AAAAAAAAAAAAAAA author paling lelet se jagad raya akhirnya
dataang! Maafkan akuu karena udah lebih dari sebulan ngga ngepost ini FF
huhuhu. Padahal jujur ini FF udah aku bikin sampe part 8. Cuma ngga ada waktu
buat ngetik + ngeditnya, jadinya yah.... :(
Tapi
apapun yang terjadi walaupun badai menerpa, angin topan menerjang, hujan deras
mengguyur(?) aku akan tetap berusaha bikin ff ini sampai ada kata END. Walau
itu entah selesai tahun berapa ._. #mukapolos
Pasti
udah pada lupa kan sama part sebelumnya, oke ini dia cuplikannya :
- Jonghyun terdiam,
dahinya berkerut. Ia menatap Yujin dari atas sampai bawah seperti baru saja
melihat alien yang terlalu percaya diri sehingga sekarang bertanya pada Jonghyun seolah-olah Jonghyun yang lebih dulu
mengenalinya.
- Lagi-lagi sudut
mata Yujin menangkap sesuatu yang tergeletak di samping meja tempat Jonghyun
baru saja menghabiskan ramennya. Ada sebuah benda yang tertinggal.
- Yujin menghela
nafas berat kemudian membuka genggaman tangannya dimana ada barang milik Jonghyun
yang terselip disana. Sebuah kalung dengan bandul cincin bernama Lee Tae Hoon.
Mungkin ini milik seseorang yang penting bagi Jonghyun.
- Awalnya Yujin
mengira apartemen ini milik Onew karena ia bisa dengan mudah membuka pasword
untuk masuk kesana. Tapi ternyata... ini lebih buruk! Yujin tak sanggup
membayangkan apa yang terjadi jika Hana tahu sedang ada dimana Yujin sekarang.
Itu apartemen milik Minho Key.
- “Ah iya benar. Kau
Yujin kan?” tebak Minho langsung bangkit dari tempat duduknya kemudian menghapiri
Yujin. “Mian aku terlalu sibuk bermain game sampai-sampai lupa kalau itu kau.”
- “Aku tidak bisa
menyelesaikannya Minho-ya. Melihat angka-angka ini saja sudah membuatku
pusing...” Key mengacak rambutnya frustasi, seakan-akan beberapa potong kertas
yang ada dihadapannya mengandung zat adiktif yang mampu melumpuhkan
syaraf-syaraf di otaknya dalam sekejap.
- “Memangnya...”
suara lirih Yujin langsung menyita perhatian. “...apa yang bisa kubantu?”
Tittle :
Lucid Dream [Part 5]
Author :
Ichaa Ichez Lockets
Genre :
Friendship, Romance, Angst, Family.
Rating :
PG-13
Cast :
Jung Yujin, Kim Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum
(Key), Shin Hana.
Length :
Chapter
Desclaimer : This story is originally mine. This is only a FICTION, my
IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
“Jinja daebak!”
Taemin menggeleng-gelengkan kepalanya seraya bertepuk tangan pelan saat melihat
hasil kerja Yujin. Sorot mata namja berwajah polos itu memancarkan kekaguman
seperti baru saja menemukan satu kilogram emas didalam kulkas.
“Sudah
kuduga kau pasti bisa membereskannya.”
Yujin
membalas ucapan Key dengan senyum canggung. Semua tugas yang diberikan namja
itu pada Yujin hari ini hanya seperti ‘a-piece-of-cake’ baginya. Meski Key
mengaku hanya dengan melihat rentetan angka-angka itu saja sudah membuat
matanya pusing, namun semua itu tidak ada apa-apanya bagi Yujin yang notabene
memiliki prestasi cemerlang di kelas.
Yujin
memang tidak secantik Hana, ia juga tidak se-modis, se-kaya, se-elegan, se-imut
dan blablabla jika dibandingkan dengan sahabatnya itu. Tapi setidaknya ada satu
hal yang sedikit bisa Yujin banggakan, bahwa ia pintar. Ia adalah tipikal
seseorang yang akan memahami suatu hal dalam sekali lihat. Jadi meskipun selama
ini Yujin jarang belajar dan otaknya sudah penuh dijejali dengan imajinasi
‘liar’, tapi tetap saja ia akan mengingat sesuatu yang pernah ia pahami
sebelumnya.
Tapi
pertanyaannya adalah, tugas apa yang diberikan Key pada Yujin?
Yang
jelas itu bukan tugas mata kuliah Key yang berada di fakultas tehnik, bukan
juga soal sin, cos, tan yang bisa ditemukan di lembar kerja siswa kelas 2 sma.
Tapi ini berkali lipat jauh lebih menyebabkan stres bagi Key. Karena tugas itu
bukan hanya pembagian jatah pendapatan masing-masing member, melainkan juga
jadwal manggung, jadwal latihan serta kegiatan para member diluar band.
SHINee memang bukan
band besar, tapi bisa dipastikan dalam satu minggu akan ada lebih dari 2
panggilan untuk mereka. Belum lagi penampilan di cafe milik Onew setiap week
end. Jonghyun juga di hari-hari tertentu jadwalnya tidak bisa ‘diganggu gugat’.
Sedangkan Taemin yang merupakan siswa kelas 3 SMA masih harus mengikuti les
privat matematika. Onew pun masih memiliki tanggung jawab untuk memantau
perkembangan cafe setiap harinya. Tidak jarang, bahkan sangat sering sekali
jadwal-jadwal itu bertabrakan. Akhirnya tentu saja ada salah satu yang
terabaikan, dan yang paling sering adalah jadwal latihan.
Mungkin
dengan sebuah band populer tanpa ‘label’, SHINee merupakan salah satu pilihan.
Para pembuat acara hanya perlu mengeluarkan uang minimal untuk mendapatkan
sesuatu yang maksimal (jika dibandingkan harus membayar band dengan agensy
besar).
Key
adalah satu-satunya member yang dipercaya mengurus semuanya. Untuk menerima
semua panggilan, ia masih bisa menghandle nya. Tapi dalam menyusun jadwal
apalagi menghitung pengeluaran ia benar-benar tidak sanggup. Karena pendapatan
mereka sering ‘menghilang’ hanya untuk membeli sesuatu yang tidak penting,
sedangkan mereka memiliki beban untuk secara rutin membayar sewa tempat
latihan. Jika ada uang yang tidak jelas kemana perginya maka akan menjadi
tanggung jawab Key. Mungkin sebab itulah Key sangat hobi mengoleksi struk
belanja. Kekeke
Intinya
adalah, semakin banyak orang-orang yang menyukai SHINee, maka pekerjaan Key
akan semakin banyak.
“Berarti
berapa uang yang tersisa sekarang?” tanya Onew melihat ke tabel keuangan yang
Yujin buat.
“Berdasarkan
perhitungan dari gaji kalian selama tiga minggu ini kemudian dikurangi
pengeluaran untuk sewa tempat latihan dan makan, harusnya masih sekitar 586
ribu won.” Yujin beralih dari catatan ke beberapa lembar uang yang dipegangnya.
“Tapi... uang yang tersisa hanya 374 ribu won...”
Semua
pandangan beralih ke arah Key.
“Aku
tidak mengambilnya!”
“Bukan
begitu Key. Kami hanya ingin tahu apa ada pengeluaran lain yang kau lupakan.”
“Ah
itu...” Key menatap Onew sambil mengingat-ingat. “Uang sewa alat band dan untuk
menebus Jonghyun di...” namja itu menghentikan ucapannya tepat ketika mendengar
seseorang tiba dari arah pintu depan.
“Siapa kau?”
Coretan
pena ditangan Yujin terhenti, tatapanya kini tertumpu pada namja yang berdiri
tepat dihadapannya. Hanya dengan melihat sorot mata itu saja sudah membuat
jantung Yujin berdetak cepat, apalagi mengetahui kalimat pertama yang baru
saja ia ucapkan, membuat tubuh yeoja itu
seketika membeku.
Tampaknya Jonghyun yang baru saja datang tidak
hanya merasa asing dengan keberadaan Yujin, tapi juga sedikit terganggu akan kehadirannya
yang tiba-tiba seperti sekarang.
“Oh
hyung! Kau sudah pulang?” sapa Taemin senang. “Sepertinya kita sudah menemukan
manager yang tepat untuk band kita Hyung...”
“Mwo?”
tanya Jonghyun tidak percaya. “Manager?”
Minho
mengangguk, “Meski sebelumnya kita sepakat untuk tidak melibatkan ‘orang luar’,
tapi sepertinya kali ini kita benar-benar membutuhkannya Hyung.”
Yang
lain mengangguk setuju. Terutama Key yang merasa kehadiran Yujin benar-benar
penyelamat baginya.
Jonghyun
tak lantas bersuara. Ia menatap Yujin dari atas sampai bawah dengan sarkatis.
Beberapa detik sebelum akhirnya kembali keluar, bibir tebal namja itu
berseloroh tegas, “Aku setuju jika band kita memiliki manager, asal bukan dia.”
Yujin
tersentak, dalam sekali ucapan tiba-tiba seluruh keberaniannya untuk mengejar
Jonghyun sejauh ini sirna. Bahkan alasan untuk menemui Jonghyun perlahan
menguap di udara meski jelas-jelas sebuah kalung berbandulkan cincin dengan
inisial Lee Jonghoon sudah siap ia kembalikan saat itu juga.
***
Jalan
Seungbookdong, belakang gedung etude, pintu pearl aqua. Sebuah alamat abstrak
yang tertera di hp Yujin berulang kali ia cocokkan dengan lingkungan
disekitarnya sekarang. Untuk menemukan jalan seungbookdong cukup mudah, gedung
etude juga tidak sulit. Tapi yang jadi masalah adalah, pintu pearl aqua?
Bagaimana bisa Yujin menemukan pintu seperti itu sementara di daerah sini
hampir semua tempat tinggalnya ada di apartemen? Sebagian lagi hanya minimarket
dan beberapa rumah dengan pagar tembok yang tinggi.
Sudah
hampir setengah jam Yujin berkeliling tidak jelas disana. Satu-satunya orang
yang bisa ia hubungi juga tidak kunjung mengangkat telfonnya. Jika saja tidak
hanya nomor Key yang Yujin miliki, sudah pasti sekarang ia akan menghubungi
member lain.
“Apa
yang kau lakukan sekarang Key? Kenapa kau tidak mengangkat telfonku huh?”
gerutu Yujin kesal. Ia duduk disebuah pembatas di pinggir jalan sempit. Saat
itulah suara sebuah motor yang berhenti tepat disebelahnya mengalihkan
perhatian Yujin. Pengendara motor itu dengan cuek memarkirkan kendaraannya
kemudian berjalan melintas tanpa sepatah katapun.
“Chakkaman!”
Panggil Yujin cepat.
Yang
dipanggil tidak langsung menghentikan langkahnya, Yujin tahu ia pasti akan
diabaikan lagi seperti sekarang.
“Aku
berbicara denganmu, Kim Jonghyun.” Entah darimana keberanian itu tiba-tiba saja
muncul dalam hati Yujin.
Jonghyun
akhirnya merespon. Langkahnya terhenti tepat di ujung anak tangga menuju ke
sebuah ruangan yang berada di bawah tempat Yujin berdiri sekarang. Dan benar,
saat Yujin menoleh, pintu ruangan bawah tanah itu berwarna pearl aqua. Ingin
rasanya Yujin cepat-cepat menggerutu pada Key karena tidak memberitahunya sejak
awal kalau itu adalah ruang bawah tanah, tapi seseorang yang berdiri didepannya
sekarang ia rasa lebih penting.
“Kenapa
kau selalu mengabaikanku huh?”
Jonghyun
melepas kacamata hitam yang sejak tadi menutup sebagian wajahnya, “Seharusnya
aku yang bertanya padamu, kenapa kau selalu muncul dihadapanku dan apa yang
sedang kau lakukan disini?”
Yujin
menelan ludahnya membalas tatapan Jonghyun yang dingin. “Key memintaku untuk
datang kemari. Dia bilang ini tempat latihan kalian.”
Ekspresi
Jonghyun berubah lebih buruk, “Apa dia tidak menyampaikan kalau tempat ini
tidak boleh dikunjungi orang lain?” ucapnya dengan penekanan di akhir kalimat.
“Itu...”
Belum
selesai Yujin mengucapkan kata-katanya, Jonghyun lagi-lagi berbalik tak
memperdulikan.
“Kim
Jonghyun...” kali ini yeoja itu mengikuti langkah Jonghyun menuruni tangga.
“Berhenti
memanggilku seperti itu!” bentak Jonghyun keras.
Yujin
terkesiap melihat kilatan di mata Jonghyun. Rahang namja itu menggeras menahan
amarah. Meski sudah berulang kali menemukan ekspresi tidak menyenangkan, tapi
kali ini Jonghyun terlihat benar-benar tidak bisa menahan emosinya.
“Kuperingatkan
kau untuk pergi dariku sekarang juga, atau kau akan menyesal!”
Nafas
Yujin tercekat. Tidak hanya sebuah bentakan, tapi juga ancaman yang
menyerangnya. Ia tak tahu pasti apa alasan Jonghyun tiba-tiba berkata demikian.
Apa keberadaan Yujin begitu mengganggu kehidupannya? Atau memang Jonghyun
selalu bersikap demikian terhadap orang lain yang baru ia kenal? Meski Yujin
merasa takut, namun jemarinya tetap bergerak perlahan. Merogoh saku jaketnya
dan memperlihatkan benda itu didepan Jonghyun.
“Ku-kurasa...
in-ini milikmu...” jawab yeoja itu terbata.
Tatapan
Jonghyun beralih dari bola mata Yujin ke sebuah kalung yang menggantung di sela
jari yeoja itu. Yujin tidak terlalu yakin, tapi entah kenapa ada semburat sendu
yang terpancar dari sorot mata Jonghyun. Tiba-tiba air mukanya ia berubah
seratus delapan puluh derajat. Antara merasa lega karena menemukan sesuatu yang
mungkin selama ini ia cari, atau justru ada sebuah rasa sakit yang muncul
ketika sepenggal memori kembali teringat saat melihat benda itu.
“...K-kau
meninggalkannya di sebuah minimarket di daerah itaewon. Aku ti-tidak sengaja
menemukannya.”
Jonghyun
membuang nafas berat, “Buang saja. Aku sudah tidak membutuhkannya.” Jawab namja
itu sambil membalikkan badan kemudian masuk ke ruang latihan.
Sedangkan
Yujin masih mematung menatap kalung yang ada di tangannya. Sebenarnya ada apa
dengan kalung ini sampai-sampai Jonghyun ingin membuangnya? Apa kalung ini
memberikan kenangan yang tidak ingin ia ingat?
“Ya!
Yujin-ah! Kau sudah datang rupanya?”
Yujin
menengok ke atas kemudian buru-buru naik saat melihat Minho dan Key berdiri
disana. “Kenapa kau tidak mengangkat telponku huh? Apa kau tahu sejak tadi aku
berputar-putar daerah sini karena kau?”
“Hehehe,
mian. Hpku didalam tas, jadi aku tidak menyadarinya.” Key tersenyum tanpa dosa.
“Tapi kau bilang
kau ingin bertemu kami? Memangnya ada apa?” Sela Minho mengingatkan tujuan
Yujin datang kemari.
Ah
benar! Memang Yujin yang ingin bertemu member SHINee lebih dulu, tapi bukannya
bertemu di kampus atau di apartemen, Key malah menyuruhnya untuk kesini.
“Ini...aku
sudah menyelesaikan semua tugas yang kau berikan padaku kemarin. Di sini sudah
ada semua catatan anggaran, dan jadwal kalian. Mulai dari jadwal yang sudah
terlewat, sampai jadwal 3 minggu kedepan. Didalamnya termasuk jadwal individu
Jonghyun di hari Selasa dan Rabu, jadwal latihan di sela-sela les matematika
Taemin, shift ‘pengawasan’ Onew di cafe, serta jadwal individu lain. Kau bisa
melihat tanggal dengan warna yang berbeda-beda disini. Masing-masing warna
sudah kuberi keterangan dengan jelas...”
“Daebak!”
“....Untuk
anggaran juga sudah aku buatkan tabel agar kau mudah untuk menghitungnya. Kau
tinggal memasukkan berapa nilai pendapatan kalian disini, kemudian dikurangi
dengan pengeluaran yang ada di tabel bagian kanan.” Terang Yujin panjang lebar.
“Kau
pasti menghabiskan banyak waktu karena ini.” Minho menatap Yujin tak enak.
“Ani-ani
tidak pa-pa. Tapi sebenarnya ada hal lain yang ingin kusampaikan.”
Spontan
tatapan Minho dan Key berubah penasaran.
“Aku...sepertinya
tidak bisa menjadi manager kalian.”
“MWO?”
seruan lain terdengar dibelakang Yujin. Saat Yujin menoleh, tampak Onew dan Taemin
berdiri disana.
“Andwae!
Andwae!” Key langsung tak sanggup berdiri santai. “Itu tidak boleh terjadi~
TIDAK BOLEH!”
“Iya
noona, jebalyo... Tolong temani aku menghadapi hyung-hyungku yang gila ini -_-“
“Tidak
bisakah kita berbicara didalam?” ucap Onew menengahi.
“Aniyo
Oppa. Disini saja.” Cegah Yujin cepat, ia tidak mungkin bisa berbicara didepan
Jonghyun – yang lebih dulu masuk kedalam. “Ini... aku... sebenarnya...”
“Ini
karena Jonghyun kan?” Ucap Onew tepat sasaran. Sepertinya Onew bisa ‘membaca’
reaksi tidak nyaman Jonghyun tadi malam. “Jika memang benar, biar aku yang
bicara padanya. Kau tidak perlu khawatir. Tapi jika ada alasan lain, kumohon
kau mempertimbangkannya karena kami sangat membutuhkanmu.”
Hanya
dengan mendengar kalimat Onew saja Yujin tidak bisa berkata apapun lagi.
Tadinya ia sudah menyusun dengan rapi beberapa alasan yang bisa ia jadikan
‘senjata’ tambahan untuk menolak tawaran mereka. Tapi dalam sekejap semua itu
lenyap dalam hitungan detik. Lagipula apa yang bisa ia lakukan jika seorang
leader SHINee meminta padanya dengan tulus seperti sekarang?
***
Malam
itu SMA Chungdam tampak berbeda dari malam-malam sebelumnya. Tidak terasa sunyi
oleh gesekan kertas dari lembar buku-buku usang yang berulangkali dibuka oleh
para siswa, melainkan justru terdengar riuh dengan alunan musik yang terpusat
pada aula sekolah. Lampu-lampu koridor juga tidak mau kalah, berhiaskan
beberapa aksesoris pesta berwarna-warni yang terlihat indah.
Tepat dimalam ini,
SMA Chungdam mengadakan pensi tahunan dengan lomba yang diikuti oleh setiap
kelas. Masing-masing perwakilan kelas wajib menampilkan berbagai macam
pertunjukkan mulai dari dance, drama, hingga parodi. Siswa di masing-masing
kelas tampak sangat sibuk dengan berbagai kostum dan make up yang berbeda-beda.
Ada yang memilih untuk berkostum ala idol, ada pula yang tampak jauh lebih
dewasa dengan baju kantoran karena harus mementaskan drama. Tentu saja tidak
ketinggalan bintang tamu spesial yang kebetulan salah satu membernya adalah
siswa di SMA ini.
“Hyung,
kata panitia kita akan tampil pada opening dan closing.” Lapor Taemin kepada
seluruh member band SHINee sesuai dengan perintah panitia – yang adalah teman
sekelasnya sendiri.
“Acara
masih kurang berapa menit lagi?” Key bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari
layar handphonenya, sejak tadi namja itu tampak sibuk menghubungi seseorang.
“Mungkin
10 menit.”
“10
menit?” sahut Yujin panik. “Tapi sampai sekarang Jonghyun belum datang.
Bagaimana ini?” Selain Yujin dan Key, tak ada lagi yang memperdulikan ke-belum-datang-an
Jonghyun disana. Sepertinya mereka semua sudah sangat hafal dengan kebiasaan
Jonghyun yang selalu datang terlambat.
Yujin
sendiri awalnya tidak ingin datang kemari. Apalagi datang sebagai manager
SHINee, dia tidak pernah membayangkannya. Tapi lagi-lagi karena ulah Key dia
harus terjebak di tempat ini. Key mengatakan kalau ada alat musik yang
tertinggal di ruang latihan – dan sebagai satu-satunya orang selain SHINee yang
tahu ruang itu – akhirnya Yujin terpaksa datang untuk mengambilkannya. Tapi
belum sempat Yujin masuk, mereka semua (kecuali Jonghyun) sudah standby didepan
ruang latihan dan ‘menculik’ Yujin ke tempat ini. Jadilah Yujin sebagai
satu-satunya yeoja yang kini tampak berdiri resah di sudut ruangan. Beruntung
sekali acara ini hanya diadakan untuk siswa SMA Chungdam, jadi Yujin bisa
memastikan ketidakhadiran Hana di tempat ini.
“Sudah
saatnya kalian tampil.” Kalimat dari seorang panitia yang baru saja datang
dengan cepat mengejutkan semua orang yang ada di ruangan itu.
“Tapi
Jonghyun Hyung belum datang.” Jawab Taemin. “Bisakah kau menunggu 10 menit
lagi?”
Panitia
itu menggeleng, “Ini sudah ketiga kalinya kau menyuruh kami menunggu Taemin.”
“Tapi
ah... Jebal...” Taemin mulai mengeluarkan aegyo pada temannya yang tampak tidak
terpengaruh sama sekali.
“Bagaimana
ini Hyung?” tanya Key pada Onew. “Apa kita harus tampil tanpa Jonghyun?”
“Andwae!”
cepat-cepat Taemin menyanggah. “Di SMA ku ini paling banyak fans Jonghyun
hyung, bisa-bisa aku di ‘bully’ mereka besok kalau dia tidak tampil.”
Semua
terdiam. Minho dan Onew yang sejak tadi tidak bersuara juga mulai resah. Memang
Jonghyun sering sekali terlambat, tapi dia tidak pernah sangat-terlambat dan
sulit dihubungi seperti sekarang. Ini sudah lebih dari 30 menit. Apa dia benar-benar
tidak datang?
“Agashi...”
panggil Yujin pada panitia itu. “Bisakah kita bicara sebentar?”
Dan
saat itu pula sudut bibir Key melengkung, dia tahu Yujin memang bisa
diandalkan. Terbukti setelahnya bisa diambil sebuah kesepakatan kalau akhirnya
SHINee tidak akan tampil pada opening, melainkan hanya saat closing. Tapi tentu
saja ada konsekuensinya, bahwa SHINee harus menambahkan satu lagu pada saat
closing untuk pengganti penampilannya yang tertunda. Bukan hal yang sulit tentu
saja.
“Sekarang
sebaiknya kau memberitahu yang lain, Taemin.” Ucap Yujin sesaat setelah keluar
dari backstage untuk berdiskusi dengan panitia. “Aku akan mencoba mencari
Jonghyun. Kita punya waktu sekitar 3 jam sampai closing nanti.”
“Oh
ne, arraseoyo.” Taemin sempat membalik badannya kemudian memanggil Yujin lagi.
“Tapi, memangnya noona mau mencari dimana?”
Pertanyaan
Taemin tak ayal membuat Yujin berfikir.
“...Jonghyun
hyung pasti akan datang. Kita hanya tinggal menunggu sebentar lagi.” Lanjut
Taemin. “Walaupun sedikit menyebalkan, tapi dia bukan tipe orang yang suka
melupakan janjinya.”
Entah
kenapa hanya dengan mendengar kalimat itu, perasaan Yujin menjadi sedikit lega.
Setidaknya ada secercah harapan meski sisi lain dari Yujin masih tidak sanggup
mempercayainya.
Lee
Taemin. Namja yang selalu menunjukkan wajah polos dan senyum cerah. Tidak suka
perkelahian, penurut, hobi bermain game bersama Minho, benci matematika, sering
tidur di kelas, dan selalu berkedip cepat saat sedang gugup. Tiba-tiba
serangkaian fakta tentang Taemin yang pernah Yujin baca kembali terlintas. Dan
sepertinya ada beberapa yang bisa ia temukan sekarang.
Karena
tidak tahu harus mencari Jonghyun dimana, akhirnya Yujin memilih untuk menunggu
namja itu didepan gerbang sekolah. Mungkin Jonghyun sedang dalam perjalanan.
Mungkin juga ada kepentingan mendesak yang membuat ia harus datang terlambat.
Seperti kata Taemin, Jonghyun tidak pernah melupakan janjinya. Yujin percaya
pasti Jonghyun akan datang.
Jika Jonghyun
benar-benar datang, kesempatan kali ini ingin Yujin gunakan untuk membicarakan
‘keberadaan’ dirinya sekarang yang berperan sebagai manager, meski Jonghyun dan
bahkan dirinya sendiri tidak menginginkan itu terjadi. Setidaknya jika terjadi
pertengkaran, mereka bisa melakukannya disini, bukan dihadapan member SHINee
pikir Yujin.
Yeoja
itu menyandarkan bahunya di tembok gerbang sambil menghela nafas panjang. Baru
beberapa hari ia mendapat ‘predikat’ manager, ia sudah harus mendapatkan
masalah seperti ini. Setengah dari diri Yujin menginginkan untuk pergi meninggalkan
semuanya, namun setengahnya lagi mendesak Yujin untuk tetap tinggal. Yujin
pikir ia sudah terlanjur ‘basah’, jadi tak ada salahnya untuk ‘menceburkan
diri’ sekaligus. Bagaimanapun juga misteri kehadiran Jonghyun dalam mimpi dan
kehidupan nyatanya belum terungkap. Yujin ingin bertahan, setidaknya setelah
semua pertanyaan dalam kepalanya berhasil ia temukan.
Dari
kejauhan samar-samar Yujin seperti melihat seorang namja yang berjalan lambat.
Saat ia perhatikan lebih teliti, kaki sebelah kiri namja itu tampak sedikit
terseret sementara sebelah tangannya terlihat memegangi sisi dadanya kuat-kuat.
Yujin
menghambur menghampiri namja yang tertunduk itu. Tak salah lagi, ia adalah
Jonghyun yang Yujin nantikan sejak tadi. Tapi sayang kondisi Jonghyun sama
sekali tidak seperti yang Yujin harapkan. Sudut bibirnya robek, berdarah.
Lingkaran disekitar matanya juga lebam parah dan ada beberapa lecet di buku
jarinya. Itu yang terlihat, mungkin banyak luka lain yang bahkan lebih parah.
“Gwenchana?”
tanya Yujin cemas. “Apa yang terjadi sesuatu? Kenapa kau jadi seperti ini,
Jonghyun?”
Jonghyun
hanya menarik nafasnya tersendat. Dari raut wajahnya ketara sekali ia sedang
menahan sakit sampai-sampai sudut mata namja itu berkaca-kaca. Membuat Yujin
justru semakin takut akan kemungkinan terburuk.
Dalam
hitungan detik tiba-tiba kedua kelopak mata itupun menutup perlahan, diikuti
tubuhnya yang ambruk tanpa daya ke arah Yujin.
Yujin
menjerit panik, “Jonghyun! Kim Jonghyun sadarlah!!”
-To Be Continue-
Huaaa
telpon pak RT!! Eh salah... telpon ambulaaannnn. Itu jonghyun kenapa coba
dateng2 tau2 main ambruk aja didepan gerbang? -_- wkwkwk
Oiya
mau sedikit menjelaskan berdasarkan komen2 sebelumnya, disini Onew bersikap
‘demikian diatas’ itu bukan karena dia suka ama Yujin. Tapi dia bersikap
sebagai seorang leader yang juga penengah, apalagi dia juga bilang kan kalo
nanti mau membicarakan soal Yujin ke Jonghyun? Nah itu karena dia member yang
paling deket ama jonghyun.
Untuk
love line kedua(?), alias cintrong segitiganya Yujin ama Jonghyun beda lagiii,
bukan Onew tapi second man nya adalaaah.... pasti pada tau dah entar. *wink*
Ini
udah mulai konflik ya, Yujin udah ‘terjebak’ diantara member SHINee. Next part
janji deh banyak adegan yang supersosuit(?) antara Jonghyun Yujin kekeke.
Biar
makin penasaran, aku kasih bocoran dikit ya buat Lucid dream part 6 :
- “Gwenchana?”
tanya Yujin lagi memastikan sesaat setelah Jonghyun duduk di tempat tidur.
Jonghyun hanya mengangguk sekenanya.
- Ekspresi
Jonghyun berubah tegang. Menduga-duga apakah Yujin akan menyebutkan
keberadaannya atau tidak.
- “Aku ingin
membicarakan tentang Yujin.” Ucap Onew mengalihkan topik pembicaraan.
“Sebenarnya kenapa kau begitu membencinya?”
- “Mwo?”
pandangan Hana sontak beralih dari Key ke arah Yujin. “Yujin, apa itu benar?
Kau adalah.... manager SHINee??”
- Sebelah alis
Jonghyun naik, “Kau memang bodoh. Bukankah aku sudah memintamu untuk pergi?
Tapi kau sendiri yang memilih untuk tinggal.”
Huaaaa.... next
part akhirnya semua terungkap. Apa SHINee tetep tampil padahal Jonghyun
terluka? Terus kenapa Jonghyun sangat membenci Yujin? Dan apa yang terjadi saat
Hana akhirnya mengetahui bahwa Yujin adalah manager SHINee?
Semua terjawab di
part 6 yang kayanya bakalan panjaaang bgt. Dibumbui dengan adegan sooo suittt
dah. Kkkk.
Akhir kata gomawo
buat semua readers yang mau mampir. Next part ditunggu ya? ppyong!
Aduh aduh aduh, itu si Jonghyun kenapa ? Kenapa harus ada kata TBC, padahal masih ketagihan ?
ReplyDeletehaaahhhhh udah TBC ajah...
ReplyDeletenext part please ... #make deg2an...
lanjutannya kapan eon??
ReplyDelete대박!!!
ReplyDeleteEon masa udh nunggunya lama, tbc cepet bgt lagi.
Bikin gereget aja ihh... ^^
nexttt cepet pls...ini udh lumuten gegara penasaran~~~~~~ keren kerennnnn
ReplyDelete