Tittle : Victory [Part 11]
Author : Ichaa Ichez Lockets
Genre : Friendship, Romance.
Rating : T
Cast : Shin Hye Mi (Naya), Jung Eun Sun, Janny Lee (Jane), Kumiko Chan, B1A4 member.
Length : Chaptered
Desclaimer : This story is originally mine and inspired of many articles that I read. This is only a FICTION, my IMAGINATION and the character is not real. Enjoy reading!
Terdengar riuh tepuk tangan tepat ketika kelompok Jinyoung selesai menari. Ruangan jadi berlipat-lipat ramainya dibandingkan saat perform tadi. Baik Jinyoung, Baro, Kumiko, Sandeul dan Eun Sun terlihat begitu puas dengan penampilan mereka hari ini. Dan kebahagiaan itupun terasa semakin lengkap ketika ternyata mereka mendapatkan pujian dari ketiga juri.
Sekali lagi senyum kian terkembang di wajah mereka berlima.
“Dan penampilan terakhir untuk siang ini…” panggil salah seorang panitia. “Kelompok Shinwoo silakan maju kedepan.”
Shinwoo yang duduk di barisan belakang langsung menoleh ke arah Gongchan yang duduk tepat disebelahnya. Wajah Gongchan terlihat gusar. Tentu saja ia khawatir dengan penampilan hari ini. Bagaimanapun juga mereka tidak akan tampil sempurna tanpa Hye Mi.
“Kita selesaikan saja.” ucap Shinwoo mencoba tenang. “Berikan yang terbaik. Anggap ini semua kita lakukan untuk Hye Mi.”
Gongchan mengangguk lalu bangkit. Diikuti dengan Shinwoo yang kemudian berjalan ke atas panggung. Sedangkan Jane yang duduk terpisah hanya mampu tertunduk dalam, namun gadis itu tetap mengikuti langkah kedua rekan satu timnya menuju ke atas panggung.
Mereka mulai membentuk formasi segitiga. Tepat setelah Shinwoo memberikan tanda, music pun dimulai.
Aneh. Sampai sekarang masih saja terngiang dalam pikiran Jane sebuah kalimat yang sempat ia teriakkan dengan lantang tepat sebelum Hye Mi menjadi seperti ini,
“Jangan kira karena kau menyelamatkanku, ini akan merubah segalanya! Selamanya aku akan membencimu Hye Mi!”
Kalimat itu terus saja menghantui Jane. Meski pikirannya masih sangat sulit ia kendalikan, namun ia berusaha menggerakkan tangan dan kakinya mengikuti irama. Tak hanya kalimat yang ia ucapkan yang sedang mengganggu pikirannya sekarang, melainkan juga ucapan yang sempat Gongchan sampaikan tadi malam, membuat ia semakin bertambah sakit.
“Aku mengajakmu latihan semata-mata hanya untuk Hye Mi noona. Jika sebelumnya kau bilang kau membencinya, maka rasa benci itu tidak sebesar rasa benciku padamu!”
Kepala Jane benar-benar blank. Ia masih berusaha tetap focus mendengarkan bit lagu yang semakin cepat. Sebentar lagi mencapai klimaks. Ia ingat betul Hye Mi yang menciptakan gerakan pada bagian ini. Namun sayangnya gerakan itu tak bisa terlihat indah dengan jumlah mereka yang ganjil.
Lagi-lagi sebuah kalimat demi kalimat terlintas dalam pikiran Jane. Kali ini dari Shinwoo. Bahkan Jane bisa melihat kilatan emosi di mata namja itu tepat ketika mereka mengawali latihan terakhir tadi malam.
“Aku tidak pernah tahu kau ini orang yang seperti apa.” Ucap Shinwoo datar. “Tapi sekarang kita satu tim. Mau atau tidak, kau harus bekerja sama denganku. Jadi kumohon untuk yang pertama dan terakhir kalinya, jangan buat kekacauan malam ini dan besok. Setelah itu terserah kau mau berbuat apa. Aku tak peduli.”
Kalimat Shinwoo terdengar begitu tajam. Bahkan Jane bisa merasakannya sampai sekarang. Namun Jane tahu, tak ada yang salah dengan kalimat itu. Yang perlu ia lakukan sekarang hanya menyelesaikan penampilan ini sampai akhir. Sampai titik darah penghabisan.
Tepat ketika music berhenti, gerakan merekapun berhenti. Mereka sempat freeze dengan nafas yang ter engah-engah dalam beberapa detik, sementara tepuk tangan tak kalah meriah dibandingkan dengan kelompok Jinyoung yang tampil sebelumnya.
Ada sebuah gejolak luar biasa dalam dada mereka bertiga. Masing-masing menyimpan sebuah emosi yang tadinya sempa tertahan, namun sekarang semuanya telah lepas. Mereka telah memberikan apa yang mereka punya. Entah baik atau buruk, setidaknya mereka lega bahwa penampilan ini telah terlewat dengan baik.
“Aku telah mendengar bahwa salah satu anggota dari kelompok kalian ada yang tidak bisa hadir.” Ucap Mr Cho memulai pembicaraan. “Tapi penampilan tadi sudah cukup menutup penilaian bulan ini dengan sangat baik. Seandainya saja member ke empat bisa…”
“Aku disini!” teriak seseorang yang tiba-tiba datang dan membuka pintu di bagian tengah ruangan. Spontan semua trainee serta juri disana menoleh. Betapa terkejutnya mereka ketika menemukan sosok gadis berambut panjang menggunakan dua tongkat untuk menopang tubuhnya yang tinggi kurus.
“Hye Mi?!” pekik Shinwoo tak percaya. Ia terperanjat mendapati Hye Mi tiba-tiba hadir disana. Begitu juga dengan Jane dan Gongchan yang tak pernah menyangka ini terjadi.
Hye Mi sempat menarik nafasnya dalam-dalam kemudian mencoba berjalan menggunakan tongkat. Ia sama sekali belum terbiasa, oleh karenanya langkah gadis itu terlihat berat dan juga lambat.
“Biar kubantu Hye Mi.”
Hye Mi mendongak. Ia menemukan sosok Jinyoung tengah berdiri dihadapannya. Rupanya Jinyoung yang duduk dibarisan depan langsung berlari kebelakang bermaksud untuk membantu Hye Mi berjalan. Namun Hye Mi menggeleng. Ia menolak.
Hye Mi tetap melanjutkan perjalanan menuju panggung meski lantai terasa begitu licin. Ia sadar, puluhan pasang mata tengah menatap ke arahnya. Ada yang memandang Hye Mi iba, ada pula yang justru merasa cemas ketika setiap kali gadis itu mencoba untuk melangkah.
Kini Hye Mi sudah tepat mencapai bibir panggung. Hanya ada 5 anak tangga didepannya. Mungkin terlihat sangat mudah melewatinya jika keadaan Hye Mi tidak seperti sekarang. Untuk berjalan saja dia kepayahan, apalagi menaiki tangga seperti ini, akan menjadi tatangan yang sulit baginya.
Gongchan ingin sekali membantu, tapi ia tahu nantinya Hye Mi akan menolak. Akhirnya ia memilih untuk mengamati gadis itu dari tengah panggung.
Hye Mi sempat terdiam sejenak didepan anak tangga itu. Sampai akhirnya ia angkat tongkat, kemudian tubuhnya ia condongkan ke depan dengan penyangga tongkat itu untuk melewati anak tangga pertama. Dan dia berhasil. Begitu seterusnya sampai anak tangga yang ke empat. Namun sayangnya lantai panggung terlalu licin dan membuat Hye Mi terjatuh disana.
“Akh!” Hye Mi langsung memegangi kakinya yang terasa sakit.
Dengan cepat jeritan refleks dari trainee lain terdengar membahana di dalam ruangan. Jinyoung pun terkejut dan lagi-lagi bermaksud untuk membantu, tapi tampaknya ia kalah cepat dengan Shinwoo yang membantu Hye Mi lebih dulu.
“Hye Mi gwenchana?” tanya Shinwoo cemas.
“Ne oppa.” Jawab Hye Mi sambil mencoba berdiri, tentu saja dengan bantuan Shinwoo. Kemudian ia dan Shinwoo berjalan mendekati tengah panggung. Tak lupa Hye Mi menundukkan kepala untuk menghormati ketiga juri yang duduk tepat didepannya. Pandangan Hye Mi beralih pada seluruh trainee yang duduk memenuhi ruangan. Jelas sekali tatapan cemas terlihat dari trainee-trainee itu, namun Hye Mi mencoba tersenyum menenangkan.
“Karena kau sekarang sudah ada disini, akupun ingin melihat penampilanmu nona Hye Mi.” ucap Miss Young yang langsung membuat seisi ruangan dibuat heran. “Jangan hanya karena kakimu sakit, kau hanya enak-enakan sementara temanmu sedang berjuang untukmu. Kami para juri hadir disini juga untuk menilaimu. Jadi sekarang kuminta kau untuk bernyanyi sambil memainkan piano itu.” lanjut Miss Young sambil menunjuk piano yang ada disudut panggung. Hye Mi sendiri tidak tahu sejak kapan piano itu ada disana.
Kalimat yang Miss Young ucapkan terdengar begitu mengejutkan. Bahkan Mr Cho sempat protes mendengarnya. Mereka berfikir itu terlalu berlebihan. Dan tak seharusnya Hye Mi ada disini, harusnya ia berbaring di rumah sakit untuk memulihkan kesehatannya.
Namun Hye Mi tidak tampak terkejut. Ia justru tersenyum lebar. Ia merasa sangat berterimakasih pada Miss Young yang telah meminta ijin pada pihak rumah sakit dan mengutus orang untuk membawa Hye Mi kemari. Lalu sekarang Hye Mi justru diberi kesempatan untuk tampil. Dia merasa beruntung setidaknya dia memiliki usaha lain dalam penilaian bulanan ini.
Akhirnya tanpa bertanya lagi, Hye Mi mulai berjalan pelan mendekati piano. Setelah duduk, ia menyandarkan tongkat didekat kursi. Hye Mi sempat menarik nafasnya dalam-dalam sampai akhirnya suara dentingan piano mulai terdengar.
(Goose’s dream – Insooni (OST Bethoven virus + Dream High))
Nan nan kkumi isseotjyo
(I have a dream)
Beoryeojigo jjitgye nam nuhayaedo
Beoryeojigo jjitgye nam nuhayaedo
(Even if im thrown away or ripped to shreds)
Nae gaseum gipsukhi bomulgwa
Nae gaseum gipsukhi bomulgwa
(Deep in my heart)
Gachi ganji-khaet-deon kkum
Gachi ganji-khaet-deon kkum
(I have a dream as precious as gem)
Seisi ruangan mendadak terdiam. Tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun. Semua tampak terpaku menatap Hye Mi yang mulai bernyanyi sambil memainkan piano. Seakan suara Hye Mi mampu membius perhatian mereka dengan cepat.
Hok ttaeron nugun-gaga tteun-moreul
(If by chance,without a reason)
Buseum nae deungdwi heullil-ttaedo
(Somebody ridicules me behind my back)
Nan chamaya haetjyo chameulsu
(I should be patient)
Isseotjyo keu nareul wihae
(I would wait just for that day)
Jinyoung yang masih berdiri mematung di bagian belakang, dengan seksama mengamati Hye Mi dari kejauhan. Ia tahu betapa berat perjuangan gadis itu hingga harus ada satu penghalang lagi untuk meraih mimpinya.
Neul geokjeong hadeut ma-rhajyo
(As you always worry)
Heotdwen kkumeun dorirado
Heotdwen kkumeun dorirado
(You say that foolish dreams are poisonous)
Sesangeun kkeunchi jeonghaejin
Sesangeun kkeunchi jeonghaejin
(Just like a book that tells us about the end of the world)
Chaek cheoreom imi dokiril su eomneun hyeon shirirago
Chaek cheoreom imi dokiril su eomneun hyeon shirirago
(There’s the reality that we cant turn back already)
Suasana berubah sendu ketika semua menyadari suara Hye Mi semakin parau. Gadis itu sudah berusaha menahan air matanya namun ternyata meleleh juga.
Keuraeyo nan nan kkumi isseoyo
(Yes I have a dream)
Geumkkumeul mideoyo nareul jikyeobwayo
Geumkkumeul mideoyo nareul jikyeobwayo
(Please watch over me)
Jeo chagapke so inneun unmyongiran
Jeo chagapke so inneun unmyongiran
(Standing in front of that cold wall called fate)
Byeogape tangdanghi majichi su isseoyo
Byeogape tangdanghi majichi su isseoyo
(I can firmly face it)
Eonjenga na geu byeo geui neomgoseo
Eonjenga na geu byeo geui neomgoseo
(One day I will pass over that wall)
Jeo haneureul nopi nareulsu isseoyo
Jeo haneureul nopi nareulsu isseoyo
(And be able to fly)
Ge mugeoun sesangdo nareul
Ge mugeoun sesangdo nareul
(As high as the sky)
Mukkeulsus eoptjyo nae sarme kkeutesseo
Mukkeulsus eoptjyo nae sarme kkeutesseo
(This heavy thing called life cant tie me down, at the end of my life)
Na useul keunareul hamkke haeyo
Na useul keunareul hamkke haeyo
(On the other day that I can smile, lets be together)
Tepat ketika Hye Mi menghentikan dentingan pianonya, ruangan itu masih terasa begitu sepi. Semua masih terlarut dengan lagu yang baru saja Hye Mi nyanyikan. Begitu menyentuh, namun juga terdengar begitu hampa.
Sampai akhirnya Jinyoung yang memulai. Perlahan ia menepukkan kedua tangannya diikuti beberapa trainee lain hingga tepuk tangan itu terdengar bersautan.
Saat itu juga Jane yang sedari tadi menunduk langsung berlari meninggalkan ruangan. Namun tak ada yang peduli, semua pandangan tertuju pada Hye Mi. Hye Mi yang tengah tersenyum meski air mata jelas sekali melewati pipinya. Eun sun pun ikut menangis, Kumiko juga menangis, bahkan Gongchan terlihat berkaca-kaca. Seakan-akan rasa sakit yang Hye Mi rasakan tengah mereka tanggung bersama-sama.
Shinwoo langsung berjalan ke arah Hye Mi, menepuk bahu gadis itu supaya tenang lalu akhirnya membantu Hye Mi menuju ke tengah panggung. Bagaimanapun juga penilaian hari ini belum berakhir.
“Luar biasa nona Hye Mi.” ucap Mr Cho seakan tak ingin kehilangan kesempatannya untuk menjadi komentator pertama di siang itu. “Meski permainan pianomu sangat sederhana, namun setiap tuts piano yang kau tekan terdengar begitu indah. Lirik lagu yang kau nyanyikan juga mampu tersampaikan dengan baik. Seakan-akan semua yang mendengarkan suaramu turut merasakan feel dari lagu yang kau nyanyikan.” Puji Mr Cho sambil tersenyum tenang. “Kurasa penampilanmu tadi sudah cukup menggantikan tempat yang sebelumnya kosong.”
Lagi-lagi tepuk tangan terdengar meriah. Seketika senyum di wajah Hye Mi terkembang. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih sambil menunduk. Kemudian pandangan Hye Mi beralih pada Miss Hyun dari tentor koreo, dia yang akan memberikan komentar selanjutnya.
“Aku terkesan dengan kemampuan menyanyimu Hye Mi. Tapi sebagai tentor koreo aku akan menilai dance yang mereka tampilkan sebelumnya.” Ucap Miss Hyun santai, khas seorang Miss Hyun yang ramah. “Sebenarnya aku yakin kehadiran Hye Mi saat perform dance tadi pasti akan membuatnya lebih menarik. Tapi aku menghargai kerja keras kalian. Benar-benar memuaskan. Terutama dipart terakhir, kalian menciptakan klimaks dengan sangat baik.”
Gongchan dan Shinwoo langsung menoleh ke arah Hye Mi. Gadis itulah yang menciptakan koreo di part terakhir. Diluar dugaan, ide Hye Mi menuai pujian.
Kini tinggal menunggu komentar dari Miss Young sebagai juri terakhir.
“Sebenarnya, sebelumnya aku pernah mendengar kau dan Shinwoo bernyanyi bersama menggunakan piano...” Ucap Miss Young yang langsung membuat Shinwoo kembali menatap ke arah Hye Mi. Ia masih ingat jelas malam itu Hye Mi menemukannya di ruang vokal, kemudian mereka berdua bernyanyi bersama meski belum mengenal satu sama lain.
“…Penampilanmu tidak terlalu buruk. Piano justru bisa membantumu mengontrol pitch serta tempo dalam bernyanyi…” ucapan Miss Young masih terdengar sedikit angkuh namun kalimat yang ia ucapkan benar-benar diluar dugaan. Sepertinya hari ini Hye Mi kembali berhasil merebut hati seorang tentor yang menilainya.
Jinyoung pun senang mendengar setiap komentar positif yang juri ucapkan. Namun saat ia perhatikan baik-baik, ada yang berubah dari wajah Hye Mi. Gadis itu terlihat semakin pucat dan berkeringat. Hye Mi bahkan terus menunduk sambil memegangi kepalanya yang kembali terasa berat.
Cepat-cepat jinyoung berlari kea rah panggung. Namun belum sempat ia menaiki anak tangga didepan panggung, Hye Mi lebih dulu terjatuh.
Gadis itu pingsan.
***
“Unnie gwenchana?”
Suara Eun Sun yang pertama kali terdengar. Samar-samar Hye Mi melihat ke sekelilingnya, ternyata ia sudah kembali ke rumah sakit. Hye Mi sendiri tidak ingat betul bagaimana ia bisa ada disini. Yang jelas sekarang ia sudah terbaring di tempat tidur dengan Eun Sun, Jinyoung, Gongchan serta Shinwoo yang ada disekitarnya.
“Gwenchanayo Hye Mi-ah?”
Hye Mi hanya tersenyum ke arah Jinyoung yang menanyakannya. “Gwenchana.” Jawab Hye Mi akhirnya.
“Kau benar-benar tidak apa-apa kan unnie? Apa masih ada yang sakit?” tanya Eun Sun lagi seakan tak percaya ucapan Hye Mi barusan.
“Ani, gwenchana.” Hye Mi melirik sekilas ke arah jam dinding. Pukul 16.30. “Eun Sun, sebaiknya kau kembali ke dorm. Wajahmu terlihat lelah sekali...”
Eun Sun terkejut. Begitu pula dengan yang lain. Sekali lagi Hye Mi mencemaskan orang lain padahal sudah jelas ia yang sedang sakit.
“…kalian bertiga sepertinya juga…”
“Tidak. Aku akan menjagamu…” ucap Jinyoung dan Shinwoo bersamaan. Gongchan diam.
Hye Mi jadi canggung. Berkali-kali ditatapnya dua namja yang berdiri berseberangan itu, sampai akhirnya Hye Mi meminta Jinyoung untuk mengantar Eun Sun kembali ke dorm. Dan Jinyoung enggan untuk menolaknya.
Kini tinggal Gongchan yang duduk terdiam di kursi dekat jendela, dan Shinwoo yang sedang berdiri di sisi tempat tidur sambil melihat-lihat beberapa obat yang ada dirak.
Tatapan Hye Mi tertuju pada Gongchan, ia tahu benar pasti ada sesuatu yang sedang namja itu pikirkan.
“Aku akan keluar sebentar untuk mencari makanan.” Pamit Shinwoo tiba-tiba. “Gongchan, tolong jaga Hye Mi ya?”
Gongchan hanya membalas tatapan Shinwoo tanpa menjawabnya. Shinwoo pun langsung melesat meninggalkan ruangan. Ia mampu membaca keadaan, sepertinya memang ada yang ingin Hye Mi bicarakan. Jadi Shinwoo lebih memilih untuk tidak mencampurinya.
“Ada apa Channie? Apa ada yang sedang kau pikirkan?” tanya Hye Mi sedikit khawatir. Gongchan tak menjawab.
“Bisakah kau mendekat?” pinta Hye Mi lagi. “Duduklah disini.”
Kali ini Gongchan menurut kemudian duduk di tempat tidur menghadap ke arah Hye Mi yang juga mencoba untuk duduk.
“Bolehkah aku kembali meminta tolong padamu Channie?” tanya Hye Mi berhati-hati.
“Kalau ini soal Jane noona, aku tidak akan mengabulkannya.” Ucap Gongchan dingin. Tidak seperti yang pernah Hye Mi kenal sebelumnya.
“Sekali lagi kumohon jangan membencinya Channie.” Hye Mi kembali terlihat begitu sedih saat mengucapkannya. “Ini semua salahku. Jane sama sekali tidak bersalah…”
“Tapi aku melihatnya langsung noona. Dia yang mendorongmu. Bagaimana bisa kau bilang dia tidak bersalah?” emosi Gongchan meluap, tapi ia masih mencoba menahannya. “Lagipula aku tahu Jane noona selalu membencimu. Dia tak pernah membalas kebaikanmu..”
Hye Mi menatap Gongchan sejenak lalu menghela nafas. “Semua itu…” ia tidak langsung melanjutkan kata-katanya. “Aku pantas mendapatkannya. Karena aku, Jane jadi menderita. Aku bahkan hampir merampas mimpi-mimpinya…” Hye Mi menutup wajah dengan kedua tangan dan menyembunyikan tangisnya disana. Ia tak bisa menjelaskan semua yang terjadi lebih detail lagi. Cukup ia dan Jane yang tahu.
“Noona…” Gongchan meraih tangan Hye Mi dan menggenggamnya. “Apa maksud dari perkataanmu? Aku tahu kau bukan orang yang seperti itu.”
Melihat tatapan Gongchan, rasanya Hye Mi tak sanggup menahan air yang kembali bergumul disudut matanya. “Mianhe Channie.. jeongmal… mianhe aku tidak bisa menjelaskannya.”
Gongchan tampak kecewa. Tapi ia juga merasa tidak tega melihat keadaan Hye Mi sekarang.
“Anggap semua ini tidak pernah terjadi.” Ucap Hye Mi lagi. “Kuharap kau bisa berteman dengan Jane seperti dulu lagi. Bisakah?”
Gongchan menatap Hye Mi ragu. Kepalanya masih diliputi begitu banyak tanda tanya.
***
“Gomawo ahjussi.” Shinwoo menerima kantong plastic berisi makanan yang dibelinya di kantin Rumah Sakit sambil tersenyum, kemudian ia kembali berjalan santai menuju kamar Hye Mi yang sebelumnya ia tinggalkan.
Shinwoo sempat menerka-nerka pembicaraan apa yang sedang Hye Mi sampaikan pada Gongchan. Sepertinya sangat penting. Meski demikian, ia tahu bukan porsinya untuk ikut campur.
Saat itu juga tiba-tiba ada seseorang yang berlari dari arah berlawanan, orang itu tak melihat Shinwoo yang tengah berjalan santai sambil melihat isi kantung plastiknya. Walhasil orang itu menabrak tubuh Shinwoo yang jauh lebih besar daripada tubuhnya. Dan tentu saja ia yang terjatuh.
“Gwenchana?” tanya Shinwoo sopan. Tapi orang itu tetap menunduk dan cepat-cepat pergi dari sana.
Yeoja. Jelas sekali dia seorang yeoja. Meski pertemuan mereka begitu cepat, namun Shinwoo tahu benar yeoja itu adalah seseorang yang ia kenal.
Dia Jane. Jane yang tampak begitu kalut dan tengah menangis sambil berlari. Shinwoo jadi bingung. Ada apa sebenarnya?
Tapi ada satu yang Shinwoo tahu. Tak salah lagi, Jane baru saja berlari dari arah kamar Hye Mi yang terletak di ujung lorong. Pasti Jane tadi mendengar pembicaraan antara Hye Mi dan Gongchan disana.
-To Be Continue-
Uwooo~ kedatangan Hye Mi yang mengejutkann ternyata bisa bikin penilaian berjalan dengan lancar. Kira-kira setelah jane denger pembicaraan Hye Mi yang membelanya, dia bakalan berubah gak yaa~ hohoho
TBC nya ngga terlalu bikin penasaran kan? xP. Oleh karenanya, aku bermaksud untuk menyelipkan (?) FF One Shoot SHINee sebelum victory part 12 di post. Gimana? Pada setuju nggak? Hehehehe. Soalnya kemaren udah ada 2000 orang lebih yang request *lebai dikit gapapa yak? #plak!
Daaaaaannnnnn ini dia covernyaaa~
Judulnya udah keliatan kan??? Cast nya JongHyun. tapi entar karakter JongHyun rada beda dengan karakter2 dia sebelumnya di FF2 kebanyakan. Wekekeke.
Kira2 ada yang mau di tag ga? Kalo iya boleh komen. Kalo engga, yaudah berarti di post kapan2 aja. Wkwkwk *digampar readers pake gulingnya sandeul (?) #eh?
Oiya, jangan lupa tinggalkan komentar. Gamsahamnidaaa~
mau dong unn, di tag. ff-nya menarik banget deh, blognya juga hehe...
ReplyDeletebagus bagusss
ReplyDeleteditunggu kelanjutannyaa
xD
wokeeee
ReplyDeletekalo mau di tag, add fb aku yaaa
eonni, lanjutin ff nya! :))
ReplyDelete