalkan semuanya. Termasuk Jonghyun.
Saat sedang sibuk mengabari
ummanya tentang keadaan Yujin sekarang, tiba-tiba Yujin mendengar seseorang
memanggil namanya.
Yeoja itu menoleh. Jika saja
Yujin tidak menyadari orang yang memanggilnya itu menggunakan kacamata, mungkin
ia akan menangis sekarang juga.
“Taejoon... kau?”
Taejoon berhenti dihadapan Yujin
sambil membungkuk memegang lututnya. Ia tampak ngosh-ngosh an setelah berlari mengejar
Yujin.
“Aku tadi mengikutimu sampai
kemari. Mau pergi kemana kau Yujin?” tanyanya dengan nafas yang tak beraturan.
Yujin tidak bisa menjawab.
“Taehoon Hyung sudah siuman....”
Kedua mata Yujin membola.
“...tadinya aku ingin
mengabarimu melalui telepon, tapi nomormu tidak aktif jadi aku langsung pergi
kerumahmu. Belum sempat aku turun, aku justru melihatmu sudah naik taksi. Aku
tidak menyangka kau justru ke tempat ini...”
Yujin menggigit bibir bawahnya. “Mianhe
Taejoon. Tapi aku sudah memutuskan untuk pergi.”
“Pergi?” raut wajah Taejoon
berubah terkejut. Saat itulah mereka mendengar panggilan keberangkatan pesawat
sudah dimulai.
“Aku harus pergi sekarang.”
“Apakah kau ingin ke jepang?”
tanya Taejoon setelah mengetahui tempat tujuan Yujin dari jadwal penerbangan
yang ada disana. “Kau yakin ingin meninggalkan Taehoon Hyung dalam keadaan
seperti ini?”
Yujin masih tidak sanggup
berkata-kata, bahkan ia tak berani menatap ke arah Taejoon.
“Jawab aku Yujin.”
“Maafkan aku.” Yujin susah payah
menahan air matanya. “Kau pasti sudah tahu semua yang terjadi Taejoon. Aku
tidak bisa lebih lama lagi bersama Jonghyun.”
“Tapi Yujin...”
“Aku percaya padamu Taejoon.”
Potong Yujin. “Kumohon rahasiakan kepergianku dari siapapun. Dan Jonghyun...
kau pasti akan menjaganya bukan?”
Kali ini justru Taejoon yang
tidak bisa membuka mulutnya. Sungguh ia ingin menahan kepergian Yujin, namun
melihat ekspresi yeoja itu Taejoon tidak bisa berbuat banyak.
“Kau hanya butuh waktu, iya
kan?” tanya Taejoon memastikan kepergian Yujin hanya untuk sementara. “Jika kau
butuh sesuatu, kau bisa menghubungi nomor yang ada disini.” lanjutnya sesaat
setelah mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya. “Aku akan memenuhi
permintaanmu jika kau berjanji untuk tetap mengabari keadaanmu disana.”
Yujin tidak menginginkan itu. Ia
ingin pergi meninggalkan semuanya tanpa jejak sedikitpun, tapi tidak ada
pilihan lain selain memenuhi permintaan Taejoon sekarang.
“Jika mereka bertanya tentang
keadaanku, katakan kalau aku baik-baik saja.”
Akhirnya Taejoon sanggup
tersenyum. “Pasti. Aku juga akan memastikan Taehoon Hyung baik-baik saja.”
“Gomawo Taejoon. Aku harus pergi
sekarang.”
Taejoon memeluk Yujin sekilas
sebelum akhirnya melambaikan tangannya untuk mengantarkan kepergian yeoja itu
ke Jepang. Meski berat baginya, namun Taejoon sedikit lega karena Yujin
bersedia untuk tetap menghubunginya disana.
Tepat ketika Yujin meninggalkan
tanah korea, saat itulah ia merelakan semua yang ia miliki pergi begitu saja.
Mulai sekarang ia harus hidup sendiri, tanpa umma yang senantiasa mengomelinya,
Hana yang sering mentraktirnya makanan, para member yang memberikannya
pengalaman yang tak terlupakan, Taejoon yang baik hati, dan Jonghyun yang ia
tahu perasaan pada namja itu tidak akan pernah hilang.
Yujin sudah meninggalkannya.
Yujin sudah meninggalkan semuanya.
-The End-
Yahh.... kog the end sih? Nggantung banget nih. Masa jonghyun ama Yujin
ngga jadian? Ya mau gimana lagi, namanya juga takdir(?) mhihihi
Tapi
ngga asik ya kalo Cuma the end ampe disini? Kalo gitu lanjut deh, anggap
tulisan the end diatas ngga pernah ada. Mhaha ._.v
***
3 tahun kemudian. Tokyo, Jepang.
Seorang gadis berambut panjang
dengan sebuah coat berwarna merah tampak menunggu dengan bosan di sudut jalanan
kota Shinjuku, Tokyo. Sebuah perempatan jalan yang cukup besar itu dipenuhi
dengan puluhan orang yang hendak menyeberang. Ada beberapa dari mereka yang
tengah bepergian, atau justru baru saja pulang dari beraktivitas seperti Yujin
sekarang.
Setelah meninggalkan tanah korea
dan semua orang-orang yang dicintainya, Yujin resmi menjadi mahasiswi di sebuah
universitas yang sama dengan idolanya Eriko Kitagawa, yaitu Waseda University.
Universitas yang sangat terkenal dan meluluskan begitu banyak tokoh ternama di
jepang itu akhirnya bisa Yujin taklukan dengan perjuangan yang tidak mudah.
Bahkan ia berhasil mendapatkan beasiswa dan memulai kegiatannya sebagai
mahasiswi di universitas impiannya itu.
Selama berada di jepang, Yujin
juga bekerja part time menjadi asisten manager di sebuah restoran korea.
Sedikit ilmu yang ia dapatkan dari tempat kuliah ia sebelumnya ternyata sangat
berguna disana. Meski sebelumnya Taejoon sudah memberikan kartu nama sebuah
hotel miliknya yang berada di jepang, Yujin menolak untuk bekerja disana karena
tak ingin kembali bergantung dengan saudara kembar Jonghyun itu.
Sesuai dengan janji yang pernah
Yujin ucapkan sebelumnya, berbeda dengan Jonghyun dan member shinee yang lain,
Yujin dan Taejoon masih saling kontak sampai sekarang. Melalui Taejoon, Yujin
mengetahui bahwa setahun yang lalu akhirnya SHINee memulai debut dibawah
naungan JH Entertainment. Tidak hanya berhasil membuka usaha di bidang
perhotelan, Taejoon mencoba melebarkan sayapnya di bidang entertainment. Ia
bermaksud membangun usaha ini bersama Jonghyun, namun Jonghyun memilih fokus
menjadi musisi. Akhirnya Taejoon pun membuka JH Entertaiment yang berasal dari
inisial nama baru kakak kandungnya dan mendebutkan SHINee sebagai artis
pertamanya.
SHINee cukup sukses di tahun
pertamanya. Karena Yujin pergi, kini Hana lah yang menggantikan posisinya
sebagai manager. Mereka menjadi sangat sibuk dan memiliki lebih banyak fans di setiap
sudut korea. Lagu-lagu yang sebagian besar ciptaan Jonghyun pun mendapat
peringkat yang cukup memuaskan di chart musik. Yujin sangat senang setiap kali
ia mendengar berita menggembirakan itu. Apalagi hanya berselang beberapa bulan
semenjak Yujin pergi dari korea, Umma Jonghyun kembali dan meminta maaf pada
Jonghyun atas semua perbuatan yang pernah ia lakukan.
Kini Jonghyun, Taejoon dan Umma
mereka hidup bahagia meski Jonghyun masih tinggal berpindah-pindah dari rumah
rooftopnya, ruang latihan, apartemen Minkey, dan apartemen Onew. Ia terlihat
sangat nyaman dengan semua yang ia jalani sekarang. Namja itupun sama sekali
tidak pernah berusaha mencoba menelpon Yujin meski jelas-jelas Taejoon memiliki
nomor telponnya. Ia mengaku menghargai keputusan Yujin dan tidak ingin
menyakiti gadis itu sekali lagi.
Untuk kasus Yongwook pun sudah
selesai. Mereka tertangkap hanya berselang dua minggu setelah Jonghyun keluar
dari rumah sakit. Sekarang bisa dipastikan Yongwook tidak akan bisa bebas dan
mengganggu kehidupan Jonghyun lagi karena Yongwook mendapatkan hukuman seumur
hidup. Ia tidak hanya mendapatkan tuduhan percobaan pembunuhan pada Jonghyun
namun juga sebagai pembunuh anak buahnya sendiri demi mencemarkan nama baik
Jonghyun.
“Ting!”
Lampu untuk pejalan kaki berubah
hijau, memberikan kesempatan para pejalan kaki yang telah menunggu cukup lama
agar bisa mulai menyeberang jalan.
Ratusan orang berhamburan, tak
jarang dari mereka yang berlarian kecil karena dikejar waktu. Yujin yang sempat
melamun juga turut melangkahkan kakinya menuruni jalan dan mulai mengikuti arus
untuk sampai diseberang. Tubuhnya yang lelah seusai bekerja membuat ia kurang
bersemangat untuk meneruskan perjalanan sampai ke rumah. Tumit yang sejak tadi
harus menahan pegal karena sepatu hak tingginya pun rasanya ingin Yujin
lepaskan saat itu juga.
Yujin
menunduk sambil memegang tas selempang dengan tangan kanannya. Kaki yeoja itu
berjalan lambat disela orang-orang yang mendahului langkahnya. Sepintas, hanya
dalam sepersekian detik bola mata Yujin menangkap sekelebat sosok namja yang
berjalan berlawanan arah dengannya. Namja itu berjalan tak kalah cepat dengan
orang-orang yang melewatinya, membuat Yujin tidak sempat memperhatikan namun ia
menghentikan langkahnya ditengah-tengah. Tengkuk Yujin menegang, tidak berani
menoleh.
“Ting!”
Tanda kedua dari rambu lalu
lintas kembali terdengar, memperingatkan para pejalan kaki untuk segera
mencapai trotoar di seberang. Yujin lantas melangkah dengan cepat tanpa menoleh
ke belakang sedikitpun. Sampai di trotoar, ia meneruskan perjalanannya dan
berusaha untuk berfikir yang tidak-tidak.
Perasaan yang sama. Kejadian
yang sama. Yujin merasa de javu baru saja mendatanginya. Ia tidak mau mengakui
hal itu, Yujin ingin membuangnya jauh-jauh.
Pasti Yujin salah lihat. Pasti
perasaannya jadi seperti ini hanya karena ia sedang tidak fokus. Iya, pasti
karena itu Yujin berfikiran yang tidak-tidak.
Yujin terus saja meyakinkan
dirinya untuk tak memikirkan namja itu. Ia berusaha untuk mengambil selangkah
demi selangkah. Terus dan terus saja berjalan di pinggiran trotoar sambil
berusaha menenangkan pikirannya. Namun semakin Yujin berjalan menjauh, hatinya
semakin terasa sakit. Seharusnya Yujin tahu, jika kejadian tadi bukan pertanda
apa-apa baginya, kenapa ia merasa begitu janggal?
Tanpa
terasa permukaan bola mata Yujin memerah, ia berusaha sekuat tenaga menahannya.
Benar!
Yujin tahu kalau orang yang dilihatnya tadi adalah Jonghyun. Hanya satu detik,
hanya dibutuhkan satu detik untuk menyadarinya. Yujin tak sanggup membohongi
hatinya jika ia sangat merindukan namja itu, bahwa ia sangat ingin bertemu
dengannya. Bahkan Yujin tahu kalau diam-diam namja itu masih terus mengikuti
langkahnya sampai sekarang. Yujin sudah berusaha mengabaikannya, tapi ia tidak
bisa.
Akhirnya
yeoja itu menghentikan langkah kakinya. Ia tertunduk dalam, mencoba menarik air
mata yang hendak bergulir di pipinya. Meski dada Yujin bergemuruh hebat, ia
ingin melawan rasa sakit itu. Yujin ingin sekali lagi mengambil langkah, Yujin
ingin terus berjalan sampai ia bisa masuk ke dalam tempat dimana ia bersembunyi
selama ini. Namun kenyataannya tubuh Yujin tidak bisa mendengarkan pikirannya.
Tubuh Yujin lebih memilih untuk menuruti apa kata hatinya.
Dan
disanalah, tepat ketika Yujin menoleh ke seberang jalan, diantara pohon yang
berjajar di trotoar, berdiri seorang namja dengan blazer hitam dan sebuah syal
berwarna merah tengah tersenyum padanya.
Tangis
Yujin seketika pecah. Setelah sekian lamanya ia bertahan disini dengan semua
rasa rindu yang menyiksa dirinya, akhirnya pendirian yeoja itu tumbang juga.
Satu hal yang bisa ia akui sekarang, bahwa ia sangat ingin bertemu dengan
Jonghyun melebihi siapapun.
Jarak
antara mereka berdua semakin lama semakin dekat dikala Jonghyun mulai melangkah
mendekati Yujin dengan menyeberangi jalanan yang sepi. Namja itu terus saja
tersenyum meski seorang yeoja yang berdiri di seberangnya mengeluarkan tangis
yang semakin menjadi.
Saat
mereka berdua berdiri berhadapan, Jonghyun pun melepas syal yang melingkar di
lehernya dan memakaikannya pada Yujin.
“Aku
ingin mengembalikan barangmu yang tertinggal.” Ucapnya pelan.
Yujin
hanya sanggup menunduk sambil terus menangis. Perlahan kemudian kedua tangan
Jonghyun melingkar di bahu yeoja itu dan memeluknya dengan erat.
“Akhirnya
kau melihatku Yujin.” Ucapnya sambil tersenyum disela pelukan.
Sejujurnya
selama ini Jonghyun sering pergi ke Jepang untuk mengunjungi Yujin setidaknya
sebulan sekali. Tadinya Jonghyun ingin langsung menemui yeoja itu dan
menanyakan kenapa ia memilih untuk pergi begitu saja. Namun setelah melihat
kegigihan Yujin untuk melupakan Jonghyun dan bertahan hidup disana sendirian,
Jonghyun jadi mengurungkan niatnya untuk membawa Yujin kembali. Namja itu
justru hanya selalu melihat Yujin dari kejauhan. Selalu menatapnya dalam diam
setiap kali Yujin melakukan kegiatan sehari-harinya.
Namun
hari ini, Jonghyun tidak tahu mengapa tiba-tiba Yujin bisa menemukan
keberadaannya. Apakah karena kejadian tadi sama seperti disaat mereka bertemu
untuk yang pertama kali? Atau karena memang takdir yang mengijinkan mereka
untuk bertemu seperti disaat mereka bertemu yang pertama kali?
Apapun
itu, Jonghyun percaya selama ini Yujin hanya butuh waktu. Dan sekarang waktu
yeoja itu sudah habis, giliran Jonghyun yang mengisi sisanya.
“Apakah
kau begitu senang melihatku sampai-sampai menangis seperti ini huh? Bahkan
ekspresimu seperti baru saja memenangkan sebuah lotre.” Canda Jonghyun sambil
tertawa pelan. Berusaha menghibur Yujin yang masih sibuk menyeka air mata
dengan punggung tangannya.
“Apa
kau bilang?” balas Yujin membuat Jonghyun langsung tertawa lepas.
‘Yujin
sudah kembali.’ Pikirnya.
Melihat
tingkah Jonghyun, Yujin baru tahu jika namja itu sudah benar-benar berubah.
Tidak hanya selalu tersenyum dan tertawa, nada bicaranya pun tidak datar
seperti sebelumnya. Jika Yujin tidak salah ingat, ini pertama kalinya Jonghyun
mengajaknya bercanda lebih dulu.
“Kau
‘menemukanku’ disaat yang tepat.” Ucap Jonghyun selanjutnya. “Kajja! Para
member sudah menungguku karena aku kabur untuk mengikutimu pulang dari kerja.”
“Mwo?”
“Hari
ini adalah perayaan sebelum debut jepang kami besok. Dan mereka pasti akan
terkejut melihatmu.” Jonghyun lantas menggandeng Yujin dan berlari mencari
halte terdekat untuk menemui para member.
“Ya!
Pelan-pelan Kim Jonghyun!”
Jonghyun
menghentikan langkahnya tiba-tiba kemudian mengecup bibir Yujin sekilas. “Mulai
sekarang aku tidak akan mengijinkanmu untuk meninggalkanku.”
Yujin
mematung. Pandangannya kosong. Detik berikutnya ia sudah ada dipunggung
Jonghyun dan memeluk leher namja itu.
“Apakah
pekerjaanmu mengharuskan untuk memakai high heels huh?” gerutu namja itu lagi.
“Jika begini caranya, kau harus berjanji untuk menraktirku karena aku akan
menggendongmu setiap kali kita terburu-buru!”
“Bukankah
kau artis terkenal? Seharusnya kau yang menraktirku Kim Jonghyun!”
“Shireo!
*mehrong*”
“Yak!”
Yujin menjitak Jonghyun karena gemas. Lantas ia memeluk namja itu lebih erat
karena tidak ingin sekali lagi terlepas darinya.
Jonghyun
benar, Yujin hanya butuh waktu. Yeoja itu tidak seharusnya menyalahkan dirinya
sendiri atas semua yang terjadi dalam kehidupan Jonghyun. Karena tanpa Yujin tahu,
justru karena kehadirannya Jonghyun kini mendapatkan bahkan lebih dari yang ia
harapkan. Namun tetap saja, meski saudara, umma dan mimpi yang selama ini
Jonghyun kejar sudah berada dalam genggamannya, semua itu tak berarti tanpa
kehadiran Yujin.
Sedangkan
Yujin sendiri tidak menyesal karena pernah meninggalkan Jonghyun begitu saja
selama tiga tahun ini. Yujin percaya jika suatu saat ketika takdir
mempertemukan mereka kembali, tidak ada yang bisa ia lakukan selain
memenuhinya. Karena semanis apapun sosok
dan kejadian yang ia temukan didalam mimpinya, tidak akan bisa melebihi
manisnya kenyataan yang tengah ia jalani sekarang.
-Benar-benar
The End(?)-
Haaaaa *buang nafas lega* seneng
akhirnya liat kata end juga di ff ini.
gimana
gimana gimana? Kurang sosuit ya? mhihi
Yang penting endingnya happy kan?
Yujin ama jonghyun akhirnya bersatu. Hana yang tadinya ngebet jadi manager
akhirnya kesampaian. Taejoon yang pengen tinggal ama umma+hyungnya akhirnya
juga kesampaian. Shinee yang pengen debut juga debut beneran.
Lega deh bisa nyelesain FF
terlama yang pernah saya buat ini. Super duper big spesial combo terimakasih
untuk semua readers yang mau membaca sampai akhir. Baik readers yang di fb,
yang di blog, yang meninggalkan komentar ataupun yang tidak sengaja lewat,
terimakasih banyaaaaakkkkkkkkkk. Setelah setahun lebih melewati jalan yang
berliku, badai menerpa sampai hujan deras yang menghalangi(?) ternyata beneran
bisa menyelesaikan FF ini sampai akhir.
Untuk yang bertanya, kira-kira
setelah ini ada FF baru lagi ga? Jawabannya (pasti) ada. Soalnya membuat FF
adalah salah satu cara saya menghilangkan stress atau mengalihkan pikiran buruk
disaat saya terpuruk(?) #opojal. Jadi intinya saya akan terus membuat FF sampai
entah kapan. Tapi yaaaa itu tadi, mungkin akan menjadi lebih lama dari lucid
dream ._.v
Sedikit bocoran, FF selanjutnya
berjudul Pixie Rain dengan cast Minho dan Taemin. Ini akan menjadi FF chapter pertama
saya yang bertemakan school life. Ceritanya jauh lebih fresh ketimbang ff saya
sebelumnya yang kebanyakan bergenre angst (victory, fucshia, lucid dream). Ceritanya
pun berunsur fantasy kekeke. Ini juga akan menjadi FF pertama saya yang
mengambil tokoh utama seorang namja yang bukan member SHINee (>> ulzzang/fiksi).
Uhuy! Penasaran? Intip covernya yuk....
Tapi sayangnya, (entah ini kabar
baik atau buruk) kemungkinan besar
FF selanjutnya HANYA akan saya posting di blog pribadi saya (ichaichez.blogspot.com).
Saya akan membagi linknya di beranda FB. Harap maklum(?)
Terakhir, SUPER GAMSAHAMNIDA
(sekali lagi) untuk semua readers. Maaf selama ini author banyak salah terutama
nge PHPin readers dan ngepostnya telat2. Mohon dimaafkan. Dan karena ini FF
terakhir, jangan lupa tinggalkan komentar ya.... annyeong!
*nutup lapak warung bareng
jonghyun sama yujin*
AAAAAAAudah keluar yg aku tunggu..,jujur aku belum baca.. dan sebelum baca aku mau komet dulu, aku udah nunggu lama tau.. dan akhirnya udah di post, habis ini apa ada ff lain...?? aku tunggu ne...
ReplyDeleteudah ya aku mau baca dulu...