Pages

Saturday, 21 December 2013

FF SHINee : Lucid Dream [Part 6]

Salam perdamaian! (?)
Aku back! Aku back! Aku back back back! *abaikan*
Lagi2 musti minta maaf karena mengepost telat. Ini dikarenakan bus jurusan jogja – wates kebetulan kelamaan ngetem di pasar gamping kemudian ngantri isi bensin di ambarketawang terus macet didaerah wirobrajan jadinya baru bisa ngepost sekarang -_-v *oke ini mah jalurku bepergian(?)
Terakhir aku ngepost kira-kira sebulan yang lalu, teruuss masih ada yang inget ama cerita ini ga yaaa? Oke oke ini dia cuplikan part kemaren
-          “Oh hyung! Kau sudah pulang?” sapa Taemin senang. “Sepertinya kita sudah menemukan manager yang tepat untuk band kita Hyung...”
-          Beberapa detik sebelum akhirnya kembali keluar, bibir tebal namja itu berseloroh tegas, “Aku setuju jika band kita memiliki manager, asal bukan dia.”
-          Tatapan Jonghyun beralih dari bola mata Yujin ke sebuah kalung yang menggantung di sela jari yeoja itu. Yujin tidak terlalu yakin, tapi entah kenapa ada semburat sendu yang terpancar dari sorot mata Jonghyun.
-          Hanya dengan mendengar kalimat Onew saja Yujin tidak bisa berkata apapun lagi. Tadinya ia sudah menyusun dengan rapi beberapa alasan yang bisa ia jadikan ‘senjata’ tambahan untuk menolak tawaran menjadi manager shinee tapi semuanya lenyap.
-          Selain Yujin dan Key, tak ada lagi yang memperdulikan ke-belum-datang-an Jonghyun disana. Sepertinya mereka semua sudah sangat hafal dengan kebiasaan Jonghyun yang selalu datang terlambat.
-          Jonghyun hanya menarik nafasnya tersendat. Dari raut wajahnya ketara sekali ia sedang menahan sakit sampai-sampai sudut mata namja itu berkaca-kaca. Membuat Yujin justru semakin takut akan kemungkinan terburuk.
Oiya ada tambahan, di part ini bakalan terkuak apa-yang-sebenernya-dimaksud-Onew-sama-Jonghyun-di-percakapan-berikut-ini (part 2):
        “Tapi Jonghyun...” panggil Onew tidak langsung melanjutkan kata-katanya. “Jika hal ini terjadi lagi , bisakah kau cepat menghubungiku?”
        “Tidak akan. Lain kali hal ini tidak akan terjadi lagi.”
        Haha percakapan diatas emang blur abis -_-, tapi ntar disini jadi glossy(?) alias bening. Wkwk dan yang terakhir, pada tahu lagu shinee yang nightmare kan? Oke langsung, cekidot~




Tittle                    : Lucid Dream [Part 6]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating                 : PG-13
Cast                      : Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Yujin memekik panik, “Jonghyun! Jonghyun sadarlah!”
                Tidak ada siapapun disana kecuali mereka berdua dan beberapa kendaraan yang melintas di pinggir jalan. Jika saja Yujin memilih untuk berteriak minta tolong, ia tahu usaha itu sama saja seperti menegakkan benang basah, akan berakhir sia-sia. Sementara sebelah tangan Yujin menahan kepala Jonghyun, ia berusaha merogoh saku kanannya untuk meraih ponsel. Dalam beberapa detik, nada sambung dari nomor yang Yujin tuju mulai terdengar.
“Key jebal...” gumam Yujin tak sabar. “Cepat angkat telfonnya....”
Saat itu juga ada sebuah jemari yang menggengam lengan Yujin lemas. “Jangan hubungi mereka...”
Kedua mata Yujin membola.
“Aku tidak apa-apa.” Lanjut Jonghyun setengah tersendat.
“Apa kau gila? Tubuhmu SEKARAT Kim Jonghyun!” bentak Yujin tidak setuju. Bisa-bisanya Jonghyun melarang Yujin menghubungi member SHINee. Jika bukan member, siapa lagi yang bisa menolongnya?
Mendengar kalimat Yujin, Jonghyun justru berusaha bangkit meski tertatih. Kedua matanya membuka-menutup perlahan berusaha untuk menahan sakit, “Sekarang... tolong bawa aku bersembunyi di suatu tempat.”
Yujin memerlukan waktu beberapa detik untuk mencerna kalimat itu. Apakah seorang Jonghyun baru saja memohon padanya melakukan sesuatu? Seorang Jonghyun yang selama ini mengabaikannya? Yang selama ini membencinya? SE-O-RANG JONG-HYUN? K.I.M J.O.N.G.H.Y.U.N?
Yujin sempat melirik Jonghyun untuk memastikan kalimat yang terucap dari bibir namja itu, namun yang ia temukan justru keseriusan tanpa gurauan sedikitpun. Membuat Yujin yakin untuk membantu Jonghyun sejauh yang ia bisa lakukan.
Yeoja itu lantas melepas syal merah marun yang sejak tadi ia pakai untuk menutupi sebagian wajah Jonghyun. Jaket kulit namja itupun Yujin ganti dengan mantel miliknya yang berukuran besar. Tanpa Yujin sadari ada kalanya ‘fashion teroristnya’ berguna sekarang.
Seingat Yujin ia sempat melewati ruang UKS yang terletak di dekat lapangan sekolah. Dalam situasi seperti ini tidak ada tempat yang lebih cocok daripada disana. Kebetulan pintu tidak terkunci, lagipula sebagian besar penghuni sekolah sedang berkumpul di aula, memudahkan Yujin untuk memapah Jonghyun ke ruang UKS tanpa banyak melewati orang lain.
“Gwenchana?” tanya Yujin lagi memastikan sesaat setelah Jonghyun duduk di tempat tidur. Jonghyun hanya mengangguk sekenanya.
Langsung saja Yujin meraih kotak obat dan mengeluarkan beberapa kapas serta alkohol dari sana. Meski tidak begitu mengerti soal pengobatan, setidaknya Yujin tahu beberapa hal yang ia harus lakukan untuk pertolongan pertama.
“Ak! Pelan-pelan!” Nada ketus Jonghyun akhirnya keluar.
“Aigoo~ aku tidak tahu kalau ternyata teriakanmu lebih cempreng dari ibu-ibu arisan yang kehabisan stok diskon huh? Tahan sebentar!”
Jonghyun mendengus kesal namun pasrah(?). Saat ini ia hanya sanggup bergantung pada yeoja yang selama ini ia benci. Tak ada yang bisa ia lakukan selain diam menuruti perintah yeoja itu.
Sedikit luka yang ada di sudut bibir Jonghyun sudah beres. Kini tinggal lebam yang ada di lingkaran bola mata namja itu. Meski Jonghyun tidak sedikitpun memberitahu Yujin alasan kenapa ia menjadi seperti ini, Yujin enggan menanyakannya. Apakah itu berkelahi, berkelahi dengan siapa, dengan alasan apa, dan siapa yang menang, Yujin tidak terlalu ingin tahu. Yang penting sekarang sebisa mungkin ia membereskan luka yang terlihat di wajah namja itu.
“Apa kau akan tetap tampil dengan keadaan seperti ini?” tanya Yujin memutus kecanggungan yang sebelumnya mengikat mereka berdua.
Jonghyun yang semula menatap ke langit-langit kamar kemudian beralih menatap Yujin, membuat Yujin sedikit terkejut karena ia sedang fokus mengoleskan obat di lingkar mata namja itu.
“Jika aku tidak ingin tampil, untuk apa aku repot-repot datang kemari?”
Ada benarnya juga. Yujin mengangguk-angguk. Tangannya jadi gugup karena Jonghyun terus saja menatap kedua matanya seakan-akan menemukan sebuah benda berharga disana.
 “Selesai.” Ucap Yujin lega karena tidak harus berlama-lama menangkap tatapan namja itu. “Sebaiknya sekarang kau ke basecamp (tempat SHINee berkumpul sebelum tampil di aula). Mereka sudah menunggumu disana.”
Jonghyun menggeleng sambil melepas mantel Yujin dan memakai jaket kulitnya, “Mereka tidak boleh tahu keadaanku setidaknya sampai kami selesai tampil.”
“Lukamu masih terlihat jelas. Kau bahkan belum bisa berdiri dengan tegak. Apa kau yakin akan tampil dengan keadaan seperti ini?” seloroh Yujin tidak setuju. “Jika member mengetahuinya, mereka pasti juga akan melarangmu.”
“Itu urusanku.” Jawab Jonghyun tajam. “Dan kau tidak berhak mencampurinya karena kau bukan siapa-siapa bagiku.”
Yujin terdiam. Seperti ada sebuah tamparan keras yang mendarat di pipinya. Meski beberapa saat lalu sikap Jonghyun melunak, tapi dalam sekejap kembali dingin seperti biasanya. Apa Jonghyun pantas mengatakan itu setelah semua yang baru saja Yujin lakukan padanya?
Disaat yang bersamaan, ponsel Yujin pun berdering.
“Ada apa Key?” angkat Yujin sambil terus beradu pandang dengan Jonghyun.
“Apa kau sudah menemukan Jonghyun hyung?” tanya Key diseberang telfon.
“Jonghyun?”
Ekspresi Jonghyun berubah tegang. Menduga-duga apakah Yujin akan menyebutkan keberadaannya atau tidak.
“Sebaiknya sekarang kalian bersiap-siap, aku akan segera kesana.” Ucap Yujin kemudian menutup telponnya.
Sorakan terdengar dua kali lipat lebih meriah ketika pentas seni memasuki puncak acara. Penonton yang semula duduk rapi diatas kursi satu persatu memilih untuk berdiri mendekat didepan panggung. Properti drama pun telah diringkus ke backstage, bergantikan alat-alat musik yang selama ini menjadi ujung tanduk member SHINee. Sepertinya semua orang sudah tidak sabar menunggu bintang tamu yang sejak tadi belum menunjukkan batang hidung mereka. Jika SHINee tidak segera tampil, bisa dipastikan akan terjadi ‘bencana besar’.
“Yujin!” panggil Minho saat mendapati Yujin masuk melalui pintu backstage. “Bagaimana? Apa kau sudah menemukan Jonghyun hyung?”
“Sebaiknya kalian naik saja sekarang.”
“Ne?”
“Jonghyun akan segera datang.” Jawab Yujin sedikit terengah, namun yang lain justru terlihat bingung. “Cepat! Cepat! Sudah tak ada waktu lagi!”
Pandangan beralih ke Onew sebagai pembuat keputusan. Meski wajahnya tidak yakin, tapi akhirnya namja itu mengangguk.
“Dan inilah dia bintang tamu yang paling ditunggu-tunggu...” ucap MC dari atas panggung. “Membawakan lagu hits ‘Nightmare’, mari kita sambut...SHINee!”
Sorakan sudah tidak sanggup dibendung lagi. Terdengar menggaung disudut aula tatkala SHINee mulai satu persatu menaiki panggung. Mereka tetap tersenyum dengan ramah untuk menutupi rasa cemas. Bahkan Taemin spontan membungkuk ditengah panggung karena gugup.
Ketika semua member siap pada alat musik mereka masing-masing, tiba-tiba terdengar teriakan keras dari belakang panggung.
“ARE YOU READYYYY!!!”
Semua member terkejut, namun seseorang yang muncul dengan sebuah syal merah marun dan kacamata hitam langsung menciptakan atmosfir panas khas member SHINee.
“Who’s that knocking on my door? Come and dream a dream girl... Come and dream a dream girl...” disusul lirik nightmare yang spontan membuat member lain larut dalam iringan musik.
Suasana berubah menjadi benar-benar riuh, semua seperti berjalan lancar tanpa terjadi apapun. Tak ada satupun penonton yang melihat kejanggalan walau yang sebenarnya terjadi beberapa menit lalu cukup membuat semua panitia panik.
Disalah satu sisi aula berdiri Yujin yang terlihat mematung. Ia tidak terlarut dengan suasana, justru hanya memperhatikan keadaan Jonghyun dari jauh. Belum lama ia menemukan Jonghyun ambruk didepannya, kini namja itu sekejap berubah seperti orang yang berbeda. Jonghyun berhasil menyembunyikan lebam di lingkaran matanya dengan sebuah kacamata hitam, ekspresinya juga tidak memancarkan kepedihan sedikitpun, bahkan ia terlihat berjalan dengan nyaman.
“Apa ia baik-baik saja?” batin Yujin khawatir.
Saat itu juga Yujin merasakan ponselnya bergetar, rupanya ada sebuah sms masuk. Ah tidak, ini adalah sms ke tujuh yang masuk dengan 12 missed call di ponselnya.
‘Dimana kau Yujin? Apa kau lupa jam berapa ini?’
Yujin melirik tangannya. DEG! Pukul 21.47. Cepat-cepat yeoja itu meninggalkan aula SMA Chungdam karena ia telah melanggar ‘jam malam’ yang telah ditetapkan ummanya. Bisa dipastikan setelah ini ada sebuah ‘nyanyian merdu’ yang menunggu Yujin dirumah.
Namun tanpa Yujin sadari ada seseorang diatas panggung yang diam-diam memperhatikan kepergian Yujin. Sedetik setelah Yujin pergi dahinya berkerut, mengira-ira apa yang sebenarnya terjadi.
“Nightmare... a vampire who took all I had
You are to far away to reach out and catch
Why are not you saying no?
So dangerous” (SHINee – Nightmare)
***
                “Oh hyung...” Jonghyun spontan menoleh ketika pintu ruang latihan terbuka. “Tumben malam-malam begini...”
                Seusai SHINee tampil di SMA Chungdam, Onew tak lantas kembali ke apartemennya. Ia justru mengantar Taemin pulang sebelum akhirnya memutuskan untuk mampir ke ruang latihan. Bukan untuk mengambil sesuatu yang mungkin tertinggal, tapi ingin menemui seseorang yang ia tahu benar pasti sedang ada disana sekarang.
                “Aku ingin bicara.”
                Hanya dengan mendengar kalimat serius yang Onew ucapkan, Jonghyun langsung merubah posisinya yang semula tiduran di sofa sambil memegang gitar menjadi duduk santai dengan Onew yang berada di sampingnya.
                “Mian aku tadi datang terlambat.” Jonghyun memulai pembicaraan lebih dulu. Ia mampu menebak topik apa yang ingin Onew sampaikan sebelumnya. “Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku datang dengan babak belur. Meski aku tidak bisa menceritakannya secara detail, yang jelas ini bukan karena balapan liar lagi. Aku sudah berjanji tidak melakukannya. Hyung tahu itu.”
                Onew mengangguk, “Apa terjadi sesuatu di bar?”
                Sudut bibir Jonghyun terangkat, ia sadar sosok Onew pasti akan mengetahuinya meski ia menolak untuk bercerita. “Hm.” Jawab Jonghyun meng-iyakan. “Tapi aku sudah membereskannya.”
                Kata ‘membereskan’ bagi Onew mungkin akan berarti menyelesaikan masalah, namun bagi Jonghyun itu memiliki konotasi lain.
                “Syukurlah..” jawab Onew sekenanya. “Tapi ada hal lain yang ingin kutanyakan.”
                Jonghyun menoleh, menerka-nerka apa yang sebenarnya ingin Onew ketahui darinya.
“Aku ingin membicarakan tentang Yujin.” Hanya dengan mendengar nama itu saja sudah membuat Jonghyun tidak tertarik. “Sebenarnya kenapa kau begitu membencinya?”
Yang ditanya tak lantas menjawab, justru kembali meraih gitar yang sebelumnya ia sandarkan di sisi sofa. “Bukankah itu terlihat jelas Hyung?”
Alis Onew terangkat.
“Dia bukan tipeku.” Jawab Jonghyun tanpa membalas tatapan Onew. “Dia terus muncul dihadapanku dan melakukan hal bodoh. Itu sangat mengganggu.”
Onew tersenyum tipis. ‘Rupanya kau sedang menyimpan sesuatu, Jonghyun.’ Batinnya diam-diam mengetahui kebiasaan Jonghyun yang selalu tidak bisa menatapnya disaat sedang berbohong.
***
                Yujin meletakkan kepalanya lemas di atas meja kantin fakultas ekonomi. Ekspresi wajahnya benar-benar buruk, bahkan jauh lebih buruk ketimbang ekspresi orang yang baru saja kehilangan kunci motor di lapangan parkir. Bibir bawahnya terlihat lebih tebal karena cemberut, ujung alisnya juga turun beberapa milimeter sementara bahunya tampak tidak bertenaga.
                “Yujin anmogo (tidak makan)?” tanya Hana sedikit heran melihat nafsu makan Yujin tiba-tiba hilang.
                Yujin hanya menggeleng dengan posisi yang tidak berubah.
                “Apa uang sakumu habis?” Hana mengerti sekali dengan kebiasaan umma Yujin yang memberinya uang jajan pas-pas an. “Pesanlah sesukamu, biar aku yang membayarnya.”
                Sekali lagi Yujin menggeleng. “Aku tidak lapar.”
                Tumben sekali, batin Hana. Melihat Yujin yang tiba-tiba tidak tertarik dengan traktirannya seperti sekarang rasanya sama saja seperti menemukan komet Halley yang hanya muncul 76 tahun sekali. Seburuk apapun mood Yujin, dia tidak pernah menolak tawaran yang satu ini, kecuali jika alasannya karena...
                “Kau dihukum? Karena pulang terlambat?”
                Dahi Yujin berkerut, masih menempel diatas meja. “Bagaimana kau bisa tahu?”
                “Waktu itu ummamu menelfonku untuk menanyakan apa kau sedang bersamaku atau tidak. Sepertinya dia sangat khawatir karena kau tidak membalas smsnya...”
                Khawatir? Hana mungkin akan menarik kata itu jika mengetahui apa yang terjadi setelah Yujin sampai dirumah. Bukannya khawatir, umma Yujin justru mengomel sambil berteriak keras sekali, dia bahkan tak menanyakan apakah Yujin baik-baik saja atau bagaimana Yujin bisa sampai dirumah padahal bus sudah tidak beroperasi. Ekspresi dan nada bicaranya jauhhh sekali dari sesuatu yang disebut khawatir.
“....Jadi gara-gara itu kau beberapa hari kemarin selalu pulang cepat?” lanjut Hana tidak menemukan hal yang tengah Yujin pikirkan. “Seharusnya kau senang karena hari ini ada 2 jadwal kuliah pagi dan sore, jadi kau bisa makan siang di kampus dan mengobrol santai bersamaku. Ya kan?”
Jika orang lain yang mengatakannya, itu memang terdengar menyenangkan. Namun kenyataannya berkata lain karena Yujin tahu benar sudah begitu banyak ‘pekerjaan’ yang menunggunya dirumah. Mulai dari mencuci piring, menyapu, mengepel, berbelanja dan segudang tugas rumah lainnya. Sayangnya itu belum cukup, Yujin masih harus berhemat karena uang jajannya dipotong selama satu minggu. Belum lagi Yujin dilarang keras untuk pergi kemanapun selain kekampus dan ke supermarket untuk berbelanja.
Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat kepala Yujin berat.
“Astaga!” seru Hana tiba-tiba. “Bukankah itu Minho dan Key?”
Pandangan Yujin langsung berputar ke arah yang Hana maksud. Dan benar, dari kejauhan terlihat seorang namja dengan jaket baseball berwarna biru donker-putih dan dibelakangnya mengekor namja bertopi hitam yang langsung berjalan lebih cepat begitu menemukan kantin fakultas ekonomi sudah dekat.
Cepat-cepat Yujin langsung bersembunyi di kolong meja sebelum dua namja itu menemukannya.
“Aaaa~ Minho!” Teriak Hana histeris. “Minho! Minho!”
Yang dipanggil langsung tersenyum sedikit mengangguk. Membuat Yujin semakin panik karena Key dan Minho berjalan ke arahnya.
“Tidak usah bersembunyi Yujin. Kau sudah ketauan.” Ucap Key berhenti beberapa langkah didepan meja Yujin dan Hana.
“Yu...Yujin?”
Tertangkap basah, wajah Yujin berubah merah tomat. Perlahan ia muncul dari kolong meja kemudian duduk seperti semula tanpa membalas tatapan Key dan Minho.
“Yu...Yujin... mereka mengenalmu?”
Ah hampir saja Yujin lupa. Disini ada Hana! Selama ini Yujin menyembunyikan identitasnya sebagai manager SHINee karena tidak ingin sahabatnya kecewa. Sejujurnya yeoja itu sudah memikirkan bagaimana cara untuk memberitahukan semuanya pada Hana, tapi tidak dengan seperti ini.
“Itu... Hana... Aku...”
“Selama ini kau kemana saja Yujin?” Potong Key lebih dulu. “Aku sudah menghubungimu berulang kali tapi kau tidak pernah menjawabnya...”
Spontan Yujin menundukkan kepalanya. Terlalu sulit untuk membuat keputusan mana yang lebih dulu ingin ia jelaskan.
“....Kamu tahu? Kami berdua berkeliling fakultas ini sejak tadi hanya untuk mencarimu huh?”
Hana semakin membola tak percaya. “Kalian...mencari Yujin?” ia masih tampak tidak mengerti. “Sebenarnya... apa yang terjadi? Kenapa kalian mencari Yujin? Apa Yujin sudah melakukan sesuatu yang buruk pada member SHINee?”
“Ani. Bukan begitu Hana, aku akan menjelaskannya tapi...”
“Yujin adalah manager kami.” Lagi-lagi Key memotong kalimat Yujin. Baginya pertanyaan ‘bodoh’ Hana sedikit ‘mengganggu’ pembicaraan dirinya bersama Yujin. Akan lebih mudah jika semua diungkapkan dengan singkat, padat dan jelas.
“MWO?” pandangan Hana sontak beralih dari Key ke arah Yujin. “Yujin, apa itu benar?”
“Itu... Hana dengarkan...” suara Yujin sudah mulai bergetar. Hanya dengan melihat sorot mata Hana yang berubah saja Yujin tahu benar kini sahabatnya sedang benar-benar naik darah. Meski Yujin tahu penjelasannya tidak akan berefek besar, tapi ia mencoba untuk melakukannya. “Ini tidak seperti apa yang kau fikirkan Hana. Semuanya terjadi karena ketidaksengajaan...”
“Yak itu be...” ucapan Key berhenti tepat ketika tangan Minho menyenggol lengannya. Minho tahu suasana sudah mulai tidak nyaman, dan tentu saja ini bukan saat yang tepat untuk ikut campur.
“Yujin... kau jinjja...” rahang Hana terkatup keras. Matanya tampak berkaca-kaca karena menahan amarah. Tanpa lebih banyak meninggalkan kata, Hana lantas pergi meninggalkan Yujin yang tahu benar akan sulit untuk sekedar bertemu dengan yeoja itu lagi.
-To Be Continue-

 Hing! Ternyata yang Jonghyun omongin secara blur bersama Onew itu adalah mengenai balapan liar sodara2. Jadi ni si abang demen banget balapan liar sampe suatu saat dia ditangkep polisi dan member SHINee gunain duit mereka buat nebus Jonghyun disana. Makanya duit member shinee abis (baca di part 2 sama part 5).
Tapi di part ini ada another mistery. Wkwk. Nanti lama2 pasti juga bakalan terkuak satu persatu *wink*
Oiya aku meminta maaf dengan sangat beserta seperangkat alat tulis faber castel buat ujian(?), ternyata part ini lebih panjang dari perkiraan jadinya terpaksa aku cut di adegan ini. Mian syekali beberapa adegan yang aku janjiin kemaren belum bisa muncul. Tapi next part janji deehhhhh bakalan terkuak siapa second mannya. Juga adegan romantis yang udah pernah aku janjiin sebelumnya. *aegyo*
Laluu gimana nih reaksi Hana setelah tahu Yujin adalah manager SHINee? Apa yang musti Yujin lakuin buat bikin sahabatnya ngga ngambek? Pokoknya tunggu next part ya...
Gomawo banyak besar melimpah(?) buat semua yang masih mau baca lanjutan lucid dream. Secara resmi aku akan memanggil kalian dengan sebutan lucider *ditabok readers*

Akhir kata, annyeong~ *naik helikopter pake dance onyu(?)


4 comments:

  1. hoah padahal nungguin adegan sweetnya jo-jin penasaran jjong berubahnya gimana. mungkinkah 2nd mannya key *asal nebak* kkk lanjut eooonnnn aku menantimuuuuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. haha iya yak?
      hihi semoga next part ngga mengecewakan :)

      Delete
  2. thor ...... ahh penasaran siapa second man nya . terus apa yg di lakuin sma hana pas tau Yujin manager nya SHINee........ terus apa alasan sbenarnya si Jonghyun ngebenci Yujin
    jebal thor ...... publish next chapter nya hihihi:3
    FF ya daebak:3

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahaha banyak banget ya pertanyaannya hihi
      siap
      semoga ngga mengecewakan ya ^^

      Delete