Pages

Saturday, 18 August 2012

FF SHINee : Fuchsia [Part 10]


                Heiho readers! Lama sekali tidak mengusik kehidupan kalian (?)
                Maap baru bisa selesai hari ini, jujur susah banget ngembaliin mood nulis akhir2 ini. Bahkan sampe banyak yang nanyain dan ada yang salah satunya bilang, “Ga kerasa udah hampir sebulan ya eon ga ngepost FF lagi?” aigooo~ selama itukah?
                Mianheeee~ *bow bareng Minho, Onew, Key, Taemin, Jonghyun, seluruh artis SM, seluruh keluarga member SHINee, dan seluruh satpam hotel yang ada di Myeongdong. Oke jayus.
                Untuk mengembalikan sedikit ingatan part sebelumnya, ini dia cuplikannya~
  • ·        Onew tak menjawab pertanyaan Hyosun justru memekik ketika melihat Yeonju  yang tiba-tiba terhuyung kemudian abruk di lantai. Dengan cepat ia menghambur meraih tubuh yeoja itu dan meletakkan diatas pangkuannya.
  • ·        Tapi ketika giliran Yeonju yang sakit, Onew adalah orang pertama yang menemukannya. Dan bahkan sampai membentak Hyosun – kekasihnya sendiri – demi merawat Yeonju. Hyosun hanya tidak mengerti kenapa ia merasa Onew begitu mengistimewakan keberadaan Yeonju?
  • ·        . Ada satu pertimbangan yang membuat Yeonju berfikir masalah kali ini cukup serius. Yaitu keputusan Hyosun untuk pergi darinya. Karena setiap Hyosun memiliki masalah, selalu Yeonju yang menjadi tempat peraduannya. Dan kini Hyosun tidak melakukan itu, membuat Yeonju yakin bahwa ia menjadi bagian dari masalah ini sekarang.
  • ·        ‘Sebenarnya kau ada dimana Hyosun? Tidak biasanya kau seperti ini...’ Yeonju mendesah sambil menatap riak-riak air yang berkilauan terkena sinar matahari senja. Hatinya tidak mungkin bisa tenang sampai ia sanggup menemukan keberadaan sahabat yang paling disayanginya itu.
  • ·        Langkah Yeonju berhenti beberapa meter didepan cafe itu, mencoba mengamati sosok yang tidak pernah hilang dari tatapannya sejak tadi. Sosok itu tampak baik-baik saja, bahkan kini tengah tertawa lebar bersama seseorang yang duduk diseberang meja.
  • ·        Tubuhnya semakin terasa kaku ketika tatapan mereka bertiga bertemu tanpa sengaja. Antara Yeonju, Hyosun... dan Minho.
  • ·        Tenggorokan Yeonju tercekat. Ia berteriak dalam hati menyadari tidak seharusnya momen ini terjadi. Dengan cepat pandangannya sanggup menangkap ekspresi Minho yang berubah drastis.


  

 Tittle                     : Fuchsia [Part 10]
Author                 : Ichaa Ichez Lockets
Genre                   : Friendship, Romance, Angst.
Rating                  : T
Cast                      : Lee Yeonju, Kim Hyosun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho.
Length                 : Chapter
Desclaimer         : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                Yeonju dan Onew serta Minho dan Hyosun, kini kedua pasangan itu tengah berhadapan dalam sebuah ketegangan.
Rahang Minho seketika mengeras menatap Onew dan Yeonju bergantian. Rasa iba yang semula dilihatnya dari Yeonju berubah tepat disaat sosok yang paling ia benci tiba-tiba muncul disamping yeoja itu. Entah hubungan apa yang terjadi diantara mereka berdua, Minho tidak terlalu memperdulikannya.
Atmosfir semakin terasa membeku ketika tatapan-curiga itu terus menerus menyelidik, mencari tahu apa yang sebelumnya terjadi hingga moment ini bisa sangat kebetulan seperti sekarang.
Yeonju lah yang pertama melangkah. Yeoja itu bermaksud menjelaskan kejadian yang sejak tadi menjadi pertanyaan besar di benak Hyosun serta Minho. Namun Minho lebih dulu memeluk Hyosun dari samping kemudian berbalik arah dan berjalan tanpa menoleh sedikitpun.
Saat itu juga hati Yeonju mendadak terasa sakit. Ia kecewa dengan dirinya sendiri karena baru saja membiarkan orang yang disayanginya perlahan pergi, membuang kepercayaan yang sebelumnya susah payah Yeonju bangun. Haruskah sekarang ia berlari sekali lagi menerobos hujan dan meminta mereka berdua mendengarkan semua penjelasan darinya? Atau justru membiarkan semua ini berlalu begitu saja?
“Biarkan mereka pergi...”
Yeonju menoleh mencari sumber suara itu.
“...kurasa sekarang bukan saat yang tepat untuk menjelaskannya.” Ucap Onew kemudian menangkap ekspresi Yeonju yang penuh tanda tanya. “Aku mengerti kau pasti sedang membayangkan bagaimana perasaan Hyosun ketika menemukan kita berdua berdiri seperti sekarang Yeonju. Percayalah, Hyosun hanya butuh waktu untuk sedikit lebih dewasa. Dan dengan kejadian hari ini kuharap dia bisa melakukannya...”
Tak ada jawaban. Yeonju masih tertunduk sampai ia merasakan kehangatan menyelimuti tubuhnya yang basah. Rupanya Onew memakaian jaket abu-abunya pada Yeonju agar yeoja itu tidak kedinginan.
“Kau tidak perlu khawatir. Aku berjanji akan membuat Hyosun kembali percaya padamu.” Ucap namja bersuara berat itu sambil tersenyum. Yeonju pun membalas senyum itu meski sulit.
“Tapi... apakah kau tahu siapa namja yang berdiri disamping Hyosun tadi?”
Deg! Pertanyaan Onew tentu saja membuat Yeonju terkesiap. Yeonju pikir Onew dan Minho saling kenal, tapi bahkan ternyata Onew sama sekali belum mengetahui siapa Minho.
“Oppa... tidak mengenalinya?”
Onew menggeleng.
Ekspresi polos Onew hampir saja membuat Yeonju mengulang pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya. Ini seperti tidak mungkin terjadi, apakah Onew Oppa memang belum pernah mendengar siapa mahasiswa jurusan Fotografi yang dulu membuat onar didepan rektorat? Jelas-jelas Minho mengetahui keberadaan Onew, tapi aneh sekali jika Onew bahkan belum pernah bertemu secara langsung.
“Yeonju? Apa kau mengenalnya?” tanya Onew membuyarkan lamunan Yeonju.
“Oh... Dia... Minho Oppa. Sunbaenimku dikampus.” Jawab Yeonju gelagapan. “Hyosun mengenalinya ketika aku dan Hyosun tanpa sengaja bertemu namja itu di toko buku.” Jelasnya tak ingin membuat Onew salah faham.
Onew mengangguk-angguk kemudian tersenyum tipis. “Kalau begitu sebaiknya sekarang kau kuantarkan pulang, aku tidak ingin kau sakit lagi.”
Mereka berdua lantas berjalan menuju mobil Onew yang terpakir tidak jauh dari sana. Yeonju hanya tidak tahu, bahwa Onew sedang berusaha keras menyembunyikan keterkejutan akan apa yang terjadi hari ini. Ia begitu mengkhawatirkan perasaan Hyosun jauh berlipat-lipat dari yang Yeonju rasakan. Betapa sangat kecewa namja itu justru menemukan Hyosun sedang berada disisi namja lain ketika mereka sedang ada masalah.
Onew merasa dirinya gagal menjaga perasaan Hyosun. Dan kini terpaksa membiarkan yeoja yang dicintainya pergi bersama namja lain karena ia tahu jika ia mengejarnya justru membuat masalah semakin rumit. Pada akhirnya Onew memilih untuk menyimpan perasaannya dalam-dalam, menunggu saat yang tepat untuk menjelaskan semuanya.
***
Sepulang kuliah Yeonju bergegas mencari sosok namja yang sejak tadi malam menyita perhatiannya. Tentu saja Yeonju tidak sanggup membiarkan masalah ini berlalu begitu saja tanpa adanya pertanggungjawaban. Sebelum menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Hyosun, Yeonju lebih memilih untuk menjelaskan semua ini pada Minho terlebih dahulu. Yeonju percaya, bahwa Onew tidak akan lupa pada janjinya tadi malam.
Yeonju mencoba berjalan tenang melewati satu demi satu anak tangga menuju tempat ‘persembunyian’ Minho. Entahlah... tidak seperti biasanya kini jantung Yeonju terasa sangat lelah berdegup dengan cepat, menunggu eksekusi dari permasalahan yang Yeonju sendiri tak sanggup menebak bagaimana akhirnya.
Ketika tiba di anak tangga yang paling atas, langkah Yeonju terhenti. Sepersekian detik yeoja itu sempat menangkap kedua mata minho yang melihat ke arahnya, tapi belum sempat Yeonju memanggil nama namja itu, Minho lebih cepat membuang muka ke arah lain. Terasa sekali namja yang berdiri di pinggiran balkon ini sedang tidak ingin bertemu. Bahkan disaat Yeonju mencoba mendekat, Minho justru berbalik masuk kedalam ruangan dibelakangnya.
Nyali Yeonju langsung menciut. Meski ia sudah menduga hal ini akan terjadi, namun disaat benar-benar mengalaminya jauh lebih menyakitkan dari apa yang Yeonju bayangkan.
Yeoja itu sempat menunduk memandangi ujung sepatunya sampai sebuah suara membuatnya terkesiap.
“Kenapa masih berdiri disitu?” Tanya Minho di ambang pintu. “Kau datang kemari untuk bertemu denganku bukan?”
Yeonju mematung menatap wajah Minho tidak percaya. Sikap dingin yang tadi sempat ia lihat menguap dalam hitungan detik. Dalam hitungan detik pula Yonju bisa menemukan kembali sosok Minho yang ia kenal sebelumnya.
Cepat-cepat Yeonju berjalan mendekat sebelum Minho berubah pikiran.
“Duduklah.” Minho menggeser sebuah kursi kemudian ia duduk didepannya. “Wajahmu tidak perlu tegang seperti itu Yeonju, aku bukan dosen yang ingin menguji skripsimu.” Lanjutnya setengah bercanda, namun ekspresi Yeonju tidak berubah.
“Eung... aku kira sunbaenim akan...”
“Marah?” tebak Minho tepat sasaran. “Kau pikir aku harus marah dengan cara bersembunyi darimu atau bahkan memakimu dengan suara keras seperti yang anak kecil lakukan? Bukankah itu justru terlihat lucu...?”
Yeonju menyembunyikan wajahnya karena malu. Semua yang Minho katakan sama persis seperti yang ada dalam pikiran yeoja itu sebelumnya.
“Aku tidak marah. Aku hanya kecewa padamu Yeonju.” Papar Minho mulai serius. “Sekarang semuanya tergantung dari penjelasanmu. Apa kau ingin menyampaikan sesuatu?”
Yeonju tidak langsung menjawab, justru mengangkat wajahnya pelan terlebih dahulu, “Maaf aku tidak memberi tahu sunbaenim tentang hubungan Hyosun dan...”
“Soal itu Hyosun sudah menceritakannya padaku.” Potong Minho.
“Ne?”
“Setelah kita bertemu didepan cafe, Hyosun sempat menceritakan hubungannya dengan namja yang datang bersamamu.” Lanjutnya. “Aku juga tidak tahu kenapa dunia ini bisa begitu sempit huh? Bahkan orang yang selama ini paling kuhindari justru memiliki hubungan dengan orang-orang terdekatku...”
Tak ada kalimat yang keluar dari bibir Yeonju, yeoja itu jadi serba salah. Ada begitu banyak kata yang sebelumnya ia susun dengan rapi, tapi kini bahkan tak satupun dari kata itu yang sanggup terlintas dalam pikirannya. Seluruh isi tubuh Yeonju seakan membeku.
“Lalu... kau dan Jinki?” Minho melemparkan tatapan dengan sorot ingin tahu.
“Aku, Hyosun dan Onew Oppa dulu satu sekolah. Kebetulan Onew Oppa adalah kakak kelas kami berdua.” Jelas Yeonju hati-hati. “Lalu setelah kami duduk di bangku kelas 3, Onew Oppa mulai menjalin hubungan dengan Hyosun.”
Minho terdiam sambil berfikir, “Berada di posisimu sekarang sepertinya memang sulit. Antara aku atau Jinki. Dan antara Jinki atau Hyosun. Banyak perasaan yang harus kau jaga sampai kau harus menutupi keberadaan Jinki dariku. Bukan begitu?”
Lagi-lagi Yeonju hanya sanggup menunduk.
“...Tapi bagaimana dengan yang terjadi kemarin? Hyosun bilang ada sesuatu yang terjadi antara kau dan Jinki.”
“Ani!” jawab Yeonju cepat. “Hyosun marah karena Onew Oppa menjagaku... ah tidak, tapi Hyosun marah karena ia bersikeras untuk menjagaku dan Onew Oppa melarangnya... Oh atau mungkin Hyosun menganggap Onew Oppa lebih mementingkanku daripada dirinya? Tapi bukan begitu maksud Onew Oppa sebenarnya...”
“Sudah kuduga ini kesalahpahaman.” Minho membuka tutup soda kemudian menegak isinya.
“Antara aku dan Onew Oppa tidak terjadi apapun, sungguh. Aku bisa sering bertemu dengannya itupun karena Hyosun, sunbaenim.”
Minho terdiam kemudian menatap Yeonju dalam-dalam, mencoba menangkap keseriusan dari kata-kata yeoja itu.
“Itulah mengapa aku ingin mendengarkan penjelasanmu sebelum menerka yang tidak-tidak.” Ucap Minho kemudian menerawang jauh. “Aku hanya tidak habis pikir, kenapa Hyosun harus memilih namja seperti Jinki. Bahkan untuk berfikir sederhana seperti Hyosun saja ia tidak sanggup.”
Yeoja mana yang tidak cemburu jika melihat namjachingunya lebih memberikan perhatian pada yeoja lain. Apalagi yeoja lain itu adalah sahabatnya sendiri. Minho pikir, Onew terkadang masih perlu belajar memandang sesuatu dari sisi sederhana Hyosun.
“Lalu apakah kau sudah mencoba minta maaf pada Hyosun?” tanya Minho lagi.
“Aku akan menemuinya nanti setelah ini.” Yeonju terdiam sejenak kemudian ragu-ragu bertanya, “Tapi apakah Sunbaenim sudah memaafkanku?”
Kali ini Minho tak sanggup menahan geli mendengar kata-kata Yeonju. “Kau sudah menjelaskan apa yang kuminta jadi tidak perlu bertanya lagi seperti itu Yeonju. Tentu saja aku memaafkanmu.” Namja itu mengusap puncak kepala Yeonju, membuat pipi Yeonju seketika merona merah.
Belum pernah sebelumnya Yeonju menemukan seseorang seperti namja yang ada didepannya ini. Bahkan bukan hanya senyumnya yang cerah seperti malaikat, namun juga hatinya. Setidaknya itulah yang sanggup Yeonju temukan sekarang.
***
Satu masalah sudah terselesaikan, masih ada masalah lain yang menunggu.
Yeonju bergegas pergi kerumah Hyosun tepat sebelum hari berubah gelap. Yeoja itu sudah menenteng beberapa bungkus berisi jajangmyeon dan sebuah boneka babi kesukaan Hyosun. Yeonju harap beberapa barang bawaannya ini bisa membantu ‘misi’ nya nanti.
“Ting Tong...”
 “Annyeonghaseo ahjumma, apa Hyosun ada?” tanya Yeonju sesaat setelah ahjumma yang bekerja di rumah Hyosun membukakan pintu.
“Kebetulan nona sedang tidak ada dirumah, tuan dan nyonya juga pergi.” Ucap ahjumma itu dengan sopan. “Apa ada yang ingin nona Yeonju sampaikan? Atau nona ingin menunggu didalam?”
“Oh...” Hampir saja Yeonju menolak keduanya, tapi yeoja itu tidak ingin membuang hari ini begitu saja. Akhirnya ia memutuskan untuk menunggu Hyosun di sebuah ruangan yang terletak di lantai dua.
Ruangan yang memiliki dekorasi seperti kamar barbie-serba-pink ini adalah kamar Hyosun. Yeonju memilih duduk di tempat tidur lengkap dengan kelambu yang terletak tepat disamping rak berisi semua benda berharga Hyosun. Mulai dari semua koleksi super junior, boneka-boneka babi berwarna pink, sampai beberapa foto Hyosun bersama Yeonju dan tentu saja Onew. Sambil menunggu, perhatian Yeonju tersita dengan beberapa foto yang sengaja Hyosun gantungkan berderet di dinding. Semua foto-foto itu adalah hasil jepretan Yeonju. Sebagian besar dari kamera polaroid, dan sebagian lagi dari kamera yang merupakan hadiah ulang tahun Yeonju ke 18 kemarin. Setiap momen yang terekam didalamnya merupakan momen yang tidak ingin Hyosun lupakan.
Yeonju meletakkan beberapa barang bawaannya diatas meja kemudian berjalan mendekati jendela. Rupanya langit mulai berubah. Angin sorepun sudah berganti menjadi dinginnya angin malam. Meski demikian Yeonju masih sanggup menemukan warna kemerahan di langit terjauh dari tatapan matanya.
Pukul 06.10 p.m. Sepuluh menit Yeonju menunggu di kamar Hyosun. Ia masih merasa sangat membutuhkan waktu lebih banyak untuk menyusun kata-kata apa yang nantinya akan ia jelaskan. Yeonju pikir, semua kata-kata itu harus ia pikirkan dan ia ingat dengan baik agar kejadian dengan Minho tadi tidak kembali terulang.
Pukul 06.45 p.m. Keberadaan Hyosun belum terlihat. Tapi Yeonju pun belum memiliki niat untuk meninggalkan tempat ini.
Pukul 07.30 p.m. Ahjumma sudah berkali-kali keluar masuk kamar Hyosun untuk menawarkan Yeonju makan malam. Tapi Yeonju menolaknya, ia jadi ingat kalau jajangmyeon bawaannya sekarang mungkin sudah dingin.
Pukul 08.05 p.m. Yeonju semula sempat berpindah posisi dari tempat tidur ke depan jendela, kemudian ke meja belajar Hyosun, kemudian kembali ke tempat tidur, dan kini berakhir ke meja belajar Hyosun lagi. Ia menemukan sebuah buku diary berwarna pink dengan beberapa nomor kombinasi disana. Berbuah dari rasa penasaran, Yeonju mencoba memasukkan beberapa angka yang merupakan tanggal lahirnya. Dalam sekali coba, diary itu sanggup terbuka. Langsung saja Yeonju membaca halaman terakhir yang Hyosun tulis.

14 Agustus 2012
Siapa yang percaya Yeonju tiba-tiba berdiri disamping Onew Oppa saat diantara kami terjadi masalah?
Itu benar-benar terjadi hari ini. Jika sebelumnya mereka berdua sanggup mencari alasan yang tepat untuk pergi berdua, lalu sekarang apa? Bahkan aku melihatnya secara langsung, bukan dari lembaran foto.
Yeonju-ya~ kenapa kau tega berbuat ini padaku huh? Kupikir aku tidak ingin bertemu denganmu setelah apa yang terjadi sekarang. Aku hanya....

“Uh... tidak seharusnya kau membaca buku harian orang lain seperti ini Yeonju.” Sesal Yeonju menutup buku diary itu sebelum ia menyelesaikannya sampai akhir.
Sama persis seperti apa yang Minho katakan, mungkin ia akan terlihat lucu jika harus marah dengan cara memaki orang lain dan bersembunyi seperti anak kecil. Tapi ini sama sekali tidak lucu jika terjadi pada Hyosun. Meski bukan satu atau dua kali, setiap Hyosun marah selalu ada tantangan tersendiri bagi Yeonju.
Pukul 09.07 p.m. Yeonju duduk di jendela kamar Hyosun sambil melamun. Keadaan tidak ada yang berubah sampai ia mendengar suara mobil berhenti tepat di depan pagar rumah Hyosun. Onew keluar lebih dulu, disusul Hyosun yang keluar dari mobil setelah Onew membukakan pintu untuknya.
Yeonju bernafas lega saat menemukan sebuah senyum merekah di wajah Hyosun. Ia tampak senang mengobrol sesaat sebelum Onew mendaratkan sebuah kecupan di pipinya. Sebuah moment yang manis, yang mungkin akan Hyosun tulis di halaman diary berikutnya.
“Hyosun...” sapa Yeonju tepat disaat Hyosun membuka pintu kamar.
Yang disapa tampak terkejut, hanya sanggup berdiri mematung didepan pintu.
“Maaf aku kemari tanpa memberitahumu lebih dulu. Aku hanya ingin menjelaskan apa yang terjadi kemarin.” Lanjutnya to the point.
Perlahan-lahan Hyosun melangkah menuju tempat tidurnya, Yeonju menyusul dengan duduk disamping yeoja itu.
                Mereka berdua tidak saling pandang, tidak pula saling bertukar pembicaraan. Suasana terasa begitu janggal, sangat canggung. Hyosun dan Yeonju seperti baru saja bertemu setelah bertahun-tahun hanya karena sebuah kesalahpahaman.
                “Antara aku dan Onew Oppa tidak terjadi apapun. Kau pasti tahu itu.” Ucap Yeonju membuka pembicaraan. “Aku bahkan tidak bermaksud untuk menyita perhatian Onew Oppa darimu. Maaf jika itu membuatmu menyangka yang tidak-tidak.”
                Hyosun diam. Sungguh sebenarnya dia ingin menyampaikan kalau semua kesalahpahaman ini sudah dijelaskan oleh Onew Oppa. Tapi sayang tidak semudah itu. Bahkan untuk membalas tatapan Yeonju saja Hyosun tidak sanggup.
                “Mungkin Onew Oppa sudah menjelaskan semuanya padamu. Tapi... aku hanya ingin meminta maaf secara langsung. Itu saja.” Yeonju kemudian meraih sebuah boneka babi yang sebelumnya ia letakkan diatas meja. “Ini untukmu...”
Hyosun menatap boneka di pangkuannya tanpa ekspresi. Membuat Yeonju mengerti kalau ia harus segera pergi dari sana.
“Sepertinya aku sudah terlalu lama disini.” Ucap Yeonju lalu bangkit. “Terimakasih kau mau mendengarkan permintaan maafku. Sampai ketemu lain kali.” Lanjutnya meraih gagang pintu.
 “Tunggu...”
Suara itu sangat pelan, namun terdengar begitu jelas ditelinga Yeonju. Cepat-cepat ia menoleh dan menemukan Hyosun berdiri sambil memeluk boneka yang baru saja Yeonju beri.
“Maaf ternyata ini lebih sulit dari yang aku bayangkan Yeonju.” Ucap Hyosun putus asa. “Sungguh aku ingin memaafkanmu. Tapi aku...”
“Tidak pa-pa. Aku akan menunggu.” Yeonju tersenyum menenangkan. Ia tahu benar Hyosun adalah tipikal orang yang sekalinya dikecewakan akan sulit memaafkan orang yang mengecewakannya. Harus ada sesuatu yang sanggup mengembalikan moodnya, sesuatu yang selalu dimiliki oleh Onew. Mungkin untuk Yeonju, Hyosun butuh waktu lebih lama lagi.
“Eung... tapi Onew Oppa sempat memberiku sebuah tawaran tadi.” Hyosun tampak ragu. “Ia ingin merayakan ulang tahunku minggu depan di... Pulau Jeju.”
Pulau Jeju? Apakah ini yang bisa membuat Hyosun cepat memaafkan Onew?
“...Tapi aku juga ingin mengajakmu kesana. Mungkin minggu depan kita bersenang-senang seperti dulu.” Ucap Hyosun memastikan bahwa minggu depan ia sudah memaafkan Yeonju dengan melakukan banyak hal menyenangkan. “Kau bisa kan?”
Yeonju tidak langsung menjawab, hal ini sangat jauh dari dugaan sebelumnya.
“Ah iya... ajak Minho Oppa juga. Pasti Onew Oppa tidak akan keberatan.”
Glek!
“Aku akan memberitahu detail rencananya segera. Kuharap kau mau mengabulkan permintaanku kali ini, Yeonju.”
Seperti sebuah ultimatum, Yeonju mati langkah. Jika ia menyetujuinya, ia harus bisa mengajak Minho – yang jelas-jelas sangat membenci Onew. Tapi jika ia menolak, mungkin Hyosun akan sulit memberikan maaf padanya. Lalu sekarang, apa yang harus Yeonju lakukan?
-To Be Continue-

                Nah loh, Yeonju malah diajakin ke pulau Jeju. Sama minho pula. Ckckckck.
                Sedikit bocoran buat next part, (rencananya) mau nyeritain tentang liburan mereka di pulau Jeju. Bakalan ada konflik baru disana. Apa aja konfliknya? Tunggu next part. Ahehehehe
                Tapi ngga tau kenapa, di part ini Hyosun kog keliatan matre banget ya? #plak! Ga bermaksud bikin Hyosun jadi matre, tapi Hyosun itu childish, jadi musti ada iming2(?) biar moodnya balik lagi begitu -_-
                Dan Minho, karakternya aku bikin jadi lumayan netral kaya karakter Taec di Dream High, tapi ga tau jadi apa engga. Puhahaha.
                Mian kalo part ini pendek dan BIASA AJA alias JELEKNYA KELEWATAN. Soalnya itu tadi, lagi ga ada mood bikin FF ._.v
                Akhirnya, gomawo buat yang mau baca, like dan komen. Makasih juga masih mau nunggu kelanjutan FF ini. Next part, semoga ga terlalu ngaret lagi u.u
                Annyeong~ *lempar sendal jepit donghae.


5 comments:

  1. Keren kak, aku jadi penasaran sama konflik yg ada di part selanjutnya. Aku tunggu ya part selanjutnya, semoga bisa dopost dgn cepat! *maksa ._.v annyeong~

    ReplyDelete
  2. Bagus kok eoni.. Aku tunggu next part nya ya! Oh iya..jgn sampe satu bulan lagi eoni.. *maksa..ehehe
    thiya tiyul lockets.. ^-^

    ReplyDelete
  3. keren kok unn... :) aku masih stia mnunggu part slnjutx dan ff lainnya... hehehe :D
    hwaithing unnie... ^_^

    ReplyDelete
  4. unn ceritanya makin daebakk ya ><
    kekeke ditunggu loh lanjutnya :)

    ReplyDelete
  5. eonn... lagi asik baca tiba-tiba abis ._. eh tapi daebak lho!! aku punya ff yg judulnya cappuccino, itu terinspirasi *cielah* dari fuchsia ini :3 tapi alurnya jelas beda :D
    kok setiap aku mampir ke blog ini, postingan pertamanya cuma yg 'ngenes' itu doang ya? tapi baru hari ini aku cek fanfiction ternyata fuchsia ada yg ke 10 ._.

    ReplyDelete