Pages

Friday, 20 July 2012

FF SHINee : Fuchsia [Part 9]

Tringggggg~ ibu peri datang lagi! *krik*
Part 9 akhirnya bisa nongol disela kesibukan saya ngangkatin lemari, ngecat lapangan dan nyabutin rumput (?). maap baru bisa sekarang nongolnya U.U
Dan buat yang lupa sama part sebelumnya, ini dia cuplikannya. (NB: kenapa aku selalu memberi cuplikan part sebelumnya di awal FF? Karena jujur, kalo aku baca ff sekuel yang nongolnya rada lama kadang lupa ama cerita sebelumnya -___- semoga bermanfaat :p)

  • Lantas Minho mengambil flashdisk dan menyimpan beberapa hasil editannya disana. “Gwenchana, mungkin sudah saatnya kita pulang.” Minho tersenyum. “Gomawo sudah mengajariku Yeonju.”
  • Lagi-lagi ketidakberuntungan menghampiri mereka berdua. Bukan hanya gagal untuk makan bersama, tapi sekarang harus terjebak di teras kedai yang sempit ini dengan perut keroncongan. Lengkap sudah.
  • “Jarak dari sini ke apartemenku tak sampai 5 menit. Sedangkan ke halte membutuhkan waktu 10 menit. Sayangnya karena ini sudah hampir jam 9, maka bus kota juga hampir habis. Kusarankan sebaiknya untuk malam ini kau menginap saja di apartemenku Yeonju.”
  • Tatapan Yeonju berubah sendu ketika ia sanggup membaca ada sebuah kesedihan dalam nada bicara Minho yang halus. Diamatinya dengan seksama raut wajah namja itu dari samping. Bisa Yeonju temukan ada lapisan bening yang tipis melapisi kedua mata bulat namja itu, Minho tampak berkaca-kaca tapi ia berusaha tersenyum menenangkan.
  • “Kuperhatikan wajahmu sedikit pucat. Dan...” Onew melihat Yeonju lebih detail lagi. “Pakaian yang kau pakai juga tidak seperti biasanya.”
  • Tapi yang berdiri disana bukan Onew. Lagipula Onew tidak tahu berapa kode pasword untuk bisa membuka pintu apartemen Yeonju, kalaupun iya, dia juga tidak mungkin tidak mengetuk pintu lebih dahulu.

And..now….here’s the stories…
 


Tittle                    : Fuchsia [Part 9]
Author                                : Ichaa Ichez Lockets
Genre                  : Friendship, Romance, Angst.
Rating                 : T
Cast                      : Lee Yeonju, Kim Hyosun, Lee Jinki (Onew), Choi Minho.
Length                : Chapter
Desclaimer        : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!


                “Yeonju...”
                Yeonju hafal benar dengan suara yang terdengar lembut itu. Cepat-cepat ia bangkit dari tempat duduk kemudian menghampiri yeoja yang sudah menjadi sahabatnya bertahun-tahun ini.
                “Apa ada Onew Oppa disini? Aku baru saja menemukan mobilnya terparkir dibawah.”
                Yeonju sempat terdiam sejenak kemudian menjawab dengan tenang, “Ne, Onew Oppa tadi ada disini...”
                Ekspresi Hyosun seketika berubah.
                “...kami berdua bertemu saat aku menjenguk Umma dirumah sakit tadi pagi. Kemudian Onew Oppa mengantarku sampai kemari. Itu saja.” Lanjutnya tanpa menatap langsung ke arah Hyosun. Ia tak ingin Hyosun menyadari wajahnya sedikit pucat.
                “Oh begitu rupanya...? Lalu apa sekarang Onew Oppa sudah pulang?” tanya Hyosun melunak, sambil menjatuhkan badannya di sofa ruang tengah dan menaruh tas jinjingnya disana.
                Yeonju mengangguk.
                “Tapi kenapa aku tidak berpapasan dengannya ya? Apa dia turun menggunakan lift di sisi yang satunya?” Hyosun bertanya pada dirinya sendiri, masih tidak menyadari Yeonju mulai bersandar di tembok belakang sofa karena kepalanya kembali terasa berat. Jauh berlipat-lipat sekarang.
                Ting tong!
                “Biar aku yang membukanya.” ucap Hyosun kemudian beranjak mendekati pintu depan.
                “Oppa?” ia tampak terkejut mendapati kekasihnya berdiri di ambang pintu, padahal sudah jelas-jelas beberapa menit yang lalu Onew pergi dari sana. “Apa ada sesuatu yang tertinggal?” lanjutnya masih bertanya-tanya.
                Onew tak menjawab pertanyaan Hyosun justru memekik ketika melihat Yeonju  yang tiba-tiba terhuyung kemudian abruk di lantai. Dengan cepat ia menghambur meraih tubuh yeoja itu dan meletakkan diatas pangkuannya.
               “Yeonju! Yeonju... sadarlah!” Onew menggoyang-goyangkan tubuh Yeonju namun Yeonju tak memberikan reaksi apapun. Sepintas disentuhnya kening yeoja itu, terasa sangat panas. Satu yang Onew tahu sekarang, bahwa Yeonju tidak hanya flu tapi juga demam tinggi.
                “Kenapa kau hanya diam saja disana?! Cepat bantu aku membawa Yeonju ke kamarnya!!”
                Hyosun hampir tidak percaya bahwa Onew yang baru saja membentaknya dengan keras. Selama ini Hyosun sama sekali tidak pernah mendengar Onew berbicara dengan nada tinggi, apalagi membentak. Dan saat ini hal itu benar-benar terjadi.
                Hyosun mencoba menyingkirkan keterkejutannya dan langsung membantu Onew mengangkat Yeonju ke dalam kamar.
                “Tolong ambilkan es dan handuk...” perintah Onew seraya membenarkan posisi tidur Yeonju diatas kasur. “Oh bawa juga kantung plastik berisi obat-obatan yang baru saja aku beli.”
                Disaat genting sepeti ini tidak mungkin Hyosun tidak melakukannya. Lagipula dia juga sangat mengkhawatirkan keadaan Yeonju yang bahkan ia tidak tahu apa sebabnya.
                Seusai memberikan barang yang Onew minta, Hyosun duduk ditepi kasur sambil mengamati sahabatnya dengan cemas. Bibir Yeonju terlihat memutih dan sekujur tubuhnya tampak menggigil menahan dingin padahal sudah jelas-jelas udara disekitar mereka terasa hangat. Kulit wajahnya bahkan terlihat begitu pucat seperti tak ada setetespun darah yang mengalir dibawahnya. Hyosun jadi takut keadaan Yeonju akan bertambah parah.
                “Apa tidak sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja Oppa?” tanya Hyosun ragu-ragu, tidak ingin mengganggu konsentrasi Onew yang sibuk merawat Yeonju.
                “Tidak perlu. Biar aku yang merawatnya.” Jawab Onew masih berkutat dengan pekerjaannya sekarang, tak membalas tatapan Hyosun sedikitpun.
                Entahlah... tapi melihat ekspresi Onew membuat Hyosun merasa hatinya sedikit ganjal.
                Dulu kejadian serupa pernah menimpa Hyosun. Saat itu Yeonju lah yang setia menjaganya. Onew justru hanya menelpon Hyosun dan memberikan banyak sekali nasihat agar Hyosun cepat sembuh. Namja itu sempat menjenguknya sebentar, kemudian berpamitan untuk praktik dirumah sakit dengan meninggalkan beberapa obat.
                Tapi ketika giliran Yeonju yang sakit, Onew adalah orang pertama yang menemukannya. Dan bahkan sampai membentak Hyosun – kekasihnya sendiri – demi merawat Yeonju. Hyosun hanya tidak mengerti kenapa ia merasa Onew begitu mengistimewakan keberadaan Yeonju? Apakah karena Yeonju hidup seorang diri jadi Onew merasa harus bertanggung jawab untuk merawatnya?
Sayangnya Onew tidak tahu, bahwa ketika Hyosun sakit waktu itu ia juga mengharapkan perhatian yang sama seperti yang Onew berikan pada Yeonju sekarang.
                ‘Aigoo... tidak seharusnya kau berfikiran seperti itu pada sahabatmu Hyosun.’ Ucap Hyosun menasihati dirinya sendiri.
                “Sebaiknya kau pergi sekarang Hyosun, aku tahu kau ada kuliah.” Onew memperingatkan karena waktu sudah hampir jam 9. “Biar kuantarkan.” Lanjutnya kemudian meraih kunci mobil.
                “Ani. Aku ingin menjaga Yeonju.”
                “Biar aku yang menjaganya.” Jawab Onew cepat.
                “Tapi aku juga ingin menjaganya Oppa...”
“Aku tahu. Tapi aku tidak ingin kau membolos karena alasan ini, Hyosun.”
                Hyosun mulai kesal karena Onew terus melarangnya. Yeoja itu menatap Onew tidak terima, “Sudah kubilang aku juga ingin menjaganya, kenapa Oppa harus melarangku huh?”
                Onew tidak bersuara.
                “Sejak tadi Oppa selalu bersikeras ingin merawat Yeonju seorang diri! Kenapa Oppa tidak melakukan itu saat aku yang sakit seperti ini dulu?!” Tanya Hyosun lagi dengan nada tinggi. “Apakah hanya Yeonju yang pantas mendapatkan perhatian dari Oppa sedangkan aku tidak?!?”
                “Tolong jangan bersikap childish disaat seperti ini Hyosun!” Bentak Onew yang langsung membuat Hyosun terperanjat.
                Sedetik setelah menyelesaikan kalimat itu, Onew menyesal dengan ucapannya sendiri. Ia tidak mengerti kenapa kata-kata itu terlontar tanpa dapat ia kendalikan. Seketika tenggorokannya tercekat saat menyadari Hyosun seperti tak percaya baru saja melihat sosok Onew berubah dimatanya.
                “Op-pa..?” ucap Hyosun tertahan.
                Saat Onew ingin menarik kata-kata yang ia ucapkan sebelumnya, sayangnya Hyosun lebih dulu pergi meninggalkan apartemen Yeonju dengan pintu yang ia banting keras-keras. Seketika seperti ada sebuah benturan yang baru saja menabrak dinding hati Onew paling luar, membuat namja itu hanya sanggup membuang napas berat kemudian.
***
                Kedua mata Yeonju masih tertutup rapat ketika ujung jemarinya tiba-tiba bergerak kecil. Penglihatan yeoja itu terasa sedikit kabur beberapa saat setelah ia sanggup membuka kedua matanya.
Benda pertama yang Yeonju lihat adalah jam dinding berwarna ungu yang bertengger tepat diseberang tempat tidur. Pukul 13.25. Cukup lama rupanya Yeonju tidak sadarkan diri.
                Pandangan Yeonju mulai mengitari kamar sempitnya kemudian sepintas melihat ke arah ruang tengah karena pintu kamar yang terbuka lebar. Tak ada siapapun disana. Yeonju hanya sanggup menemukan semangkuk bubur dengan sebuah pesan singkat disampingnya.
                ‘Tolong hubungi aku saat kau sudah terbangun. Dan jangan lupa habiskan makanan ini ne?’ – Onew.
Yeonju jadi ingat dia juga meninggalkan pesan semacam ini di apartemen Minho tadi pagi, dan sekarang ia mendapatkan pesan yang sama dari Onew. Lucu sekali.
                Sedikit demi sedikit Yeonju menghabiskan bubur dalam mangkuk itu sambil mengingat-ingat kejadian sebelum ia pingsan. Tadi pagi Yeonju ingat benar Onew dan Hyosun sempat bertemu di apartemennya, tapi kini keduanya justru menghilang entah kemana. Tidak apa-apa jika tidak ada yang menjaga Yeonju sampai ia sadar, toh sebelumnya mereka pasti sudah memberikan yang terbaik. Tapi entah kenapa perasaan Yeonju mendadak tidak enak sekarang. Tidak biasanya Hyosun pergi begitu saja tanpa meninggalkan pesan seperti ini. Atau... jangan-jangan dia sudah meninggalkan pesan melalui sms?
                Cepat-cepat Yeonju beranjak meraih ponselnya diatas meja, tak ada satupun pesan disana.
                ‘Lantas dimana Hyosun sekarang?’
                ‘Apakah terjadi sesuatu padanya?’ tanya Yeonju kembali berfikir.
                Tidak ingin berlama-lama penasaran, Yeonju langsung menghubungi Hyosun untuk mencari jawabannya. Tapi nada dering ponsel Hyosun justru terdengar dari ruang tengah.
                “Aneh sekali.” Yeonju mengambil tas Hyosun yang tergeletak di sofa ruang tengah kemudian mengecek isi ponselnya. Ada 23 missed calls dan 18 sms. 22 missed calls diantaranya berasal dari Onew, dan semua sms dikirim oleh orang yang sama.
                  Kejanggalan ini semakin membuat Yeonju penasaran.
                  Ketika Yeonju sibuk menerka-nerka, tiba-tiba ponsel Hyosun berdering. Foto Onew dengan nama ‘Chagiya~♥’ tertera disana.
                 “Hyosun? Kumohon jangan tutup telponnya..”
                 Yeonju tahu tidak seharusnya mengangkat telpon orang lain seperti ini. Tapi ketika ia ingin menjelaskan, Onew justru terus berbicara tanpa jeda.
                 “...Aku ingin minta maaf soal tadi. Kurasa kita harus bertemu sekarang juga Hyosun. Kau ada dimana?” ketara sekali ada kekhawatiran dalam nada bicara Onew yang halus. Terdengar sedikit panik dan terburu-buru.
                “Mianhe, ini Yeonju, Oppa.” Ucap Yeonju akhirnya angkat bicara. “Tas beserta ponsel Hyosun tertinggal di apartemenku. Aku tidak tahu kapan dia meninggalkannya disini.”
                Onew terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara dengan nada yang berbeda, “Oh ne. Tolong hubungi aku jika nanti Hyosun kembali ke apartemenmu Yeonju.”
                Yeonju meng-iyakan, kemudian dengan hati-hati ia balik bertanya, “Sebenarnya ada apa Oppa? Apa terjadi sesuatu yang buruk pada Hyosun?”
               Yang ditanya tidak langsung menjawab. Yeonju sampai hampir menarik kata-katanya sampai dalam beberapa detik suara berat itu akhirnya angkat bicara.
              “Aku tadi melarang Hyosun menjagamu, Yeonju. Itu kulakukan karena aku ingin dia tetap berangkat kuliah.” Jelas Onew. “Tapi Hyosun justru menganggap itu sebagai sebuah ‘perhatian’ padamu yang tidak kuberikan padanya. Sampai akhirnya tanpa sengaja aku membentak Hyosun dan...dia pergi begitu saja...”
               Sepele, itu yang mungkin akan orang lain pikirkan. Masalah semacam ini sering sekali terjadi,  entah karena itu murni kesalahan Onew, ketidaksengajaan, atau justru kesalahan Hyosun sendiri. Sekecil apapun kesalahan itu, akan tetap menjadi sesuatu yang ‘besar’ dimata Hyosun. Dan sebagai sahabat, tidak mungkin Yeonju hanya sanggup berdiam diri.
               “Apa Oppa sudah mengecek keberadaan Hyosun di kampus?” tanya Yeonju melanjutkan pembicaraan melalui telpon.
             “Teman Hyosun bilang hari ini mereka tidak melihatnya.”
              Yeonju berfikir sejenak, “Kalau begitu biar kubantu mencarinya Oppa.”
            “Tapi bukankah kau masih...”
             Tut...tut...tut...
             Tanpa persetujuan Onew, Yeonju menutup telpon itu kemudian segera bersiap-siap untuk mencari Hyosun. Ada satu pertimbangan yang membuat Yeonju berfikir masalah kali ini cukup serius. Yaitu keputusan Hyosun untuk pergi darinya. Karena setiap Hyosun memiliki masalah, selalu Yeonju yang menjadi tempat peraduannya. Dan kini Hyosun tidak melakukan itu, membuat Yeonju yakin bahwa ia menjadi bagian dari masalah ini sekarang.
             Rumah bercat putih bergaya minimalis dengan 2 lantai menjadi tempat pencarian Yeonju yang pertama. Meski Yeonju yakin Onew sudah mengecek rumah Hyosun sebelumnya, tapi bisa saja yeoja itu sudah kembali kesana bukan?
              “Apa Hyosun ada?” tanya Yeonju pada seorang  pelayan paruh baya yang sudah sangat mengenalnya.
             “Nona belum pulang sejak tadi pagi.” Jawab pelayan itu dengan sopan. “Apa ada yang bisa saya bantu?”
            “Oh... Kalau begitu jika nanti Hyosun sudah pulang tolong hubungi aku ya Ahjumma.”
             Pelayan itu mengangguk, Yeonju pun mengucapkan terimakasih sebelum akhirnya berpamitan.
             Green Cafe menjadi tempat pencarian kedua bagi Yeonju. Disusul dengan mall, toko buku, tempat karaoke dan bahkan salon langganan Hyosun. Sayangnya tak ada tanda-tanda keberadaan yeoja itu disana. Lagipula akan sulit bagi Hyosun bepergian di tempat seperti itu tanpa membawa uang, karena bagaimanapun juga dompet serta seluruh isi tas Hyosun masih ada ditangan Yeonju sekarang.
             Ah pinggiran sungai Han! Siapapun bisa pergi ke pinggiran sungai han tanpa membawa uang bukan?
Ini mungkin menjadi tempat terakhir dengan harapan yang sanggup Yeonju gantungkan. Semua tempat dengan kemungkinan Hyosun ada disana sudah Yeonju datangi. Bahkan berjam-jam lamanya sudah terlewat demi mencari keberadaan Hyosun yang sampai sekarang belum terlihat sama sekali.
              Yeonju mulai melangkah ke pinggiran sungai Han yang merupakan salah satu tempat favorite bagi Hyosun. Setiap kali ke tempat ini Yeonju selalu menjadikan Hyosun objek fotografi, dan sebuah bangku kayu tanpa sandaran menjadi spot yang sempurna baginya.
              Tapi sayang Yeonju hanya menemukan beberapa daun kering yang berjatuhan diatas bangku itu. Sosok yang dicarinya tak ada disana. Membuat bahu Yeonju menurun, kakinya bahkan terasa lemas karena putus asa.
            ‘Sebenarnya kau ada dimana Hyosun? Tidak biasanya kau seperti ini...’ Yeonju mendesah sambil menatap riak-riak air yang berkilauan terkena sinar matahari senja. Hatinya tidak mungkin bisa tenang sampai ia sanggup menemukan keberadaan sahabat yang paling disayanginya itu. Jauh dari dugaan Yeonju sebelumnya, Hyosun justru memilih bersembunyi darinya sekarang. Apakah Hyosun benar-benar beranggapan bahwa Yeonju adalah bagian dari masalah ‘sepele’ ini hingga ia harus bersembunyi dari tempat peraduannya sendiri?
               Angin sore bertiup menerbangkan helai rambut Yeonju yang halus. Burung tampak berlomba-lomba kembali ke sarangnya diantara ranting-ranting kecil yang bercabang. Suasana sepi ini membuat lamunan Yeonju kian melayang. Gadis itu tampak sibuk menyusuri benang-benang kusut yang kini terjebak dalam kepalanya. Menebak isi hati Hyosun sekarang sama saja dengan meluruskan untaian benang-benang itu bagi Yeonju. Sangat sulit.
               Ketika sedang sibuk melamun, tiba-tiba ponsel Yeonju berdering. Yeonju menatap layar dengan penuh harap semoga ada sebuah kabar gembira yang akan Onew sampaikan padanya.
              “Yeoboseyo...”
              “Yeonju, apa kau sudah menemukan Hyosun?”
               Bahu Yeonju menurun sekali lagi, “Belum Oppa. Semua tempat sudah aku datangi tapi Hyosun belum bisa kutemukan...”
             Tidak hanya Yeonju, kini Onewpun kecewa mendengar kenyataan itu. “Gwenchana. Biar aku yang melanjutkan untuk mencari Hyosun. Sebaiknya kau kembali ke apartemenmu Yeonju. Sebentar lagi sepertinya hujan akan turun...”
             Yeonju mendongak menatap langit yang mulai menghitam. Ternyata Onew benar, awan gelap dengan jelas terlihat bergumul siap menurunkan air hujan.
             “Ne Oppa. Aku akan segera mengabarimu jika Hyosun datang ke apartemenku nanti.” Jawab yeoja itu kemudian menutup telpon detik berikutnya.
                Beruntung Yeonju sudah menaiki bus ketika hujan turun. Ia menyandarkan kepalanya di kaca jendela sambil melamun. Lama kelamaan perasaannya jadi tidak enak.
                ‘Apakah sekarang Hyosun sudah menemukan tempat berteduh?’
                ‘Apakah sekarang Hyosun baik-baik saja?’
                ‘Apakah sekarang Hyosun masih berfikir untuk tetap bersembunyi dariku dan juga Onew Oppa?’
                 Beribu pertanyaan berputar di kepala Yeonju. Ia khawatir jika ada sesuatu yang buruk terjadi pada sahabatnya.  Kalaupun iya, Yeonju tahu pasti ia tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri.
                ♥. Yeonju tanpa sadar membentuk tanda (cinta) itu di kaca jendela yang terkena uap air dari luar. Inilah yang sering Hyosun lakukan ketika sedang bosan, dan kini Yeonju melakukan hal yang sama meski sebelumnya ia berfikir kalau membuat tanda seperti ini merupakan perbuatan yang bodoh.
                Ketika sedang memandangi tanda itu di jendela, tepat di seberang jalan sepintas Yeonju melihat ada seorang yeoja yang mirip sekali dengan Hyosun. Yeoja berambut panjang itu tampak mengenakan sebuah kardigan berwarna merah muda dan duduk di salah satu bangku green cafe yang menghadap ke jalan raya.
                “Astaga itu Hyosun!”
                Yeonju mendadak panik lalu bangkit dari tempat duduknya dan bergegas keluar tepat ketika bus berhenti di salah satu halte. Tanpa berfikir panjang yeoja itu lantas berlari menyeberang jalan meski derasnya hujan menghalangi pandangannya dan dengan cepat membasahi pakaian yang melekat di tubuhnya.
                Langkah Yeonju berhenti beberapa meter didepan cafe itu, mencoba mengamati sosok yang tidak pernah hilang dari tatapannya sejak tadi. Sosok itu tampak baik-baik saja, bahkan kini tengah tertawa lebar bersama seseorang yang duduk diseberang meja. Mereka berdua bercengkrama hangat hingga tidak menyadari ada seorang yang berdiri di tengah hujan dengan bibir yang bergetar menahan dingin.
                Yeonju meremas jaket baseball yang ia kenakan tepat didepan detak jantung yang kini berdegup begitu kencang. Dadanya bergemuruh dan entah kenapa ia merasakan sedikit sesak disana. Yeoja itu masih berusaha untuk tetap berdiri meski bola matanya terus mengekor ketika dua sosok didalam cafe itu beranjak dari tempat duduk mereka, berjalan pelan ke arah pintu, kemudian melebarkan payung berwarna abu-abu tua dan mulai melangkahkan kaki keluar. Tubuhnya semakin terasa kaku ketika tatapan mereka bertiga bertemu tanpa sengaja.
                 Antara Yeonju, Hyosun... dan Minho.
                 Alis Minho berkerut menatap Yeonju yang berdiri bebas diantara derasnya air hujan yang bahkan sanggup menenggelamkan suara jika saja mereka berbicara. Namja itu ingin berjalan mendekat namun kakinya tiba-tiba terhenti begitu saja padahal belum satu langkahpun ia gerakkan.
                Saat itu juga Yeonju merasa air hujan seperti tersibak hingga tidak lagi sanggup jatuh diatas tubuhnya. Perlahan tatapan yeoja itu terhenti pada sosok yang kini berdiri disampingnya seraya melindungi tubuh mereka berdua dengan sebuah payung berwarna hitam. Tenggorokan Yeonju tercekat. Ia berteriak dalam hati menyadari tidak seharusnya momen ini terjadi. Dengan cepat pandangannya sanggup menangkap ekspresi Minho yang berubah drastis.
                Yeonju dan Onew serta Minho dan Hyosun. Kini kedua pasangan itu tengah berhadapan dalam sebuah ketegangan.
-To Be Continue-

                Kyaaa akhirnya Minho sama Onew ketemu juga! Tapi yang jadi masalah adalah, Onew harus muncul disamping Yeonju. YEONJU, bukan Hyosun! Aaaaaaaaaaaaaa~ *apa ini -_-
                Kekeke di part ini sifat cildish hyosun nongol lagi. Bahkan ngiri sama sohibnya yang lagi sakit, terus ketawa2 bareng minho pula. Ckckck.
                Laluuuu apakah yang akan terjadi setelah ini? Apa minho akan membenci Yeonju dan semakin dekat dengan Hyosun? Atau dia tidak memperdulikan Yeonju justru langsung akan menghajar Onew sampe Onew sekarat di tempat (?) *lebay. Gimana juga hubungan Hyosun-Onew? Apakah akan semakin retak karena kekhawatirannya pada Yeonju?
                Nah, jawabannya MUNGKIN akan ada di part selanjutnya. Hehe. Tapi ga bisa janji nongolnya kapan u.u semoga readers masih pada mau baca ya lanjutannya ntar. Hiks hiks
                Akhir kataaaaaaaaaaaa gomawo buat semuanya yang membaca, mengelike dan mengkomen. Selamat puasa juga buat yang merayakan! Annyeong~ *naik dokar bareng taemin.

5 comments:

  1. Unniee cepet-cepet yah PART 10 nyahh. Manggung banget..... Btw ff nya keren bgt !

    ReplyDelete
  2. unnie..
    ditunnggu ditunggu :D
    aaa~ kenapa onew oppa selingkuh dr hyosun heh? haduh -____-

    ReplyDelete
  3. pnsran tgkat jagad raya nih..
    kyaaaaaaaaaaaaaa
    hnya bsa brhrap part slnjutnya tuk cpat mncl dan mnjwb smua prmslhn d part ini.. hiks.. hiks..
    crtanya super duper daebaaaaaak...

    ReplyDelete
  4. Penasaran sama kisah selanjutnya nih eoni.. Tapi udh hampir 1 bulan part yang ke-10 belum muncul juga ? Aku tunggu ya eoni..

    ReplyDelete
  5. Kereeeeennnnnn eoni,, sukaaa banget ama part ini,,.

    ReplyDelete