Pages

Saturday, 25 October 2014

Lucid Dream [Part 17/END]

Aaaakkkkhirnyaaa...akhirnyaaaa...akhirnya sampai juga kita di part terakhir ff-yang-udah-lama-banget-ga-kelar-kelar ini. akhirnya.
Di part sebelumnya udah dijelasin misteri(?) dibalik semua ini kan? Nah masih nggantung tuh gimana keadaan jonghyun ama yujin abis digebukin ama preman2 ahjussi. Di part ini mulai deh penyelesaiannya. Gimana nasib yujin jonghyun dan orang2 disekitar mereka(?)
Part ini super panjang yaaa, jadi bersiaplah(?) kkkk
                Sedikit cuplikan part sebelumnya...
  • Roda motor yang ditumpangi Jonghyun dan Yujin terus berputar tanpa henti. Terus dan terus saja berputar. Yujin sampai tidak yakin ada dimana ia sekarang. Yang jelas sudah beberapa jam yang lalu mereka melewati perbatasan kota seoul.
  • Yong Wook sudah lama menunggu saat-saat seperti ini untuk balas dendam karena Jonghyun telah memasukkannya ke dalam penjara. Ia tidak hanya mengintai kehidupan pribadi Jonghyun, tapi juga menjadikan Yujin sebagai ancaman jika Jonghyun berbuat macam-macam.
  • Yujin tidak tahu jelas ia sedang berada dimana. Yang terlihat hanya sebuah gedung tua dengan tembok yang belum di cat dan ruang pengap tanpa sirkulasi udara. Yujin bisa mencium bau menyengat di ruangan yang lembab ini.
  • “Jika kau bisa mengalahkanku sekali lagi, maka aku akan melepaskanmu. Sederhana bukan?”
  • Kini Jonghyun baru mengerti apa sesungguhnya maksud dari permainan ini. Ternyata Yongwook menjadikan Yujin sebagai tumbal setiap kali Jonghyun menyakitinya. Perlakuan apapun yang Yongwook dapatkan dari Jonghyun, maka Yujin pun akan mendapatkannya dari anak buah Yongwook. Dan jika Jonghyun berusaha memberontak, tak segan-segan sebuah pistol mengarah ke kepala yeoja itu.
  • DOR!!! Sebuah peluru yang sebelumnya tertahan di ujung senapan itu akhirnya benar-benar meluncur. Disusul dengan lelehan darah yang terus menerus mengalir membasahi lantai.



Tittle                    : Lucid Dream [Part 17/END]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter.
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Di salah satu ruangan VIP sebuah rumah sakit terdengar suara dari alat penunjuk detak jantung yang berbunyi di setiap detiknya. Seorang yeoja dengan pakaian biru bergaris khas pasien tampak tertidur sementara selang oksigen tertancap di dua lubang hidungnya. Tepat disamping yeoja itu duduk seorang ahjumma berumur sekitar 40 tahunan yang setia menemaninya siang dan malam selama 2 hari ini. Beliau tampak begitu cemas dan khawatir menunggu setiap perkembangan yang terjadi pada anak sulungnya.
                Yeoja itu, Yujin, sempat tidak sadarkan diri selama dua hari, dan setelah terbangun ia mendapatkan beberapa proses pemeriksaan kesehatan. Sebelumnya diberitahukan bahwa akibat dari penculikan dan pemukulan yang dilakukan oleh anak buah Yong wook, Yujin mendapatkan beberapa luka memar di sekujur tubuhnya. Di bagian perut terdapat lebam yang cukup parah namun beruntung tidak melukai organ dalamnya. Terjadi pula sedikit pembengkakan di wajah dan lengan kanan Yujin. Namun dari semua luka yang Yujin terima, justru kondisi psikologisnya lah yang membutuhkan penanganan. Kejadian mengerikan yang Yujin alami meninggalkan rasa trauma dalam diri yeoja itu.  Ia tidak boleh stress jika ingin kondisinya pulih dengan cepat.
                Sejak kemarin Yujin mendapatkan kunjungan dari Hana, member SHINee dan bahkan Taejoon yang datang menemani Yujin seharian. Mereka semua sangat khawatir namun sama sekali tidak memperlihatkan kekhawatiran itu karena tidak ingin Yujin berfikiran buruk dengan kondisinya.
                Yujin ingat betul yang terjadi pada malam itu adalah ia melihat dengan sangat jelas Yongwook melepaskan tembakan ke dada Jonghyun. Benar-benar menembus kulit namja itu sampai lelehan darah mengalir dari balik kaos putihnya. Yujin menjerit histeris ingin mendekati Jonghyun namun sebuah pukulan pada bahu belakangnya membuat ia seketika pingsan. Selebihnya Yujin tidak tahu apa yang terjadi. Namun mereka mengatakan bahwa ada warga yang mendengar suara tembakan itu kemudian memeriksa keberadaan Yujin dan Jonghyun sampai akhirnya ia berakhir di tempat ini.
                Yujin sangat ingin bertemu dengan Jonghyun. Ia begitu penasaran dengan keadaan namja itu. Tapi bahkan saat meminta ijin untuk keluar kamar saja, ia tidak diijinkan. Tak satupun yang membahas soal Jonghyun meski berulang kali Yujin bertanya mengenai keadaan namja itu. Semakin mereka mengatakan bahwa Jonghyun baik-baik saja semakin Yujin tidak bisa menenangkan pikirannya.
                Sampai akhirnya malam keempat Yujin berada di rumah sakit, Umma Yujin berhasil dibujuk untuk pulang. Yumi serta Appa Yujin pun turut mengantarkan Umma dan berjanji untuk kembali besok pagi. Sekarang tersisa Hana yang menawarkan diri untuk menjaga Yujin. Tampaknya yeoja itu ingin menebus kesalahannya setelah bertengkar dengan Yujin beberapa minggu lalu.
                Jam dinding menunjukkan pukul 01.00 p.m. Yujin menoleh ke arah sofa di sudut ruangan tempat Hana sedang tidur. Semenjak Yujin siuman dua hari lalu, ia bahkan sama sekali tidak bisa melakukan seperti apa yang Hana lakukan sekarang. Hanya terkadang Yujin menutup matanya agar tidak membuat Ummanya khawatir.
                Saat itu pula tiba-tiba pintu kamarnya terbuka perlahan. Orang yang baru saja masuk terkejut mendapati Yujin masih terjaga di tengah malam seperti sekarang.
                “Yujin kau belum tidur?”
                Yujin menggeleng, “Oppa sendiri? Tidak menjaga Jonghyun?”
                Onew berjalan ke mendekati Yujin setelah menutup pintunya perlahan karena tak ingin membuat Hana terbangun. “Ada Taejoon.” Jawabnya singkat.
                Yujin hanya ber-oh.
                “Bagaimana kabarmu?”
                Tak ada jawaban.
                “Kau pasti mengkhawatirkan Jonghyun.” Onew sedikit tersenyum menebak isi pikiran Yujin. “Dia tidak apa-apa. Seperti yang kubilang sejak kemarin.”
                Yujin membuang nafasnya keras-keras. Ia sedang tidak mau berdebat sekarang. Mana mungkin Jonghyun baik-baik saja setelah semua kejadian buruk yang jelas-jelas Yujin lihat dengan mata kepalanya sendiri?
                “Geurae. Arrasseo...” Lagipula keadaan Yujin sudah membaik sejak kemarin, tidak ada salahnya memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi, pikir Onew.
“....Saat ini Jonghyun masih menerima perawatan intensif di ruang ICU. Dia mengalami gegar otak ringan, tulang rusuk bagian kirinya retak, sekujur tubuhnya dipenuhi memar, dan dada sebelah kanannya terkena tembakan peluru.”
                Yujin yang semula menatap langit-langit kamar langsung menoleh ke arah Onew. Ia tidak mengira luka Jonghyun separah itu.
                “Beruntung peluru tidak mengenai jantungnya, jika tidak...” Onew menghentikan ucapannya. Tanpa dilanjutkan pun Yujin mengerti benar apa yang namja itu maksud.
Jika mengingat kejadian kemarin, Yongwook tampak terburu-buru menembakkan pistolnya ke arah Jonghyun. Mungkin karena itulah pelurunya meleset. Betapa beruntungnya.
                “Uhm... Apakah umma mu sudah menyampaikan padamu jika besok pagi interogasi dari pihak polisi akan segera dimulai?” Ucap Onew mengalihkan pembicaraan.
                Yujin masih diam. Ia hanya melihat ke arah Onew dengan tatapan kosong.
                “Jika belum, kuharap kau bersiap-siap. Polisi sudah memberikan waktu 2 hari semenjak kau sadar, mereka tidak akan menunggu lebih lama lagi untuk mencari tahu siapa pelakunya.” Onew menjelaskan dengan rinci, Yujin hampir saja lupa kalau namja satu ini berasal dari jurusan Hukum. “Kau hanya perlu menjawab pertanyaan yang mereka ajukan. Jika kau tidak tahu kau bisa....”
                “Akulah penyebab semua ini Oppa...” Potong Yujin tiba-tiba, membuat Onew menghentikan kalimatnya kemudian menatap Yujin tidak mengerti.
                “...Akulah yang menyebabkan semua kejadian ini menimpa Jonghyun.” Yujin menarik nafas, mencoba menahan air mata yang hendak bergulir di pipinya. “Aku yang menyebabkan umma Jonghyun meninggal. Aku yang menyebabkan Jonghyun hidup tanpa harapan. Aku pula yang menyebabkan Jonghyun hampir kehilangan nyawanya... Aku... orang itu aku...”
                Ekspresi Onew berubah serius saat menyadari tubuh Yujin bergetar sambil terus berbicara.
                “Oppa pasti tahu yeoja itu... Yeoja yang Jonghyun selamatkan dari para pemabuk dua tahun lalu, dia adalah aku.” Mata Yujin memerah. Akhirnya ia meluapkan rasa bersalah yang selama ini ia pendam. “Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Tapi sekarang semuanya sudah terlambat.”
                Onew sampai kehilangan kata-kata mendengar pengakuan Yujin. Setiap kejadian dalam kehidupan Jonghyun bagaikan setumpuk coretan yang ia simpan dalam pikirannya. Onew tak mungkin melupakan kejadian itu. Namun baru sekarang ia tahu bahwa yeoja yang Jonghyun selamatkan 2 tahun lalu adalah Yujin. Pantas saja selama ini Jonghyun selalu menghindar.
Apakah ini alasan Jonghyun berbohong pada Onew untuk yang pertama kalinya? Apa Jonghyun tahu suatu saat kejadian ini akan terjadi dan tidak ingin melibatkan siapapun termasuk dirinya dan Yujin?
                “Eottokkhae Oppa? Apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Yujin frustasi.
                Onew bisa membayangkan bagaimana perasaan Yujin sekarang. Bahkan ia yang mendengar semua itu saja hanya bisa terduduk lemas.
                Sebelumnya Yujin menyalahkan Umma Jonghyun bahwa beliau sudah meninggalkan Jonghyun sendirian? Tapi apa bedanya beliau dengan dirinya sekarang? Bahkan Yujin berkali lipat lebih buruk. Ia sudah menghancurkan kehidupan Jonghyun, mengambil nyawa orang yang Jonghyun cintai, membuat namja itu hampir meregang nyawa, dan selama ini seperti orang bodoh Yujin terus saja berusaha mendekati Jonghyun meski berulang kali namja itu mengusirnya.
                Jonghyun tidak hanya menolongnya dari ancaman perkosaan, namja itupun rela melindunginya dari serangan penggemar, para pemabuk, dan bahkan selalu datang disaat Yujin membutuhkan kehadirannya. Jonghyun selalu memberikan yang terbaik bagi Yujin tanpa sepatah katapun. Namun Yujin tidak pernah mengucapkan kata terimakasih dan justru membalas kebaikan Jonghyun dengan segala penderitaan.
                “Uljima... ini bukan kesalahanmu Yujin.” Ucap Onew mencoba menenangkan. “Apa yang ada dalam kehidupan Jonghyun terjadi diluar kehendakmu. Jonghyun pun tidak akan pernah menyalahkanmu atas semua, percayalah padaku.”
                Yujin menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tangisnya masih bersembunyi disana.
                “Yujin?” Tanya Hana tiba-tiba terbangun. “Yujin kenapa kau menangis?”
***
                Kenapa rasa menyesal selalu datang setelah semua terlewati? Jika Yujin menyadarinya lebih awal mungkin kehidupan yang Jonghyun tidak akan berakhir seperti sekarang.
                Perasaan itu terus saja menghantui pikirannya sampai pada hari terakhir ia dirawat di rumah sakit. Besok pagi Yujin sudah diijinkan pulang. Sedangkan Jonghyun sendiri yang sebelumnya memerlukan perawatan intensif di ruang ICU selama 5 hari, kini menunjukkan kemajuan yang baik. Sayangnya Yujin belum pernah memastikan secara langsung.
                Dan tepat pagi ini yeoja itu akhirnya bisa kembali melihat kamar kesayangannya yang bernuansa warna putih dan dipenuhi novel khas sang pemimpi. Yujin sangat merindukan suasana ini, namun tentu saja tidak sebesar rasa rindu yang ia tahan pada Jonghyun sekarang.
                Dengan hati-hati, Yujin duduk di pinggiran tempat tidur kemudian berbaring. Ia tersenyum ke arah Hana, Onew dan Minho yang mengantarnya pagi ini.
                “Gomawo.” Ucap Yujin pelan. “Aku berjanji akan cepat sembuh.” Lanjutnya diikuti dengan anggukan para member.
                “Untuk tugas kuliah dan semua catatan, serahkan saja padaku Yujin. Aku akan melakukannya untukmu.” Tawar Hana yang dibalas dengan ucapan terimakasih dari Yujin.
                “Kalau begitu, kami mohon pamit.” Onew buru-buru mengajak yang lain pergi karena tak ingin mengganggu waktu istirahat Yujin. “Jika kau perlu sesuatu, kau bisa menelfon kami Yujin.”
                Yujin mengangguk.
                Detik berikutnya, pintu kamar Yujin terutup. Meninggalkan Yujin yang terbaring di tempat tidur dan Umma yang duduk disebelahnya.
                “Bagaimana perasaanmu? Apa lebih baik?”
                “Hm.”
                “Apa kau lapar? Biar umma ambilkan...”
                “Umma...” Yujin berusaha duduk sambil menahan lengan ummanya yang hendak bangkit. “Bolehkah aku meminta sesuatu?”
                Umma Yujin tersenyum sambil membuat sandaran pada punggung Yujin dengan bantal. “Mwohae?” ucapnya lembut.
                “Aku ingin pergi.”
                Dibutuhkan waktu beberapa detik sampai umma Yujin mempercayai apa yang baru saja didengarnya.
                “Aku merasa aku tidak sanggup bertahan lebih lama lagi umma...” bola mata Yujin mulai memerah.
                “Apa maksudmu Yujin? Apakah masih ada luka yang belum diobati?” Umma Yujin mengecek tangan dan tubuh Yujin kalau-kalau ada luka bekas pukulan yang terlewat dari pemeriksaan dokter.
                Yujin menggeleng keras. “Aniya...”
                Ia tidak bisa mengatakannya. Yujin sangat ingin meluapkan semua rasa sesal, takut, khawatir dan kecewa yang dirasakannya sekarang, namun ia tidak tahu harus mulai dari mana. Yujin hanya bisa menunduk dan mencoba menelan kesedihan yang menguasainya sekarang.
                “Yujin...” Umma Yujin meraih dagunya dan melihat ke arah Yujin lekat. “Maafkan umma... Seharusnya umma memberitahumu sejak awal. Maafkan umma, Yujin.”
                Alis Yujin berkerut.
                “Umma tahu namja itu adalah Jonghyun. Orang yang menolongmu dua tahun lalu.”
                DEG!
                “Sebelum ia meninggalkanmu di rumah sakit, umma sempat mengucapkan terimakasih padanya. Hanya sebuah ucapan terimakasih, umma tidak sempat bertanya siapa namanya dan dimana ia tinggal.” Kenang umma Yujin. “Waktu itu ia bahkan meminta agar tidak menceritakan padamu soal ini. Maafkan umma...”
                Mendengar cerita yang umma sampaikan, rasanya Yujin tidak sanggup menahan air matanya lagi.
                “Umma tidak tahu bahwa selama ini kau kembali bertemu dengannya. Umma hanya mengetahui kalau kau dekat dengan Minho, Key, Onew dan Taemin karena mereka pernah kemari...”
                ‘Karena inikah Jonghyun selalu menolak mengantarku sampai depan rumah?’, batin Yujin.
                “Tapi setelah mendengar kau diculik...”
                Yujin bisa memaklumi kenapa Jonghyun mendapat tuduhan telah menculik Yujin, karena bagaimanapun juga saat itu Yujin tengah dalam bahaya. Sayang sekali pemberitaan mengetahuinya dengan terlambat.
                “Karena itu umma...” potong Yujin. “Semenjak kejadian dua tahun lalu itulah kehidupan Jonghyun hancur karena aku. Bahkan untuk menemuinya lagi pun aku tidak sanggup umma. Jadi kumohon... ijinkan aku pergi secepatnya.”
                Umma Yujin mengelus puncak kepala anak sulungnya. Ia menatapnya iba. Tapi kemudian yeoja yang selama ini sering memarahi Yujin itu akhirnya bangkit. Beliau meninggalkan Yujin sambil diam-diam mengusap air mata dengan punggung tangannya. Saat ia kembali, sebuah buku kecil yang tengah ia bawa langsung ia sodorkan pada Yujin.
                “Apa ini?” Yujin menerimanya penuh tanda tanya.
                “Itu milikmu. Semuanya umma dapatkan dari ‘sisa’ uang jajanmu yang selama ini umma tabung.” Ucap ummanya menahan tangis. “Sebelumnya umma berencana untuk memberimu semua itu saat kau menikah nanti, tapi sepertinya kau membutuhkan itu sekarang.”
                Yujin langsung membola menatap ummanya sesaat setelah ia menemukan beberapa angka dalam buku itu.
                “...Selama ini umma sudah membuat banyak kesalahan padamu Yujin.” Sesal umma Yujin. “Sejak kau kecil umma mengharapkan ekspetasi yang terlalu tinggi darimu hingga kau harus kehilangan masa remajamu. Kau tidak memiliki banyak teman, kau tidak diijinkan memilih apapun yang kau inginkan, setiap hari kau harus menghabiskan waktumu dengan belajar, dan kau harus menjalani bidang yang bahkan tidak kau sukai sekarang...”
                Semua yang umma Yujin katakan benar, namun Yujin tidak pernah menganggapnya sebagai suatu paksaan meski kenyataanya tak ada satupun dari semua itu yang merupakan keinginan Yujin.
                “Kau sudah dewasa sekarang. Umma percaya kau bisa menentukan pilihan dengan bijak.”
                Yujin tak sanggup berbicara. Ia tidak menyangka dibalik semua sifat ummanya yang keras, yang selama ini membuat Yujin kesal, ternyata tersimpan kelembutan yang tidak pernah Yujin bayangkan. Ummanya bahkan mengenal Yujin lebih dari dirinya sendiri. Karena bagaimanapun juga, disaat tidak ada siapapun yang sanggup berdiri dan menahanmu disaat kau terjatuh. Kau masih memiliki seorang umma yang tidak hanya memberikanmu kekuatan, tapi juga seluruh kehidupannya tanpa kurang sedikitpun.
                “Gomawoyo umma.” Ucap Yujin memeluk ummanya erat. “Saranghaeyo...”
***
                Bandara Incheon pagi hari tampak lengang dengan beberapa orang yang sibuk melihat ke jadwal penerbangan sambil menggeret koper. Salah satunya Yujin. Gadis yang sudah pulih sejak beberapa hari itu berjalan lambat melintasi lobi bandara sendirian. Ia sengaja meminta keluarganya untuk tidak mengantarkan sampai bandara karena tidak ingin terlarut dalam kesedihan. Tekad Yujin sudah bulat, ia akan pergi dan memulai kehidupan barunya secara mandiri. Yujin sudah menyiapkan semua yang ia butuhkan.
                Kebetulan Yujin datang lebih awal. Pesawat yang akan ia tumpangi masih belum melakukan panggilan. Dengan sebuah americano di tangan sebelah kirinya, Yujin tampak sibuk mengutak atik hpnya sambil duduk di pinggiran lobi. Dia baru saja mengganti nomer handphonenya dan hanya keluarga yang mengetahui nomor barunya. Baik semua teman maupun member tak ada yang mengetahui kepergian Yujin hari ini. Yujin akan benar-benar meninggalkan semuanya. Termasuk Jonghyun.
                Saat sedang sibuk mengabari ummanya tentang keadaan Yujin sekarang, tiba-tiba Yujin mendengar seseorang memanggil namanya.
                Yeoja itu menoleh. Jika saja Yujin tidak menyadari orang yang memanggilnya itu menggunakan kacamata, mungkin ia akan menangis sekarang juga.
                “Taejoon... kau?”
                Taejoon berhenti dihadapan Yujin sambil membungkuk memegang lututnya. Ia tampak ngosh-ngosh an setelah berlari mengejar Yujin.
                “Aku tadi mengikutimu sampai kemari. Mau pergi kemana kau Yujin?” tanyanya dengan nafas yang tak beraturan.
                Yujin tidak bisa menjawab.
                “Taehoon Hyung sudah siuman....”
                Kedua mata Yujin membola.
                “...tadinya aku ingin mengabarimu melalui telepon, tapi nomormu tidak aktif jadi aku langsung pergi kerumahmu. Belum sempat aku turun, aku justru melihatmu sudah naik taksi. Aku tidak menyangka kau justru ke tempat ini...”
                Yujin menggigit bibir bawahnya. “Mianhe Taejoon. Tapi aku sudah memutuskan untuk pergi.”
                “Pergi?” raut wajah Taejoon berubah terkejut. Saat itulah mereka mendengar panggilan keberangkatan pesawat sudah dimulai.
                “Aku harus pergi sekarang.”
                “Apakah kau ingin ke jepang?” tanya Taejoon setelah mengetahui tempat tujuan Yujin dari jadwal penerbangan yang ada disana. “Kau yakin ingin meninggalkan Taehoon Hyung dalam keadaan seperti ini?”
                Yujin masih tidak sanggup berkata-kata, bahkan ia tak berani menatap ke arah Taejoon.
                “Jawab aku Yujin.”
                “Maafkan aku.” Yujin susah payah menahan air matanya. “Kau pasti sudah tahu semua yang terjadi Taejoon. Aku tidak bisa lebih lama lagi bersama Jonghyun.”
                “Tapi Yujin...”
                “Aku percaya padamu Taejoon.” Potong Yujin. “Kumohon rahasiakan kepergianku dari siapapun. Dan Jonghyun... kau pasti akan menjaganya bukan?”
                Kali ini justru Taejoon yang tidak bisa membuka mulutnya. Sungguh ia ingin menahan kepergian Yujin, namun melihat ekspresi yeoja itu Taejoon tidak bisa berbuat banyak.
                “Kau hanya butuh waktu, iya kan?” tanya Taejoon memastikan kepergian Yujin hanya untuk sementara. “Jika kau butuh sesuatu, kau bisa menghubungi nomor yang ada disini.” lanjutnya sesaat setelah mengeluarkan kartu nama dari dalam dompetnya. “Aku akan memenuhi permintaanmu jika kau berjanji untuk tetap mengabari keadaanmu disana.”
                Yujin tidak menginginkan itu. Ia ingin pergi meninggalkan semuanya tanpa jejak sedikitpun, tapi tidak ada pilihan lain selain memenuhi permintaan Taejoon sekarang.
                “Jika mereka bertanya tentang keadaanku, katakan kalau aku baik-baik saja.”
                Akhirnya Taejoon sanggup tersenyum. “Pasti. Aku juga akan memastikan Taehoon Hyung baik-baik saja.”
                “Gomawo Taejoon. Aku harus pergi sekarang.”
                Taejoon memeluk Yujin sekilas sebelum akhirnya melambaikan tangannya untuk mengantarkan kepergian yeoja itu ke Jepang. Meski berat baginya, namun Taejoon sedikit lega karena Yujin bersedia untuk tetap menghubunginya disana.
                Tepat ketika Yujin meninggalkan tanah korea, saat itulah ia merelakan semua yang ia miliki pergi begitu saja. Mulai sekarang ia harus hidup sendiri, tanpa umma yang senantiasa mengomelinya, Hana yang sering mentraktirnya makanan, para member yang memberikannya pengalaman yang tak terlupakan, Taejoon yang baik hati, dan Jonghyun yang ia tahu perasaan pada namja itu tidak akan pernah hilang.
                Yujin sudah meninggalkannya. Yujin sudah meninggalkan semuanya.
-The End-
               
                Yahh.... kog the end sih? Nggantung banget nih. Masa jonghyun ama Yujin ngga jadian? Ya mau gimana lagi, namanya juga takdir(?) mhihihi
                Tapi ngga asik ya kalo Cuma the end ampe disini? Kalo gitu lanjut deh, anggap tulisan the end diatas ngga pernah ada. Mhaha ._.v
***
                3 tahun kemudian. Tokyo, Jepang.
                Seorang gadis berambut panjang dengan sebuah coat berwarna merah tampak menunggu dengan bosan di sudut jalanan kota Shinjuku, Tokyo. Sebuah perempatan jalan yang cukup besar itu dipenuhi dengan puluhan orang yang hendak menyeberang. Ada beberapa dari mereka yang tengah bepergian, atau justru baru saja pulang dari beraktivitas seperti Yujin sekarang.
                Setelah meninggalkan tanah korea dan semua orang-orang yang dicintainya, Yujin resmi menjadi mahasiswi di sebuah universitas yang sama dengan idolanya Eriko Kitagawa, yaitu Waseda University. Universitas yang sangat terkenal dan meluluskan begitu banyak tokoh ternama di jepang itu akhirnya bisa Yujin taklukan dengan perjuangan yang tidak mudah. Bahkan ia berhasil mendapatkan beasiswa dan memulai kegiatannya sebagai mahasiswi di universitas impiannya itu.
                Selama berada di jepang, Yujin juga bekerja part time menjadi asisten manager di sebuah restoran korea. Sedikit ilmu yang ia dapatkan dari tempat kuliah ia sebelumnya ternyata sangat berguna disana. Meski sebelumnya Taejoon sudah memberikan kartu nama sebuah hotel miliknya yang berada di jepang, Yujin menolak untuk bekerja disana karena tak ingin kembali bergantung dengan saudara kembar Jonghyun itu.
                Sesuai dengan janji yang pernah Yujin ucapkan sebelumnya, berbeda dengan Jonghyun dan member shinee yang lain, Yujin dan Taejoon masih saling kontak sampai sekarang. Melalui Taejoon, Yujin mengetahui bahwa setahun yang lalu akhirnya SHINee memulai debut dibawah naungan JH Entertainment. Tidak hanya berhasil membuka usaha di bidang perhotelan, Taejoon mencoba melebarkan sayapnya di bidang entertainment. Ia bermaksud membangun usaha ini bersama Jonghyun, namun Jonghyun memilih fokus menjadi musisi. Akhirnya Taejoon pun membuka JH Entertaiment yang berasal dari inisial nama baru kakak kandungnya dan mendebutkan SHINee sebagai artis pertamanya.
                SHINee cukup sukses di tahun pertamanya. Karena Yujin pergi, kini Hana lah yang menggantikan posisinya sebagai manager. Mereka menjadi sangat sibuk dan memiliki lebih banyak fans di setiap sudut korea. Lagu-lagu yang sebagian besar ciptaan Jonghyun pun mendapat peringkat yang cukup memuaskan di chart musik. Yujin sangat senang setiap kali ia mendengar berita menggembirakan itu. Apalagi hanya berselang beberapa bulan semenjak Yujin pergi dari korea, Umma Jonghyun kembali dan meminta maaf pada Jonghyun atas semua perbuatan yang pernah ia lakukan.
                Kini Jonghyun, Taejoon dan Umma mereka hidup bahagia meski Jonghyun masih tinggal berpindah-pindah dari rumah rooftopnya, ruang latihan, apartemen Minkey, dan apartemen Onew. Ia terlihat sangat nyaman dengan semua yang ia jalani sekarang. Namja itupun sama sekali tidak pernah berusaha mencoba menelpon Yujin meski jelas-jelas Taejoon memiliki nomor telponnya. Ia mengaku menghargai keputusan Yujin dan tidak ingin menyakiti gadis itu sekali lagi.
                Untuk kasus Yongwook pun sudah selesai. Mereka tertangkap hanya berselang dua minggu setelah Jonghyun keluar dari rumah sakit. Sekarang bisa dipastikan Yongwook tidak akan bisa bebas dan mengganggu kehidupan Jonghyun lagi karena Yongwook mendapatkan hukuman seumur hidup. Ia tidak hanya mendapatkan tuduhan percobaan pembunuhan pada Jonghyun namun juga sebagai pembunuh anak buahnya sendiri demi mencemarkan nama baik Jonghyun.
                “Ting!”
                Lampu untuk pejalan kaki berubah hijau, memberikan kesempatan para pejalan kaki yang telah menunggu cukup lama agar bisa mulai menyeberang jalan.
                Ratusan orang berhamburan, tak jarang dari mereka yang berlarian kecil karena dikejar waktu. Yujin yang sempat melamun juga turut melangkahkan kakinya menuruni jalan dan mulai mengikuti arus untuk sampai diseberang. Tubuhnya yang lelah seusai bekerja membuat ia kurang bersemangat untuk meneruskan perjalanan sampai ke rumah. Tumit yang sejak tadi harus menahan pegal karena sepatu hak tingginya pun rasanya ingin Yujin lepaskan saat itu juga.
Yujin menunduk sambil memegang tas selempang dengan tangan kanannya. Kaki yeoja itu berjalan lambat disela orang-orang yang mendahului langkahnya. Sepintas, hanya dalam sepersekian detik bola mata Yujin menangkap sekelebat sosok namja yang berjalan berlawanan arah dengannya. Namja itu berjalan tak kalah cepat dengan orang-orang yang melewatinya, membuat Yujin tidak sempat memperhatikan namun ia menghentikan langkahnya ditengah-tengah. Tengkuk Yujin menegang, tidak berani menoleh.
                “Ting!”
                Tanda kedua dari rambu lalu lintas kembali terdengar, memperingatkan para pejalan kaki untuk segera mencapai trotoar di seberang. Yujin lantas melangkah dengan cepat tanpa menoleh ke belakang sedikitpun. Sampai di trotoar, ia meneruskan perjalanannya dan berusaha untuk berfikir yang tidak-tidak.
                Perasaan yang sama. Kejadian yang sama. Yujin merasa de javu baru saja mendatanginya. Ia tidak mau mengakui hal itu, Yujin ingin membuangnya jauh-jauh.
                Pasti Yujin salah lihat. Pasti perasaannya jadi seperti ini hanya karena ia sedang tidak fokus. Iya, pasti karena itu Yujin berfikiran yang tidak-tidak.
                Yujin terus saja meyakinkan dirinya untuk tak memikirkan namja itu. Ia berusaha untuk mengambil selangkah demi selangkah. Terus dan terus saja berjalan di pinggiran trotoar sambil berusaha menenangkan pikirannya. Namun semakin Yujin berjalan menjauh, hatinya semakin terasa sakit. Seharusnya Yujin tahu, jika kejadian tadi bukan pertanda apa-apa baginya, kenapa ia merasa begitu janggal?
Tanpa terasa permukaan bola mata Yujin memerah, ia berusaha sekuat tenaga menahannya.
Benar! Yujin tahu kalau orang yang dilihatnya tadi adalah Jonghyun. Hanya satu detik, hanya dibutuhkan satu detik untuk menyadarinya. Yujin tak sanggup membohongi hatinya jika ia sangat merindukan namja itu, bahwa ia sangat ingin bertemu dengannya. Bahkan Yujin tahu kalau diam-diam namja itu masih terus mengikuti langkahnya sampai sekarang. Yujin sudah berusaha mengabaikannya, tapi ia tidak bisa.
Akhirnya yeoja itu menghentikan langkah kakinya. Ia tertunduk dalam, mencoba menarik air mata yang hendak bergulir di pipinya. Meski dada Yujin bergemuruh hebat, ia ingin melawan rasa sakit itu. Yujin ingin sekali lagi mengambil langkah, Yujin ingin terus berjalan sampai ia bisa masuk ke dalam tempat dimana ia bersembunyi selama ini. Namun kenyataannya tubuh Yujin tidak bisa mendengarkan pikirannya. Tubuh Yujin lebih memilih untuk menuruti apa kata hatinya.
Dan disanalah, tepat ketika Yujin menoleh ke seberang jalan, diantara pohon yang berjajar di trotoar, berdiri seorang namja dengan blazer hitam dan sebuah syal berwarna merah tengah tersenyum padanya.
Tangis Yujin seketika pecah. Setelah sekian lamanya ia bertahan disini dengan semua rasa rindu yang menyiksa dirinya, akhirnya pendirian yeoja itu tumbang juga. Satu hal yang bisa ia akui sekarang, bahwa ia sangat ingin bertemu dengan Jonghyun melebihi siapapun.
Jarak antara mereka berdua semakin lama semakin dekat dikala Jonghyun mulai melangkah mendekati Yujin dengan menyeberangi jalanan yang sepi. Namja itu terus saja tersenyum meski seorang yeoja yang berdiri di seberangnya mengeluarkan tangis yang semakin menjadi.
Saat mereka berdua berdiri berhadapan, Jonghyun pun melepas syal yang melingkar di lehernya dan memakaikannya pada Yujin.
“Aku ingin mengembalikan barangmu yang tertinggal.” Ucapnya pelan.
Yujin hanya sanggup menunduk sambil terus menangis. Perlahan kemudian kedua tangan Jonghyun melingkar di bahu yeoja itu dan memeluknya dengan erat.
“Akhirnya kau melihatku Yujin.” Ucapnya sambil tersenyum disela pelukan.
Sejujurnya selama ini Jonghyun sering pergi ke Jepang untuk mengunjungi Yujin setidaknya sebulan sekali. Tadinya Jonghyun ingin langsung menemui yeoja itu dan menanyakan kenapa ia memilih untuk pergi begitu saja. Namun setelah melihat kegigihan Yujin untuk melupakan Jonghyun dan bertahan hidup disana sendirian, Jonghyun jadi mengurungkan niatnya untuk membawa Yujin kembali. Namja itu justru hanya selalu melihat Yujin dari kejauhan. Selalu menatapnya dalam diam setiap kali Yujin melakukan kegiatan sehari-harinya.
Namun hari ini, Jonghyun tidak tahu mengapa tiba-tiba Yujin bisa menemukan keberadaannya. Apakah karena kejadian tadi sama seperti disaat mereka bertemu untuk yang pertama kali? Atau karena memang takdir yang mengijinkan mereka untuk bertemu seperti disaat mereka bertemu yang pertama kali?
Apapun itu, Jonghyun percaya selama ini Yujin hanya butuh waktu. Dan sekarang waktu yeoja itu sudah habis, giliran Jonghyun yang mengisi sisanya.
“Apakah kau begitu senang melihatku sampai-sampai menangis seperti ini huh? Bahkan ekspresimu seperti baru saja memenangkan sebuah lotre.” Canda Jonghyun sambil tertawa pelan. Berusaha menghibur Yujin yang masih sibuk menyeka air mata dengan punggung tangannya.
“Apa kau bilang?” balas Yujin membuat Jonghyun langsung tertawa lepas.
‘Yujin sudah kembali.’ Pikirnya.
Melihat tingkah Jonghyun, Yujin baru tahu jika namja itu sudah benar-benar berubah. Tidak hanya selalu tersenyum dan tertawa, nada bicaranya pun tidak datar seperti sebelumnya. Jika Yujin tidak salah ingat, ini pertama kalinya Jonghyun mengajaknya bercanda lebih dulu.
“Kau ‘menemukanku’ disaat yang tepat.” Ucap Jonghyun selanjutnya. “Kajja! Para member sudah menungguku karena aku kabur untuk mengikutimu pulang dari kerja.”
“Mwo?”
“Hari ini adalah perayaan sebelum debut jepang kami besok. Dan mereka pasti akan terkejut melihatmu.” Jonghyun lantas menggandeng Yujin dan berlari mencari halte terdekat untuk menemui para member.
“Ya! Pelan-pelan Kim Jonghyun!”
Jonghyun menghentikan langkahnya tiba-tiba kemudian mengecup bibir Yujin sekilas. “Mulai sekarang aku tidak akan mengijinkanmu untuk meninggalkanku.”
Yujin mematung. Pandangannya kosong. Detik berikutnya ia sudah ada dipunggung Jonghyun dan memeluk leher namja itu.
“Apakah pekerjaanmu mengharuskan untuk memakai high heels huh?” gerutu namja itu lagi. “Jika begini caranya, kau harus berjanji untuk menraktirku karena aku akan menggendongmu setiap kali kita terburu-buru!”
“Bukankah kau artis terkenal? Seharusnya kau yang menraktirku Kim Jonghyun!”
“Shireo! *mehrong*”
“Yak!” Yujin menjitak Jonghyun karena gemas. Lantas ia memeluk namja itu lebih erat karena tidak ingin sekali lagi terlepas darinya.
Jonghyun benar, Yujin hanya butuh waktu. Yeoja itu tidak seharusnya menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi dalam kehidupan Jonghyun. Karena tanpa Yujin tahu, justru karena kehadirannya Jonghyun kini mendapatkan bahkan lebih dari yang ia harapkan. Namun tetap saja, meski saudara, umma dan mimpi yang selama ini Jonghyun kejar sudah berada dalam genggamannya, semua itu tak berarti tanpa kehadiran Yujin.
Sedangkan Yujin sendiri tidak menyesal karena pernah meninggalkan Jonghyun begitu saja selama tiga tahun ini. Yujin percaya jika suatu saat ketika takdir mempertemukan mereka kembali, tidak ada yang bisa ia lakukan selain memenuhinya. Karena  semanis apapun sosok dan kejadian yang ia temukan didalam mimpinya, tidak akan bisa melebihi manisnya kenyataan yang tengah ia jalani sekarang.
-Benar-benar The End(?)-

                Haaaaa *buang nafas lega* seneng akhirnya liat kata end juga di ff ini.
gimana gimana gimana? Kurang sosuit ya? mhihi
                Yang penting endingnya happy kan? Yujin ama jonghyun akhirnya bersatu. Hana yang tadinya ngebet jadi manager akhirnya kesampaian. Taejoon yang pengen tinggal ama umma+hyungnya akhirnya juga kesampaian. Shinee yang pengen debut juga debut beneran.
                Lega deh bisa nyelesain FF terlama yang pernah saya buat ini. Super duper big spesial combo terimakasih untuk semua readers yang mau membaca sampai akhir. Baik readers yang di fb, yang di blog, yang meninggalkan komentar ataupun yang tidak sengaja lewat, terimakasih banyaaaaakkkkkkkkkk. Setelah setahun lebih melewati jalan yang berliku, badai menerpa sampai hujan deras yang menghalangi(?) ternyata beneran bisa menyelesaikan FF ini sampai akhir.
                Untuk yang bertanya, kira-kira setelah ini ada FF baru lagi ga? Jawabannya (pasti) ada. Soalnya membuat FF adalah salah satu cara saya menghilangkan stress atau mengalihkan pikiran buruk disaat saya terpuruk(?) #opojal. Jadi intinya saya akan terus membuat FF sampai entah kapan. Tapi yaaaa itu tadi, mungkin akan menjadi lebih lama dari lucid dream ._.v
                Sedikit bocoran, FF selanjutnya berjudul Pixie Rain dengan cast Minho dan Taemin. Ini akan menjadi FF chapter pertama saya yang bertemakan school life. Ceritanya jauh lebih fresh ketimbang ff saya sebelumnya yang kebanyakan bergenre angst (victory, fucshia, lucid dream). Ceritanya pun berunsur fantasy kekeke. Ini juga akan menjadi FF pertama saya yang mengambil tokoh utama seorang namja yang bukan member SHINee (>> ulzzang/fiksi). Uhuy! Penasaran? Intip covernya yuk....



                Tapi sayangnya, (entah ini kabar baik atau buruk) kemungkinan besar FF selanjutnya HANYA akan saya posting di blog pribadi saya (ichaichez.blogspot.com). Saya akan membagi linknya di beranda FB. Harap maklum(?)
                Terakhir, SUPER GAMSAHAMNIDA (sekali lagi) untuk semua readers. Maaf selama ini author banyak salah terutama nge PHPin readers dan ngepostnya telat2. Mohon dimaafkan. Dan karena ini FF terakhir, jangan lupa tinggalkan komentar ya.... annyeong!

                *nutup lapak warung bareng jonghyun sama yujin*

1 comment:

  1. AAAAAAAudah keluar yg aku tunggu..,jujur aku belum baca.. dan sebelum baca aku mau komet dulu, aku udah nunggu lama tau.. dan akhirnya udah di post, habis ini apa ada ff lain...?? aku tunggu ne...
    udah ya aku mau baca dulu...

    ReplyDelete