Pages

Sunday, 26 February 2012

FF Shinee : Angel Key [Part 5]

Sepertinya aku harus selalu mengawali cuap-cuap(?) FF dengan kata MIANHE, karena LAGI DAN LAGI ff ini telat post. *bow
Kemaren sempet disela dengan FF ficlet “Thanks For The Memories” kan? Jadi bagi yang lupa sama cerita sebelumnya, ini diaaa cuplikannya~~

-          10 ribu won. Hanya itulah uang yang Yungshin miliki sekarang.
-          Sepertinya Yungshin beruntung mendapat malaikat serba bisa seperti Key ini. Terbukti Key mampu memasak menu di hari itu dengan cekatan. Bahkan hanya dengan 10 ribu won bisa terhidang satu panci kecil yang penuh berisi sundubu jiggae.
-          “Malaikat mampu mengetahui apa yang tidak manusia ketahui. Dan malaikat juga tidak memiliki amarah, obsesi, maupun dendam. Kami bersifat netral.”
-          Yungshin tak langsung menjawab, tampak berkonsentrasi menempelkan soft lens pada bola matanya, “Aku akan mengadiri sebuah resepsi pernikahan.”
-          “Tidak menyangka bisa bertemu lagi di tempat ini Taemin.” Ucap Yungshin membuka pembicaraan.
-          “Eung, kalau begitu bagaimana kalau kita berjalan-jalan saja di Everland? Sepertinya menyenangkan!”

  

Tittle                : Angel Key [Part 5]
Author             : Ichaa Ichez Lockets
Genre              : Fantasy, Friendship, Family, Romance.
Rating             : G
Cast                 : Park Yungshin, Key SHINee, and Taemin SHINee.
Length             : Chapter
Desclaimer      : This story is originally mine. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!

            Gagal total. Rencana Yungshin untuk pergi bersama Taemin gagal hari itu lantaran Taemin tiba-tiba memiliki urusan mendadak yang tidak bisa ia tinggalkan. Sedangkan Yungshin hanya sanggup memajang wajah kecewa, menekuk kedua kakinya duduk bersandar pada dinding.
            “Ya~ jangan memajang wajah seperti itu huh. Kau makin terlihat jelek saja.” protes Key melihat ke arah Yungshin.
            Yungshin mendongak. “Cerewet! Apa kau tidak tahu aku sedang kecewa?” semprot Yungshin balik. “Selama seminggu aku sudah mengumpulkan banyak uang dengan bekerja lembur hanya untuk hari ini. Tapi ternyata semuanya sia-sia.”
            Key mengernyit kemudian duduk bersila disamping Yungshin. “Tidak ada yang sia-sia Yungshin. Kau bisa pergi lain kali, dan bahkan kau juga bisa menggunakan uang hasil kerjamu untuk hal lain yang lebih berguna.”
            Tak ada jawaban.
            “Memangnya berapa jumlah uang yang sudah kau kumpulkan?
            Yungshin justru berubah menatap Key curiga, “Memangnya kenapa? Apa kau ingin mencuri uang itu dariku?”
            “YA!” key berteriak. “Apa wajahku terlihat seperti pencuri?” Malaikat itu memajukan wajahnya ke arah Yungshin, membuat Yungshin terpaksa mundur. “Aku bertanya karena aku ingin mengusulkan padamu untuk pindah dari tempat ini. Bukankah kau sendiri yang bilang ingin pindah? Dan bukankah kau juga sudah mengumpulkan uang untuk itu? ck!”
            Yungshin menelan ludah menatap mata sipit Key yang berjarak beberapa senti dari ujung hidungnya. “Dua juta won!” jawab Yungshin akhirnya. “Itu semua tabunganku dari bulan kemarin. Ditambah uang lembur minggu ini.”
            Lantas Key berfikir, “Wah cepat sekali kau berubah jadi kaya. Padahal belum genap tiga bulan kau bekerja di tempat itu.”
            “Haha itu karena aku cerdas, Key! Apa kau tidak tahu kalau aku ini cerdas?” jawab Yungshin membanggakan dirinya. Key hanya sanggup menggeleng.
            “Kalau begitu, tunggu apa lagi?” ajak Key kemudian menyodorkan sebuah kertas.
            Atas bantuan Key, Yungshin mendapat beberapa daftar apartemen kecil yang murah namun lebih layak dari rumah Yungshin sebelumnya. 3 dari 5 daftar yang tertera, belum ada yang cocok dengan kriteria Yungshin.
            Sampai tak sengaja Yungshin melihat sebuah apartemen 5 lantai yang cukup sederhana bergaya minimalis. Gadis itu tampak tertarik melihatnya lebih dekat.
            “Andwae! Andwae!” cegah Key buru-buru ketika Yungshin hampir memasuki lantai pertama apartemen itu.
            “Wae? Kulihat apartemen ini cukup bagus.”
            “Ani-ani. Apartemen ini eung….” Key ingin berbohong untuk mencegah Yungshin masuk kesana, tapi ia tahu ia tak sanggup melakukannya. “Pokoknya jangan apartemen ini!”
            Yungshin menatap Key kesal. “Ish! Yang ingin pindah itu aku atau kau huh? Kenapa jadi kau yang repot?” ucapnya kemudian cuek berjalan memasuki apartemen itu.
            Dan sepuluh menit kemudian, Key hanya sanggup berdiri pasrah saat Yungshin memutuskan untuk memilih pindah ke apartemen itu.  Apartemen yang tidak masuk dalam daftar dari Key, namun justru menjadi apartemen pilihan Yungshin.
***
            “Hot coffee satu.” Pesan Yungshin kepada seorang pelayan, tepat setelah ia duduk sendirian di sebuah café berdinding kaca jalanan kota Myeongdong, dekat tempat ia bekerja.
            Malam ini Yungshin memilih untuk beristirahat sejenak di café itu setelah seharian ia bekerja. Yungshin tidak berniat untuk makan malam disana. Karena insiden ’10 ribu won’ beberapa minggu lalu, Yungshin jadi menemukan hobi baru, yaitu belajar memasak bersama koki kesayangannya(?). Yungshin pikir, hobinya sangat menguntungkan. Karena selain menyenangkan, Yungshin juga bisa berhemat. Terbukti sekarang selain dia bisa pindah ke tempat yang layak, Yungshin juga bisa membeli sebuah telepon genggam.
            “Ini pesanannya nona.”
            Yungshin tidak memperhatikan cangkir kopi yang diletakkan diatas meja, gadis itu justru melihat ke arah pelayan yang membawa pesanannya.
            “Taemin?”
            Yang dipanggil sedikit terkejut, “Oh Yungshin?”
            “Kau bekerja disini?”
            “Ne.” jawab Taemin mengangguk. “Tapi maaf, aku tidak bisa menemanimu Yungshin. Masih banyak yang harus kukerjakan.”
            “Oh ne~ gwenchana.”
            “Tapi eung, sebentar lagi jam kerjaku selesai. Apa kau mau menunggu lima belas menit lagi? Nanti kau kuantar pulang.”
            Yungshin berfikir sejenak kemudian mengangguk. “Baiklah. Aku akan menunggumu Taemin.”
            Selama lima belas menit, pandangan Yungshin selalu mengekor kemanapun Taemin pergi. Berulang kali namja itu keluar masuk dapur membawa nampan, sedikit membuat Yungshin tersenyum  geli saat melihat Taemin berpakaian rapi serba hitam putih lengkap dengan celemek di bagian pinggangnya. Yungshin rasa Taemin tidak pantas menggunakan kostum itu.
            “Maaf membuatmu menunggu lama.” Sesal Taemin sesaat setelah namja itu berganti pakaian dan berjalan keluar café bersama Yungshin.
            “Gwenchana. Aku senang saat melihatmu bekerja.”
            Taemin tersenyum menggaruk tengkuknya. “Oh, apa kau sudah makan malam?”
            Yungshin menggeleng.
            “Bagaimana kalau kita makan di kedai itu?” Taemin menunjuk sebuah kedai kecil di pinggir jalan. “Tteobokkinya sangat enak.”
            Sudut mata Yungshin mengikuti tatapan Taemin, “Oh geurae. Aku tidak sabar ingin mencobanya ^^”
            Dua porsi tteobokki terasa sangat enak bagi Yungshin. Baru kali ini dia makan di kedai kecil seperti sekarang. Ternyata tidak buruk, justru membuat dia merasa nyaman.
            “Oh mian karena waktu itu aku tiba-tiba membatalkan janji, Yungshin.”
            Tak ada jawaban spontan dari bibir Yungshin, ia hanya membalas tatapan Taemin yang duduk di seberang meja.
            “…sebagai permintaan maafku, bagaimana kalau sabtu ini kita pergi?”
            Yungshin sedikit mengaduk isi mangkuk kecilnya. “Sabtu ini aku tidak ada libur, Taemin.”
            “Oh begitu…” Jawab Taemin tak sanggup menyembunyikan kekecewaan.
            “Tapi eung, mungkin aku bisa berganti sift kerja di hari lain.”
            “Ne?”
            Yungshin tersenyum melihat Taemin yang mulai antusias. “Seingatku, aku mendapat jatah free hari senin minggu depan. Tapi aku akan berganti jadwal dengan yang lain.”
            “Apa boleh begitu?”
Yungshin tertawa kecil. “Jatah liburanku tidak menentu Taemin, jadi jika aku mengganti jadwal libur di hari sabtu, maka hari seninnya aku harus tetap masuk. Kau tidak perlu khawatir.”
            “Oh arraseo.” Taemin mengangguk-angguk, “Kalau begitu aku akan menjemputmu sabtu ini jam 3 sore, bagaimana?”
            “Geurae. Aku akan menunggumu.”
            Dan merekapun melanjutkan perjalanan kembali ke apartemen Yungshin setelah makan malam selesai. Sesekali Taemin menceritakan akan kemana mereka pergi. Bukan everland, melainkan sebuah tempat yang Taemin pikir akan membuat Yungshin senang jika diajak kesana. Namja itu menggambarkan tempat yang ia maksud dengan sangat detail. Membuat Yungshin tertawa kecil mendengarnya. Ia seperti baru saja melihat Taemin berubah seperti dirinya, menjadi sales.
            “Aigoo hampir saja kelewatan.” Ucap Yungshin berhenti didepan sebuah bangunan. “Gomawo sudah mengantarkanku Taemin, ini apartemen baruku.”
            “Apartemen barumu?” tanya Taemin terkejut. “Aku juga tinggal di lantai 3 apartemen ini.”
            “Jinja?” mata Yungshin membola. “Kenapa bisa kebetulan sekali…”
            “Iya, kebetulan sekali.” Ucap Taemin kemudian membuka pintu utama dan melanjutkan obrolan di dalam apartemen itu.
            Tak jauh dari sana, Key melipat kedua tangannya sambil menggeleng. Ia tahu hal yang paling ia hindari cepat atau lambat tetap akan terjadi. Jelas karena hal itulah Key tidak pernah setuju Yungshin pindah ke apartemen ini, apartemen yang sama dengan Taemin.
***
            Hawon. Taman yang terletak di bagian belakang istana Changdeok merupakan tempat pilihan Taemin untuk mengajak Yungshin berjalan-jalan sore itu. Disana Yungshin bisa melihat warna tampak hijau mendominasi. Penuh dengan pohon-pohon rindang berjajar rapi sepanjang jalan setapak berlatar belakang pegunungan dan deretan bukit. Ada pula jembatan yang menghubungkan kedua sisi daratan yang terpisah oleh sungai kecil.
            Taman berhiaskan alam yang masih alami. Jauh berbeda dengan everland yang Yungshin pikir akan menyenangkan, tempat ini jauh lebih menyenangkan. Hanya ada beberapa orang yang mengunjunginya, membuat Yungshin lebih leluasa memanjakan diri bersama Taemin disana.
            “Tempat ini indah sekali.”
            Taemin mengalihkan pandanganya pada Yungshin kemudian tersenyum menggemaskan.
            “Aku bahkan tidak tahu ada tempat seperti ini di korea.” Lanjut Yungshin membuat Taemin terpaksa menahan tawa.
            Mereka berdua terus menyusuri taman itu, sampai Taemin menghentikan langkahnya menunjuk ke arah sungai.
            “Kau tahu mitos batu-batu itu?”
            Yungshin menggeleng.
            “Siapa yang berhasil menyusunnya, maka permintaan orang itu akan terkabul.” Jelas Taemin.
            “Jeongmalyo?”
            Namja berambut coklat itu mengangguk. “Mau mencobanya?”
            “Ne!” jawab Yungshin bersemangat.
            Mereka mulai berjalan ke tepian sungai dengan aliran air yang tenang kemudian menyeberang. Air sungai itu tampak bening, memperlihatkan bebatuan warna putih yang bersembunyi di baliknya. Di sisi sungai itupun penuh dengan bebatuan kecil yang disusun meninggi, tanda telah banyak orang-orang yang mendahului Yungshin mencoba membuktikan mitos itu.
            Baik Taemin dan Yungshin mulai jeli memilih batu-batu berwarna putih yang ada disana, kemudian meletakkannya di puncak menara batu yang telah disusun sebelumnya. Dengan serius Yungshin mencoba menyusun dua batu yang ia temukan, namun dia tetap saja gagal sampai-sampai telah menghancurkan menara batu yang sebelumnya sudah dibuat.
            “Kenapa susah sekali huh?” Yungshin menghentakkan kakinya, membuat cipratan air menyebar diantara mereka. Taemin justru tertawa.
            “Kau harus lebih bersabar Yungshin.”
            “Ber…sabar?”
            Taemin tersenyum lembut kemudian berdiri mendekati Yungshin dan meraih batu yang bertengger disela kakinya, “Pilihlah batu yang pipih supaya lebih mudah. Kau juga harus hati-hati meletakkannya, karena ini mudah runtuh…”
            Penjelasan itu Yungshin abaikan, ia justru terpaku memandang Taemin yang tampak begitu sabar mengajarinya.
            ‘Namja ini… aku tidak pernah bertemu namja seperti dirinya…’
            Tepat setelah itu, tanpa sebab yang pasti tiba-tiba tubuh Yungshin terhempas kebelakang, membuat ia hilang keseimbangan kemudian jatuh. Baju terusan setinggi lutut berwarna cerah yang Yungshin pakai seketika basah kuyup. Gadis itu jatuh terduduk diatas sungai.
            “Ahssssh!” Yungshin menepukkan tangannya diatas air tanda kekesalan. ‘Kenapa harus terjadi hal sebodoh ini Yungshin!!?’ gerutunya dalam hati.
            “Yungshin gwenchana?”
            Gadis itu tak menjawab, berusaha kembali berdiri.
            Tanpa berfikir panjang Taemin kemudian memapah Yungshin ke tepian sungai. Namja itu langsung melepas jaket dan memakaikannya pada Yungshin. Saat itulah para pengunjung melihat Yungshin dengan aneh.
            “Kau tidak apa-apa kan?”
            Yungshin hanya diam, tertunduk malu. Gadis itu tidak habis pikir kenapa kejadian bodoh ini bisa terjadi.
            “Yungshin-ah…”
            “Ne gwenchana.” Jawab Yungshin akhirnya.
            “Apa kita pulang saja sekarang?” tanya Taemin tampak khawatir.
            “Oh andwae.” Cegah Yungshin tidak menyetujui usul Taemin. “Aku…eung, tidak bisakah kita duduk saja disuatu tempat hingga bajuku sedikit mengering?”
            Taemin tahu ada gazebo kecil di perbukitan kecil taman itu. Karena tempatnya lebih tinggi dan rimbun, angin cukup deras disana. Jadi Taemin pikir itu adalah tempat seperti yang Yungshin inginkan.
            Ketika Taemin meraih tangan Yungshin, seperti ada sebuah sengatan tajam yang mengalir di tangan Yungshin. Membuat gadis itu reflek menarik tangannya.
            “Mianhe.” Ucap Taemin canggung.
            “Oh…” Yungshin bingung harus menjawab apa. Dia merasa ada yang aneh dengan tubuhnya sekarang.
            Akhirnya mereka tiba di gazebo yang Taemin maksud. Suasana disana terasa dingin dan sejuk, namun yang terjadi antara Yungshin dan Taemin justru kebekuan. Keduanya sama-sama berfikir dalam diam.
            “Eung, aku merasa hari ini sangat aneh Taemin.” Ucap Yungshin mengungkapkan pikirannya.
            “Aneh?” Taemin diam sejenak. “Mianhe karena aku mengajakmu ke tempat ini dan membuatmu merasa aneh.”
            “Ani! Bukan karena itu. Tapi eung…” Yungshin jadi salah tingkah. Tidak seharusnya dia mengucapkan kalimat tadi.
            “Kalau begitu lupakanlah.” Ucap Yungshin lagi. “Anggap aku tidak pernah mengatakannya.” Sesal yeoja itu kemudian menunduk.
            Taemin justru tersenyum mengusap kepala Yungshin lembut. “Ne, lupakan semua kejadian aneh hari ini. Dan lain kali kau yang harus menentukan kemana kita akan pergi. Sekalipun ke everland atau kidzania, aku akan menemanimu.”
            Lantas Yungshin tertawa lebar. “Bagaimana kalau ke taman bermain? Haha apa kau juga mau menemaniku jika aku mengajakmu kesana?”
            Taemin pun ikut tertawa, sedikit menutupi mulut dengan jari-jarinya. “Tentu saja, aku akan…”
            Ucapan Taemin terhenti ketika dering telpon genggam Yungshin berbunyi. Saat Yungshin mencoba mengeceknya, dering itu justru berhenti. Bahkan hanya ‘privat number’ yang tertera dalam layar telpon genggamnya.
            “Aneh sekali.”
            “Maaf tempat ini akan dibersihkan. Bisakah kalian pindah ke tempat lain sebentar?” ucap seseorang berseragam serba orange yang tiba-tiba datang. Memaksa Yungshin dan Taemin pergi dari sana.
            Yungshin tampak berfikir keras. Dia berjalan menuruni bukit sambil terus mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi. Sampai gadis itu menemukan jawabannya.
            “Taemin tolong tunggu disini sebentar.” Ucap Yungshin sedikit tergesa.
            “Ne?”
            “Aku tidak akan lama. Jadi tunggulah sebentar saja.” Yungshin langsung berlarian kecil kembali ke atas bukit, menaiki tangga berkelok-kelok menuju gazebo yang sempat ia tinggalkan.
            Dan dugaan Yungshin benar. Dia menemukan sosok Key disana.
            “Aku tahu semua ini perbuatanmu Key!”
            Key menatap Yungshin tanpa ekspresi, seolah olah tidak ada kesalahan yang ia perbuat.
            “Kau kan yang membuatku terjatuh disungai? Kau juga kan yang membuatku tidak bisa memegang tangan Taemin? Kemudian kau yang membuat telponku berdering dan kau juga yang menyamar sebagai petugas kebersihan.” Ucap Yungshin tidak sabar. “Kenapa Key? Kenapa ka            u melakukan semua itu?”
            Key beranjak dari tempat duduknya kemudian berdiri dihadapan Yungshin. “Karena aku tidak ingin ini berjalan lebih jauh.” Ucapnya terlihat serius.
            “Tch! Jadi kau tidak menyetujui hubunganku dengan Taemin?” bentak Yungshin. “Apa kau tahu perbuatanmu itu telah menghancurkan hari yang sudah kutunggu sejak lama ini? Lagipula aku juga tidak peduli kau mau menyetujui hubunganku atau tidak!”
            Terpancar semburat kekecewaan di wajah Key. Namun tak sepatah katapun keluar dari bibirnya yang tipis.
            “Sekali lagi kau berbuat bodoh seperti ini, maka aku akan selamanya membencimu Key! Aku tidak main-main.” ancam Yungshin kemudian pergi tanpa suara, meninggalkan Key yang tak merubah posisinya, tampak berdiri kaku memandang punggung Yungshin dari belakang.
            “Kesalahan terbesar yang pernah kulakukan padamu adalah dengan mempertemukanmu dengan Taemin, Yungshin. Apakah aku salah jika aku ingin memperbaikinya?”
-To be continue-

            Key mulai misterius nih u.u
            Apa dia ngga setuju sama hubungan Yungshin dan Taemin karena cemburu? Atau karena gara-gara mikirin Taemin, Key jadi dilupain Yungshin terus Key marah? Mari kita cari tahu jawabannya di angel key part 5. Hohoho
            Gomawooo buat yang sudah bersedia membaca dan meninggalkan jejak. *bow bareng Taemin pake-baju-couple-diskonan-yang-beli-di-pasar-namdaemun(?) 

4 comments:

  1. Wwwwaaaa q mkin pnsaran!!! :D
    mimin ,, q tnggu klnjutannya !!! ^^

    ReplyDelete
  2. yaaa...menggantung lgi deh..
    aku tunggu lanjutannya ya kak.. :D

    salam kenal juga ya.. piksa disini :)

    ReplyDelete
  3. gantung deeehh
    lanjut lanjut

    key oppa jangan galau dong,
    ntar aku disini ikut galau deehh :')

    ReplyDelete