Tittle : Lucid Dream [Part 3]
Author : Ichaa Ichez
Lockets
Genre : Friendship, Romance, Angst,
Family.
Rating : PG-13
Cast : Jung Yujin, Kim
Jonghyun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho, Lee Taemin, Kim Kibum (Key), Shin Hana.
Length : Chapter
Desclaimer : This story is originally mine. This is
only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
“Namja itu bernama Kim Jonghyun. Seperti yang kubilang
sebelumnya, dia lebih memilih menjadi musisi ketimbang kuliah.” Ucap Hana
memulai penjelasan dengan santai, sesekali ia mengambil keripik dari dalam
plastik sambil menebar pandangan ke setiap sudut kantin fakultas Tehnik
kalau-kalau Minho datang.
“...Jonghyun satu tahun lebih
tua dari kita...” Hana melanjutkan kalimatnya. “Dia juga satu tahun lebih tua
dari Minho dan Key. Tapi kalau diperhatikan, dia jauh lebih pendek dari Minho.
Hahaha. Tentu saja begitu, sudah sejak SMA dulu Minho sangat pandai bermain
basket. Dia juga...”
“Kim Jonghyun, Hana. Aku
bertanya tentang Kim Jonghyuuunn.” Protes Yujin yang sejak tadi duduk manis
sambil memperhatikan penjelasan sahabatnya tentang Kim Jonghyun.
“Oh ne~ ne~ Jonghyun.” Hana
kembali memasukkan jari-jarinya ke dalam kantong snack. Sejenak menyeruput es
jeruk kemudian baru melanjutkan penjelasannya yang tertunda. “Kudengar Jonghyun
tinggal sendirian di sebuah apartemen kecil didaerah Itaewon. Dia lebih sering
pergi ke apartemen Minkey atau bar daripada ke apartemen Onew maupun rumah
Taemin. Lagipula Taemin masih tinggal bersama orang tuanya, pasti tidak enak
bukan jika sering-sering kesana?”
Yujin mengangguk-angguk
antusias. “Terus-terus?”
Snack Hana habis, ia langsung
menyambar beberapa ‘dumpling’ milik Yujin yang belum tersentuh. “Kau tahu kan
tempat kita kemarin bertemu? Itu adalah cafe milik keluarga Onew. Setiap week
end SHINee selalu tampil disana. Terkadang juga ada special stage para member
seperti kemarin.” Hana berfikir sejenak kemudian melanjutkan ceritanya.
“Setahuku Jonghyun sering sekali tampil sendirian di cafe itu. Terkadang juga dibeberapa
cafe lain. Bisa dibilang Jonghyun adalah salah satu member yang paling populer
diantara yang lain.”
“Jeongmal?”
Hana meng-iya-kan. “Ah... aku
jadi teringat penampilan Minho kemarin. Dia sangat cool! Aku tidak menyangka
ternyata Minho bisa nge-rapp bersama Key. Ah itu benar-benar...”
Lanjutan kalimat Hana seperti
lenyap dalam pikiran Yujin. Ia sibuk memikirkan ‘pertemuannya’ bersama Jonghyun
yang jauh dari apa yang ia bayangkan kemarin. Hanya dengan melihat Jonghyun
bermain gitar akustik sambil bernyanyi saja Yujin bisa langsung merasakan
kekaguman yang selama ini Hana curahkan pada Minho. Begitu besar dan mendalam.
Mewujudkan mimpi dalam kehidupan
nyata, apa ada yang seperti itu? Jangankan orang lain, Yujin saja tidak bisa
mempercayai apa yang baru saja dilihatnya. Tapi ketika semua tiba-tiba datang
tepat dihadapan Yujin, bagaimana ia bisa menolaknya? Meskipun sulit, atau
cepat, ataupun lambat, Yujin akan berusaha semampunya. Berusaha untuk mencari
tahu kenapa sosok Jonghyun bisa selalu hadir dalam mimpinya bahkan disaat
mereka berdua sama sekali belum bertemu. Dan untuk sekarang, yang bisa Yujin
lakukan hanya mencari namja itu dan menemukan jawabannya.
“Tapi Yujin,” Panggil Hana membuyarkan lamunan Yujin. “Kemarin kau bilang
sendiri tidak mau menemaniku menonton SHINee tampil. Kenapa kau tiba-tiba
muncul disana?” ekspresi Hana berubah curiga.
“Itu...”
“Kenapa juga kau sekarang jadi
bertanya-tanya soal Jonghyun? Apa kau menyukainya?”
“A-ani, bukan begitu Hana.
Aku...”
“Apapun alasannya, kusarankan
kau jangan menyukainya Yujin.” Ekspresi Hana berubah.
“Waeyo?”
“Jonghyun itu hidupnya tidak
jelas. Dia tipe lelaki yang bebas melakukan apapun semau dia...” Hana
menyipitkan matanya, mendekati wajah Yujin untuk memberikan kesan lebih serius.
“Termasuk bermain-main dengan yeoja.”
***
Suasana kampus Yujin terlihat semakin
ramai ketika matahari tepat di ubun-ubun. Beberapa mahasiswa tampak berlarian
di koridor kampus untuk mengejar waktu, sebagian lagi justru memilih duduk ditepian
koridor sembari ngobrol. Hari yang sangat panas seperti sekarang tampaknya tak
sedikitpun meredupkan niat mereka untuk tetap menghadiri kuliah.
Tepat di sebuah gazebo bercat hijau yang terletak di belakang fakultas
Ekonomi, Yujin tampak asik berkutat dengan laptopnya. Kedua mata yeoja itu
menyipit, membaca setiap baris dari kata-kata yang berjejer didalam LCDnya.
Sesekali ia tersentak kaget, sesekali pula mengerutkan dahi tidak percaya.
Profil Member SHINee. Judul
sebuah postingan dalam blog fansclub SHINee sejak tadi menyita perhatian Yujin.
Berbagai informasi mulai dari tanggal lahir, hobi sampai fakta-fakta mengenai
member band itu tertera dengan jelas disana. Sedikit demi sedikit bisa membuat
Yujin membayangkan bagaimana karakter mereka berlima sebenarnya.
Tapi tentu saja profil Jonghyun
yang paling membuat Yujin kaget. Semuanya nyaris sama dengan yang Hana katakan.
Ah tidak, tapi 100% sama. Ia bisa menemukan kata badboy, playboy, free boy dan
kata-kata boy(?) lainnya. Yujin hanya berfikir, bagaimana bisa fansclub ini
mengetahui semua tentang mereka? Dalam hati Yujin berbisik, dia tidak akan
sedikitpun mempercayainya sebelum ia menemukan semua itu dengan mata kepalanya
sendiri.
“Permisi...”
Sebuah suara dari belakang
punggung Yujin terdengar lirih. Saking konsentrasinya melihat beberapa foto
perform member SHINee, Yujin sampai tidak sadar jika orang itu tengah berbicara
padanya.
“Agashi...” orang itu memanggil
Yujin sekali lagi. Kali ini Yujin menghentikan jemari tangannya di mouse pad karena
merasa mendengar sesuatu.
Saat itulah sebuah tangan
memegang pundak Yujin. Tiba-tiba ia merasa seperti didalam film horor
bersetting rumah sepi dengan sosok hantu yang tengah menyentuhnya dari
belakang.
“AAAAKKK!” Yujin terlonjak
kaget. Teriakan refleknya tidak terlalu keras, namun terdengar jauh lebih fals
dibandingkan dengan peserta KPOP STAR Season 3 yang gagal audisi.
“Maaf kami mengejutkanmu.”
Seorang namja bermata bulat tampak tidak enak karena membuat Yujin menunjukkan
reaksi berlebihan. Dia melempar tatapan pada seorang namja lain yang berdiri
disebelahnya seolah berkata, ‘Apa yang baru saja kau lakukan?’
Namja berambut pirang itu hanya
mengangkat bahunya cuek.
“SHI....Nee?” selorohan lirih
dari Yujin kompak mengalihkan tatapan mereka berdua.
“Ne?”
Yujin tidak menjawab, hanya mulutnya
yang setengah menganga dan telunjuknya yang terangkat menunjuk ke arah namja
yang berdiri lebih dekat dengannya. Antara tidak percaya, kaget, malu, terkesima,
terpesona dan... mereka seperti baru saja keluar dari layar laptop.
Layar laptop?
“PLAK!” Yujin menutup layar
laptopnya keras sebelum mereka berdua tahu apa yang baru saja ia temukan
disana.
“Ada apa?” tanya yeoja itu
dengan nada yang berbeda, sambil sedikit membetulkan poninya yang berantakan.
Berharap dengan begitu member SHINee didepannya ini bisa melupakan kejadian
yang terjadi beberapa detik lalu meski itu tidak mungkin.
Choi Minho. Namja yang sangat
sopan, pandai memperlakukan wanita, selalu memberikan perhatian pada siapa
saja, game mania, perfeksionis, kompetitif dan tampan. Eh, tampan? But yah,
setidaknya ada tulisan dalam artikel itu yang sejauh ini benar Yujin temukan.
Kim Kibum. Lebih suka dipanggil Key,
fashionable, sophaholic, cerewet, paling sering update status dan selalu menunjukkan
wajah jutek. Fakta terakhir bisa Yujin pastikan kalau itu sangaaaaaaat benar.
“Maaf mengganggu, apa kau tahu
dimana ruang dosen fakultas ini?”
Fakta lain dari Minho sekali
lagi terkuak. Nada bicaranya rendah dan pelan, terdengar begitu sopan dengan
suara bass nya.
“Oh...” Yujin berfikir sejenak.
Karena mereka sekarang sedang ada di gazebo belakang fakultas Ekonomi (yang bersebelahan
dengan fakultas Teknik) otomatis ini adalah area terjauh dari ruang dosen.
Untuk menuju kesana, mereka berdua harus berjalan lurus ke selatan, belok kiri,
kemudian belok kiri lagi, naik tangga menuju lantai 2, lurus, kekanan sedikit
baru bisa sampai ke ruang dosen. Eh tapi itu kan ruang dosen jurusan Yujin.
Dosen jurusan apa yang mereka cari?
“Kalian mencari ruang dosen
jurusan apa? Ruang dosen disini berbeda masing-masing jurusan.”
Minho dan Key lagi-lagi saling
bertatapan.
“Itu... sebenarnya kami mencari
dosen dari fakultas teknik. Dia bilang dia sekarang sedang ada di ruang dosen
fakultas ekonomi.”
“Sebentar...”
Yujin mengemasi barang-barangnya
kemudian menenteng tas ranselnya, membuat alis Minho berkerut tidak mengerti.
“Biar kuantarkan.” Lanjut yeoja
itu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju sebuah lorong yang Minho
dan Key hanya sanggup mengikutinya dari belakang.
Pertama-tama Yujin memasuki
ruangan dengan pintu ber cat abu-abu yang didepannya terpasang plakat ruang TU.
Yujin berfikir kalau-kalau saja petugas TU tahu jadwal dosen luar yang mengajar
difakultas ekonomi. Setelah membuka beberapa lembar kertas, ternyata dosen
Minho tidak memiliki jadwal mengajar disana. Lagipula dosen Minho jelas-jelas dari
fakultas tehnik, kuliah apa yang ia bisa berikan di fakultas ekonomi? Dasar
Yujin pabo.
Pencarian diteruskan ke ruang
transit dosen. Masih saja tidak ada. Kemudian ke perpustakaan, tentu saja juga
tak ada disana. Berulang kali mereka naik turun tangga untuk mencari dosen yang
Minho maksud, sampai-sampai bahu Yujin terasa pegal karena harus membawa tas
berisi laptop yang berat. Belum lagi sejak tadi ada beberapa mahasiswa yang
menghentikan langkah mereka untuk meminta foto. Sedangkan Key sudah sejak 10
menit lalu mengeluh, tapi Minho tetap saja pada pendiriannya. Bahwa ia harus
menemukan dosen itu sekarang juga.
“Apakah kita perlu mengecek
semua ruang dosen?” tanya Yujin memberikan pilihan.
“Biar aku saja yang
melakukannya. Kau bisa menunjukkan dimana ruang dosen itu berada.” Minho tidak
ingin membuat Yujin semakin kerepotan karenanya.
“Aigoo Minho-ya, apa kita harus
mengumpulkan papernya sekarang? Tidak bisakah kau menelpon Mr. Cho dan
mengatakan kalau kita akan mengumpulkannya besok saja?”
“Tentu saja tidak bisa Key. Kau
tahu kan ini semua paper milik anak satu kelas?”
Bibir Key manyun, “Sudah sejak
awal aku menduga, kalau kau jadi ketua kelas pasti aku juga akan kerepotan.”
Yujin hanya bisa mematung
melihat percakapan mereka berdua. Beberapa detik ia terdiam, tiba-tiba seorang
ahjumma paruh baya menyapanya.
“Oh Yujin, kenapa kau belum
pulang?”
Yujin terkesiap, rupanya dosen
pembimbing akademiknya. “Ah ini... saya...” ia bingung harus berkata apa.
“Eung, Mrs Lee... Apa Mrs Lee mengenal Mr Cho seorang dosen dari fakultas
Teknik?”
Omelan Key terhenti, keduanya
jadi antusias dengan pertanyaan yang Yujin lontarkan.
“Mr Cho yang memiliki badan
sedikit gendut dan pendek?”
“Ne. Ne itu benar.” Jawab Minho
cepat.
“Ah, tadi baru saja dia
menemuiku untuk membicarakan seminar universitas besok. Sekarang mungkin dia
sedang menuju ke tempat parkir.”
“Dimana tempat parkir? Dimana
tempat parkir?” Key bertanya tidak sabar. Sedangkan Yujin langsung membungkuk
sambil mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya melesat memimpin Key dan Minho
menemukan lapangan parkir fakultasnya.
“Ah mobil hitam itu!”
Sepuluh menit kemudian mereka
bertiga tampak begitu lega ketika pesanan datang diatas meja kantin.
Benar-benar pencarian yang melelahkan, tapi setidaknya setumpuk paper milik
teman sekelas Minho sampai di tangan Mr Cho dengan selamat.
“Gomawo kau sudah banyak
membantu. Mian kami sudah merepotkanmu.”
Yujin mengangguk. Ia tersenyum
sekilas lalu menyeruput jus jeruk kuat-kuat. Bukan karena ia sangat haus,
melainkan Yujin gugup karena sejak tadi puluhan pasang mata sedang memperhatian
mereka bertiga. Baru pertamakalinya member SHINee makan siang di fakultas
ekonomi, dan itu bersama Yujin. Yujin tidak bisa membayangkan apa yang terjadi
jika Hana ada disini sekarang.
“Whoa jajangmyun disini enak
sekali. Jauh dengan yang ada di kantin fakultas kitaa!!” Key menatap Minho
girang, seolah-olah baru saja memakan hidangan khas hotel berbintang lima
dengan harga tujuh ribu won.
“Ah iya, siapa namamu?” tanya
Minho tidak memperdulikan.
Yujin terkesiap. “Aku...? Yujin.
Kalian?” Sudah jelas-jelas Yujin tahu kalau orang yang duduk diseberang mejanya
ini adalah Minho dan Key. Tapi ia justru bertanya dengan wajah yang tampak
bodoh.
“Aku Minho, dan dia Key. Kami
dari fakultas teknik.”
Berusaha untuk tampak natural,
Yujin mengangguk-angguk tanda mengerti.
“Tapi apa kau ketua mahasiswa
disini?” tanya Key tiba-tiba.
“Ne?”
“Hampir semua pertugas di
ruangan yang kita datangi tadi mengenalmu. Mulai dari petugas perpustakaan
sampai dosen. Sepertinya kau cukup memiliki citra yang baik.”
Minho menyenggol lengan Key
karena bertanya yang tidak-tidak. Disusul senyumannya yang sedikit canggung.
“Senang bisa bertemu denganmu
Yujin.” Lanjut Minho. “Ah kau bisa memesan yang lain jika kau mau, biar aku
yang traktir.” Senyuman canggung itu berubah menjadi senyuman tulus.
Kini Yujin mengetahui benar alasan
kenapa Hana dan ribuan fans lainnya bisa sangat tergila-gila dengan namja yang
tersenyum padanya ini. Karena bahkan meski Yujin bukan ice cream, entah kenapa
ia merasa tubuhnya benar-benar meleleh hanya dengan melihat senyuman itu
sekarang.
Tapi tetap saja, ini Minho,
bukan Jonghyun. Yujin memiliki perasaan yang berbeda terhadap keduanya.
***
Season Cafe, tempat dimana Yujin pertama kalinya melihat Jonghyun secara
langsung beberapa hari lalu. Cafe sederhana bernuansa coklat ini mengusung tema
4 musim dengan menu yang disesuaikan musim-musim tersebut. Dekorasinya pun
cukup unik. Ada zona bernama summer yang ditunjukkan untuk para perokok atau
‘smoking area’, zona autumn yang tenang dan banyak dikunjungi karyawan untuk
melakukan ‘meeting’, zona winter yang penuh dengan anak sekolah karena banyak
jenis ice cream yang terkenal enak disana, dan zona spring yang terletak di dekat
pintu masuk. Dalam zona spring terdapat sebuah panggung kecil tempat
mempertunjukkan live band. Keempat ruang tersebut diberi sekat
gantungan-gantungan dari kristal bertemakan empat musim.
Hari ini kebetulan Yujin hanya memiliki satu jadwal mata kuliah. Ia
berencana untuk mengurangi rasa penasarannya dengan datang ke tempat ini. Yujin
tidak bisa jika hanya mencari tahu kapan lagi SHINee tampil dan pergi
menontonnya bersama Hana. Yujin tak sanggup menunggu selama itu. Berbekal info
dari fansclub dan Hana, akhirnya hari ini Yujin memutuskan untuk mendatangi
cafe milik Onew yang merupakan tempat Jonghyun memberikan penampilan solonya di
hari-hari tertentu.
Yujin duduk di tengah-tengah
zona spring sambil meminum segelas soft drink. Tidak henti-hentinya ia berfikir
betapa kaya-nya keluarga Onew sehingga bisa membangun cafe yang unik seperti
ini. Selama Yujin kemari (setelah beberapa hari lalu dan juga sekarang), cafe
ini tidak pernah sepi pengunjung. Letaknya pun sangat strategis di ujung jalan
gangnam. Jika saja keluarga Yujin memiliki usaha seperti keluarga Onew, sudah
pasti uang jajan Yujin tidak hanya limabelas ribu won setiap harinya. Tapi
Yujin harus merasa puas dengan Ayahnya yang hanya bekerja sebagai karyawan di
sebuah perusahaan serta ibunya yang seorang ibu rumah tangga. Setiap orang bisa
bahagia dengan caranya masing-masing bukan?
Jam dinding berbentuk bunga
sederhana menujukkan pukul 4 sore, berarti sudah tepat 2 jam Yujin menunggu di
tempat ini. Meski sedikit melelahkan tapi ia bertekad untuk bertemu dengan
Jonghyun hari ini juga.
Pukul 5 sore. Yujin memesan
sepotong cheese cake karena perutnya sedikit meronta sejak pagi tadi belum
diisi. Yeoja itu memang bukan tipe orang yang selalu makan dengan teratur. Ia hanya
bisa makan dengan beberapa syarat : Kalau sedang menganggur, kalau dengan lauk
sesuai selera, kalau ada uang, dan kalau sudah sangat sangat sangat lapar.
Pukul 6 petang. Sebuah sms
masuk, umma bertanya kenapa Yujin belum pulang dan dimana ia sekarang. Terpaksa
Yujin bilang ia masih harus menunggu seseorang meski ia tahu ummanya tidak akan
menerima alasan yang masih sangat ‘abstrak’ ini. Sayangnya Yujin paling tidak
bisa berbohong dengan ummanya dalam keadaan apapun.
Pukul 7 malam. Suasana cafe jadi
dua kali lipat lebih ramai dari biasanya karena memasuki jam makan malam. Yujin
mencoba bertahan untuk tidak memesan yang macam-macam lagi karena uangnya
tinggal beberapa lembar sekarang.
Pukul 8 malam. Yujin mulai
bosan. Penampilan band yang mengisi hiburan di cafe itu tidak ada bedanya
dengan penyanyi trot 70’an di mata Yujin. Ia bahkan tidak tahu sejak kapan ia
berfikir kalau penampilan member SHINee (yang baru satu kali ia lihat) jauh
lebih mengagumkan dari band-band itu.
Yujin tertawa kecil. Sejak kapan
ia menjadi fans dadakan seperti ini?
Saat itulah orang yang sejak
tadi Yujin tunggu akhirnya menampakkan batang hidungnya. Dengan sebuah kaos
tipis berwarna putih dipadukan blazer hitam dan celana jeans, kehadiran
Jonghyun diatas panggung sudah cukup membuat semua fangirl yang ada disana
berteriak histeris. Kedua bola mata Yujin melebar. Masih sangat tidak percaya
kalau sosok yang berdiri diatas panggung itu adalah sosok yang selama ini ada
dalam mimpinya.
Jonghyun sempat membungkuk
sebelum duduk diatas kursi sambil memangku gitarnya. “Selamat malam, Saya
Jonghyun...”
Teriakan riuh terdengar di sudut
ruangan. Seorang yeoja berseragam SMP sibuk mengambil foto sementara sebelah
tangannya melambai dengan random(?).
“Lagu yang akan saya bawakan
setelah ini adalah salah satu lagu favorite saya, Nothing Better...”
Ruangan seketika kembali ramai.
Tapi kemudian seperti terhipnotis tiba-tiba, semuanya hilang sekejap tepat
disaat suara petikan gitar jonghyun terdengar.
Yujin menghela nafasnya
singkat-singkat. Jantungnya terasa seperti meledak. Meski bibirnya terbuka
namun suara yang ingin ia teriakkan terhenti di tenggorokan. Membuat nafasnya
sedikit sesak, namun perasaannya justru kian membuncah.
Sesekali Jonghyun bernyanyi
dengan menutup matanya menikmati alunan lagu, sesekali pula ia tersenyum dengan
lembut. Membuat semua penonton seketika melupakan setiap potong rasa makanan
yang beberapa detik lalu menyentuh lidah mereka. Yang tersisa hanya satu rasa, kekaguman
akan sosok yang memberikan pesona hanya dengan menyampaikan suara indahnya ini.
Semua yang Yujin temukan
sekarang tentu saja jauh berbeda dengan apa yang Hana katakan dan ia baca di
fanblog sebelumnya. Tidak mungkin jika Jonghyun orang yang tega mempermainkan
hati yeoja. Tidak mungkin juga ia badboy. Ya, semua itu tidak mungkin. Yujin
tidak bisa membayangkan namja dengan tatapan lembut ini melakukannya.
Karena sibuk terhenyak dan
berfikir, Yujin sampai tidak sadar jika Jonghyun sudah menyelesaikan
penampilannya. Namja itu berdiri, kembali membungkuk kemudian berjalan menuruni
panggung sambil terus menampakkan wajah hangatnya.
Beberapa detik setelah namja itu
menghilang barulah Yujin teringat akan tujuannya datang kemari. Buru-buru ia
beranjak dari meja menuju backstage dengan plakat “Staff Only” dibagian
depannya. Yujin nekat mencoba membuka pintu, tapi justru seseorang telah
membukanya lebih dulu dari dalam. Seorang namja berkacamata bulat dengan senyum
gigi kelinci. Meski kacamatanya begitu mirip dengan harry potter, namun mata
sipit namja itu tidak bisa disamakan.
Dia tidak berkata apapun, hanya menatap
Yujin sambil menunjuk kata “Staff Only” tanda Yujin tidak boleh masuk.
“A-aku ingin menemui seseorang.”
Yujin berujar lirih menatap seseorang yang ia tahu kalau itu Onew.
Onew mengerutkan dahinya, “Nugu?”
“Eng.. itu... Jonghyun.” Jawab Yujin
takut kalau-kalau Onew bertanya yang macam-macam.
Namja itu mengangguk, selanjutnya
justru memasukkan kepalanya dibalik daun pintu yang masih setengah tertutup.
Saat kembali menghadap Yujin, Ia tersenyum. “Maaf kau kurang beruntung.”
Gantian
Yujin yang mengerutkan dahinya.
“Jonghyun sudah pergi.”
“Ne? Tapi bukannya tadi...” jari
telunjuk Yujin mengarah ke ruangan dibelakang Onew.
“Jonghyun itu seperti hantu. Kau
harus lebih cepat jika ingin bertemu dengannya.”
Bahu Yujin menurun. Meski ia tidak
bisa langsung mempercayainya, tetap saja tak ada yang bisa ia lakukan. Setelah
mengucapkan ‘Gamsahamnida’ dan membayar makanan di kasir, ia berjalan lambat
menuju pintu keluar. Tapi justru disanalah takdir lain Yujin tengah menunggu.
“J-jonghyun?” pekikan Yujin
terlalu pelan hingga namja yang berada 2 meter didepannya itu masih tampak
cuek. Jonghyun yang sudah berganti kostum dengan menggunakan jaket kulit
andalannya terlihat duduk diatas sebuah motor besar sambil menggenggam sebuah
ponsel.
“Jonghyun?” kali ini suara Yujin
lebih keras, ia juga telah berdiri lebih dekat. Tentu saja Jonghyun
mendengarnya, namun namja itu tetap mengarahkan pandangan ke layar ponselnya
untuk membalas beberapa pesan singkat.
“Jong...”
“JONGHYUN!!!” suara lain yang terdengar dari ujung trotoar menenggelamkan
panggilan Yujin. Saat Yujin menoleh, sosok yeoja dengan baju minim superketat
berlari ke arahnya. Yeoja berlipstik merah mencolok itu tampak sangat mengenali
Jonghyun, terbukti Jonghyun langsung merespon hanya dalam sekali panggilan.
Reflek Yujin mundur beberapa langkah.
“Kau sudah mau pulang?”
Jonghyun mengangguk, wajahnya masih datar.
“Kenapa cepat sekaliii...” yeoja itu mulai merengek. “Tidak bisakah kau
tinggal beberapa jam lagi? Aku akan menraktirmu beberapa minuman. Ya ya ya?”
lanjutnya menggoyang-goyangkan lengan Jonghyun.
Sudut bibir Jonghyun sedikit terangkat, wajah dinginnya melunak. “Gomawo
noona, tapi aku harus pergi sekarang.”
Noona? Yeoja ini lebih tua dari Jonghyun?
“Aigoo, nappeun namja!” ia menyentuh dagu Jonghyun pelan. “Geurae-geurae,
tapi besok kau harus datang ke bar-ku, ne? Noona butuh hiburan darimu,
Jonghyun-ah...”
Jonghyun mengangguk.
“Yaksok (janji)?”
“Ne, yaksok.”
“Kalau begitu, poppo?”
Yujin membelalakan matanya mendengar apa yang noona itu minta. Tapi yang
terjadi selanjutnya justru lebih mengejutkan. Dengan tatapan yang masih datar dan
gerakan cepat Jonghyun meraih tengkuk noona itu kemudian mendaratkan ciuman
kilat di bibirnya. Membuat wajah noona itu bersemu merah, terlihat merasa puas
dengan perlakuan Jonghyun terhadapnya.
Lutut Yujin benar-benar lemas. Tengkuknya menjadi kaku. Hanya dengan melihat
pertemuan singkat dua orang didepannya ini membuat Yujin sanggup mengambil
kesimpulan, bahwa ternyata apa yang Hana katakan benar. Dalam beberapa detik,
pandangan Yujin terhadap Jonghyun seketika berubah.
Tidak seperti yang Yujin bayangkan sebelumnya, sosok Jonghyun yang hangat,
yang pengertian, yang lembut dan romantis ternyata tidak bisa ia temukan dalam
sosok Jonghyun yang ini. Meski Yujin berusaha untuk mengabaikan pembicaraan
namja itu bersama noona didepannya, tetap saja tatapan Jonghyun tidak bisa berbohong.
Bukan tatapan teduh yang selalu ada dalam mimpinya, melainkan tatapan dingin
yang terlihat keras.
Apakah ini benar-benar terjadi? Bagaimana mungkin mereka berdua terlihat
begitu sama namun sekaligus berbeda?
Entah kenapa tiba-tiba hati Yujin terasa sakit. Ekspektasinya terlalu
tinggi, mimpinya terlalu indah untuk ia bawa ke dunia nyata. Ia sadar, sosok
sesempurna namja yang ada dalam mimpinya tidak mungkin ia temukan dimanapun.
Semakin besar Yujin berharap, semakin perih perasaan yang ia terima. Jika
kenyataannya seperti sekarang, kenapa mereka harus dipertemukan?
Yujin hanya sanggup terdiam. Tubuhnya berubah kaku sementara pikiran yeoja
itu campur aduk. Meski telah menunggu ber jam-jam, semuanya lenyap dalam sekejap.
Detik berikutnya Jonghyun menarik gas motornya menjauhi trotoar kemudian
hilang di ujung jalan. Bersamaan dengan hilangnya harapan Yujin yang seketika
pupus.
-To
Be Continue-
Woahhh si
Jonghyun aigooo, belum apa2 udah mainan poppo2 an aja. Mhehehe ._.
Sekarang udah tahu
kan bahwa sebenarnya walo si Yujin ketemu Jonghyun di dunia nyata, ternyata
Jonghyun 100% berbeda dengan yang ada dimimpinya. Nah kalo udah begini, apa
yang bakalan Yujin lakuin? Apa ceritanya udah mau selesai? Tentu saja engga
dong, justru konfliknya baru dimulai. Akan ada banyak takdir2 lain yang membuat
Yujin terikat pada Jonghyun walo dia ngga membayangkan itu akan terjadi. Takdir
apa aja? Lets see next chapter kapan-kapan (?) wkwkwk
Mian di part
ini si kecil taemin belum bisa nongol wkwk. Mungkin part2 awal bakalan fokus ke
pertemuan Yujin-Jonghyun. Ntar baru balik lagi ke bla bla bla. Mhehehe
Mian juga kalo
tidak seperti yang diharapkan. Gomawo buat yang masih mau bacaa. Annyeong~
*terjun(?) bungee jumping bareng jonghyun.
Kak icha...astaga...
ReplyDeleteIni kenapa jjong begini?;AA terus knp genrenya Angst? Kyaaaa suka suka suka>< part4 jgn lama2 sih kak, gak sabar tau xD
OMG !!!
ReplyDeleteKyaa !! Kenapa saeng bijin jong poppo-an !!! #Cembokur
Keren saeng....
bikin penasaran banget !!
Eon dari dulu selalu salut dg cara saeng mendeskrepsikan suatu tempat,eon berasa liat TV...hihi.. #LimajempolBuatSaeng
Par 4 nya cepetan ya ?
Di tunggu....
Part 4 nya cepetan yaa...
ReplyDeleteUdah engga sabar nii.. :D